200 Siswa SMA MDC Meriahkan Festival Kepahlawanan di Balai Pemuda

Sekitar 200 siswa SMA Masa Depan Cerah (MDC) Surabaya membanjiri Plaza dan Basement Balai Pemuda Surabaya Sabtu malam (10/9/2022). Para milenial itu berkostum ala pejuang dan berkebaya.

Kehadiran para siswa SMA MDC yang mengusung tema “Oud Soerabaia” ini atas inisiasi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair yang berkolaborasi dengan Begandring Soerabaia dan Disbudporapar Surabaya.

Dandanan tradisional bernilai kebangsaan ini ditampilkan para siswa SMA MDC untuk menyambut Festival Kepahlawanan Kota Surabaya. Festival sudah dimulai sejak 3 September 2022 lalu, ditandai dengan Pembukaan dan pergelaran Pameran Foto “Surabaya Lintas Masa”. Pameran foto akan berlangsung hingga 18 September 2022.

Malam itu, untuk siswa perempuan SMA MCD mengenakan kebaya, sementara siswa laki-laki berpakaian pejuang dan Jawa. Ada juga yang berpakaian ala nonik dan sinyo Belanda. Mereka terlihat menikmati aktivitas yang menjadi tugas sekolah itu.

Di Balai Pemuda, ada yang bermain musik dengan melantunkan lagu-lagu tempo dulu yang dipopulerkan Annake Groenloh dan Wieteke Vandort, Arek Surabaya berkebangsaan Belanda.

Penampilan para siswa SMA MDC ini sangat menghibur dan mampu menyulap lingkungan Simpangsche Societeit kembali ke eranya, ketika masih menjadi tempat rekreasi dan hiburan kalangan elit Eropa di Kota Surabaya.

Pengurus Yayasan SMA MDS bersama di ruang Pameran Surabaya Lintas Masa.

 

“Lingkungan tempo dulu ini dibangkitkan dengan lagu-lagu masa lalu dan dandanan yang serasi,” kata Kastomo (65), salah seorang pengunjung.

Selain musik, mereka juga melakukan flash mob mengikuti alunan musik yang dimainkan rekan rekan mereka. Gerakannya rancak dan kompak sesuai alunan lagu.

Menurut Ketua Yayasan SMA MDC Dhani Maatita, waktu persiapan mereka tidaklah banyak. Tapi karena konsep yang dibuat sesuai kegiatan sekolah, maka cepat sekali mereka belajar dan berlatih untuk penampilan publik.

Baca Juga  HUT Begandring.com Bareng Peringatan Hari Pers Nasional, Mengapa?

Dia lalu mengatakan, kegiatan edukatif ini memberi pengalaman kepada siswa rasa percaya diri dan mengembangkan skill dan interaksi sosial.

“Di lingkungan sekolah kami, siswa mulai tingkat dasar sudah diperkenalkan dengan busana tradisional untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter. Yaitu, cinta Tanah Air dan semangat kebangsaan”, jelas Maatita.

Nilai-nilai pendidikan karakter ini, sebut dia, sangat penting untuk diajarkan kepada siswa melalui bermacam macam kegiatan edukatif. Ada 18 nilai karakter pendidikan. Yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

Pengajaran 18 nilai pendidikan karakter ini dapat digunakan sebagai pelindung dari derasnya nilai nilai budaya asing yang tidak sesuai dengan kearifan lokal.

Penerapan pendidikan karakter ini selaras dengan semangat menerapkan pasal 5, UU 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Pasal 5 itu mengenai 10 Objek Pemajuan Kebudayaan. Kesepuluh onbyek itu adalah Tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, tekhnologi tradisional, seni, bahasa dan ritus.

Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A Hermas Thony mengatakan, perlu ada aktualisasi dari objek-objek pemajuan Kebudayaan melalui ruang publik seperti di Balai Pemuda.

“Dari kegiatan pada Sabtu malam minggu di Plaza dan Basement Balai Pemuda, setidaknya ada dua obyek yang diaktualisasikan oleh siswa siswi MDC. Yakni obyek Adat Istiadat dan Seni. Seni ini mencakup Seni tarik suara dan bermusik,” jelas Thony.

Hal senada juga disampaikan anggota Komisi B, DPRD Surabaya Alfian Limardi. Kata dia, dengan mempopulerkan busana daerah dan baju baju pejuang, maka pemajuan kebudayaan ini dapat mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif di Surabaya.

Baca Juga  Wujud Adaptasi Ekologi Bengawan Solo di Bedanten

“Coba, kalau memakai baju kebaya dan baju ala pejuang menjadi kewajiban di setiap sekolah sekali dalam seminggu, maka diperlukan banyak baju yang bisa diproduksi untuk pemenuhan kebutuhan sekolah. Ini membuka peluang bisnis konveksi di Surabaya,” kata Alfian.

“Kita harus merasa bangga mengenakan busana seperti ini. Ini kekhasan budaya kita. Ketika bangsa lain bangga menggunakan kekhasan Indonesia, masa kita ynag orang Indonesia tidak bangga memakai busana Indonesia”, imbuh Alfian.

Melihat besarnya animo masyarakat yang datang ke Balai Pemuda, Begandring Soerabaia meminta ada agenda kegiatan seni dan budaya secara periodik.

“Setiap Sabtu bisa digunakan dan dimanfaatkan untuk atraksi atraksi seperti ini untuk menguatkan jati diri kota dan menumbuh kembangkan cinta tanah air,” ujar Nanang Purwono, ketua Begandring Soerabaia.

Suasana sosial budaya di plataran dan basement Balai Pemuda terlihat serasi dan  pembauran pun terekspresikan. Surabaya adalah kota multikultural, maka momen dan kegiatan serupa perlu diinisiasi untuk mewadahi pembauran yang sudah ada sejak lama.

“Surabaya harus menjadi contoh sebagai wadah keberagaman Nusantara”, pungkas Thony. (*)

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x