Siapa yang tidak kenal dengan jalan Tunjungan di Kota Surabaya? Jalan ini membujur utara – selatan di kawasan Tunjungan. Setidaknya kita mulai mengenalnya dari sebuah lagu populer legendaris “Rek Ayo Rek” yang didendangkan oleh penyanyi Mus Mulyadi, dan jalan Tunjungan semakin populer dengan hadirnya “Tunjungan Romanza” baru baru ini.
Akhirnya, semakin ramailah jalan Tunjungan oleh orang orang dengan tujuan cuci mata (melihat lihat) dan cuci mulut (makan dan minum). Selanjutnya, jalan Tunjungan sendiri menjadi semakin padat. Kendaraan, yang lewat jalan Tunjungan menjadi merayap pada akhir pekan.
Koridor jalan Tunjungan semakin menjadi ruang publik yang dinamis dan tentunya membuka ruang kreatifitas yang berujung kepada potensi ekonomi. Kehadiran mereka ini, diakui atau tidak, karena pemanfaatan kembali bangunan bangunan tua heritage dan historis dengan fungsi yang baru sesuai dengan kebutuhan zaman.

Inilah yang disebut dengan Adaptive Reuse. “Adaptive Reuse is the process of taking an old building or site then reusing it for other purpose other than it was designed”, (UHS 2023).
Itulah sebuah simpulan dari forum diskusi internasional tentang Urban Heritage Strategies 2023, yang diikuti oleh peserta dari beberapa negara seperti Belanda, Australia, Polandia, Spanyol, Turki, Ukraina, India, Korea Selatan, Afrika Selatan, Srilanka, Korea Selatan dan Indonesia.

Mereka membahas salah satunya tentang Dimensi Sosial dari Adaptive Reuse. Adaptive Reuse adalah proses pemanfaatan bangunan lama yang kemudian difungsikan baru yang tidak sebagaimana awalnya.
Dari esensi diskusi itu, Jalan Tunjungan Surabaya adalah contoh ruang (Historic/Heritage Urban Landscape) dari Adaptive Reuse. Hampir semua bangunan heritage di sepanjang jalan Tunjungan adalah contoh Adaptive Reuse, digunakan kembali dengan fungsi baru setelah direstorasi.
Dari semua bangunan lama (heritage dan historis) yang ada di jalan Tunjungan, hanya satu bangunan, yang mulai awal dibangun (1910) hingga sekarang tetap berfungsi sebagai hotel. Yaitu Hotel Majapahit (dulu Oranje hotel).
Dengan fungsi yang baru sesuai dengan kebutuhan zaman dan trend, maka sederetan gedung gedung tua yang semula tutup dan dalam kondisi yang rusak, kini terbuka dengan beragam fungsi. Utamanya adalah sebagai kafe dan restoran.

Kini gedung gedung itu menjadi ajang sosial dan gaya kehidupan (life style) di kota Surabaya. Tidak hanya di dalam gedung gedung tua yang telah direstorasi, trotoar jalan Tunjungan yang terbuka juga menjadi ruang interaksi sosial dan budaya serta lingkungan.
Para group musik dan seniman jalanan berpenampilan di trotoar jalan Tunjungan. Wadah ini membentuk komunitas baru dan sekaligus menjadi titik pertemuan komunitas.
Selain membuka ruang publik yang bersifat sosial, Adaptive Reuse juga membantu menjaga upaya pelestarian nilai nilai dari kawasan dengan gedung gedung tuanya, terutama nilai sejarah dan budaya serta peradaban.

Tidak hanya di kawasan jalan Tunjungan, di kawasan Kota lama Surabaya, utamanya di kawasan Kampung Eropa dengan gedung gedung tua yang megah, juga terdapat gedung gedung yang telah beralih fungsi dengan tetap menjaga kelestarian bangunan. (Nanang)
Jalan Tunjungan merupakan jalan utama dipusat kota Surabaya yg sudah ada sejak seabad yg lalu. Jalan Tunjungan juga merupakan pusat perdagangan elit sejak zaman kolonial dengan banyak sekali gedung2 tua bersejarah dikiri kanan jalan yg sangat dibanggakan warga kota SOERABAIA sedjak Tempo Doeloe hingga pada masa kini. Jalan yg penuh nostalgia yg tak akan dilupakan oleh 4 generasi terdahulu yaitu sejak zaman “boejoet” kita, “kakek-nenek” kita, “ayah-ibu” kita sampai dengan kami sebagai “anak2 muda milenial” yg merasakan adanya “Jalan Tunjungan” yg berdiri megah sampai sekarang ini dengan sebutan “TUNJUNGAN ROMANSA” yg semakin terlihat indah apalagi pada saat malam tiba dengan gemerlapnya lampu yg membuat jalan ini semakin romantis baik dirasakan oleh kalangan tua sampai dengan kalangan muda yg tak mengenal batas usia bila lagi berjalan kaki disepanjang kiri dan kanan “TUNJUNGAN ROMANSA” sambil menikmati kuliner lengkap khas Indonesia khususnya kuliner “SUROBOYOAN”.