Surabaya Di Antara Urban Development dan Heritage Management

Dari hari ke hari, semakin banyak orang yang mengerti nilai vintage dan heritage dalam kehidupannya. Mereka yang tidak punya benda-benda vintage, mulai memburu dan membeli untuk kemudian dipajang sebagai aksesoris rumah dan ruang sehingga lebih estetik.

Bagi mereka, yang punya aset bangunan tua, sudah mulai memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan ekonomi dan edukasi. Beberapa aset yang sebelumnya tidak dimanfaatkan, kini sudah terlihat lebih fungsional.

Di Surabaya, di antaranya ada aset Pelni di Jalan Pahlawan yang kini menjadi sebuah toko swalayan modern. Di Jalan Veteran ada yang sudah menjadi sebuah kafe.

Di Jalan Sumbawa terdapat sederetan rumah lama menjadi kafe tempat nongkrong anak muda. Di Jalan Makam Peneleh sudah ada creative hub yang tidak hanya sebagai sebuah kafe, tapi menjadi papan diskusi akademik dan komunitas sejarah.

Tapi di saat yang bersamaan, ada aset-aset heritage terancam oleh perkembangan kota. Tahun 2016, sebuah bangunan bersejarah karena pernah dipakai oleh Bung Tomo dalam mengobarkan semangat perlawanan Arek-Arek Suroboyo melalui siaran radio dalam melawan pendudukan Sekutu, ternyata dirobohkan dan dibangun bangunan baru.

Tahun 2002, sebuah stasiun yang dibangun tahun 1898, sudah dibongkar. Beruntung masih bisa dihentikan karena bangunan stasiun itu penuh dengan nilai sejarah mulai dari sejarah perkembangan kota hingga sejarah pertempuran November 1945.

Surabaya Di Antara Urban Development dan Heritage Management
Gedung-gedung pencakar langit di Surabaya. foto: begandring

Tahun 1986, sebuah blok bangunan di jalan Tunjungan, bersebelahan dengan bangunan Hotel Majapahit (dulu Oranje Hotel), sudah dibongkar. Hingga saat ini lahan bangunan masih melompong. Lahan itu terletak di Koridor Cagar Budaya.

Bahkan, persis di sebelahnya, masih ada bangunan setipe dan seera yang terbengkelai. Mangkrak. Posisinya di antara bangunan-bangunan modern seperti hotel dan mal. Lokasi bangunan mangkrak itu sangat ekonomis dari sisi ekonomi. Tetapi bangunan itu sangat historis sebagai bagian dari sejarah perkembangan dan peradaban kota.

Baca Juga  Ini Cerita Asli Di Balik Pembuatan Film Koesno yang Masuk Nominasi Terbaik FFI 2022

Satu lagi sebuah bangunan kuno dengan gaya Romawi dari abad 19, yang berlokasi di Jalan Tunjungan, bisa juga terdampak oleh perkembangan kota. Kawasan Tunjungan adalah pusat dan kawasan bisnis yang sekaligus kawasan cagar budaya. Bangunan itu kini ada di persimpangan antara nilai ekonomi dan nilai sejarah.

Kondisi ini sekarang menjadi isu yang tidak hanya lokal Surabaya, tetapi menasional. Bahkan mendunia. Dunia global juga menghadapi isu serupa di saat mereka harus membangun. Di sana mereka dihadapkan pada kepentingan menjaga jatidiri setempat yang berupa peninggalan peninggalan sejarahnya.

Karenanya, setiap daerah harus bijaksana dalam menghadapi situasi dan kondisi seperti ini. Kelompok kelompok komunitas sejarah sebagai institusi independen hadir dalam mengurai persoalan dengan berdasar pada aturan aturan hukum dan perundang-undangan yang ada. Misalnya komunitas sejarah Begandring Soerabaia.

Begandring Soerabaia tidak hanya sebagai komunitas yang sekadar menikmati keindahan peninggalan masa lalu. Baik dilihat dari sisi sejarah maupun arsitekturnya.

Begandring juga melakukan langkah-langkah edukasi buat masyarakat dan advokasi demi pelestarian cagar budaya.

Kehadiran Begandring menjadi pressure group yang melakukan penyelamatan berdasarkan koridor-koridor hukum. Dalam menghadapi persoalan kota, di mana kota harus tetap membangun untuk masa depan dan di saat yang bersamaan kota harus mengelola aset heritage-nya, memang dibutuhkan presure group lain sebagai second opinion terhadap pengambil kebijakan.

Karena isu ini sudah bersifat global dan nilai-nilai heritage sudah bersifat universal, maka persoalan mengenai penataan kota dan pengelolaan cagar budaya menjadi perhatian semua.

Surabaya Di Antara Urban Development dan Heritage Management
Rumah Radio Bung Tomo dibongkar pada 2016. foto: begandring

Karenanya, sebuah institut yang merupakan bagian dari Erasmus University of Rotterdam, Belanda, menyelenggarakan kursus “Urban Heritage Strategy” yang terbuka untuk global. Kursus ini diselenggarakan oleh The Institute for Housing and Urban Development Studies.

Baca Juga  Pengembangan Kalimas untuk Potensi Wisata Kota

Mereka menyadari bahwa di kebanyakan kota kota di dunia, keberadaan bangunan heritage semakin menghadapi bahaya karena perkembangan dan kemajuan zaman. Sementara bangunan-bangunan heritage juga semakin memiliki peranan penting dalam perkembangan kota selama ini.

Bangunan heritage menjadi refleksi kota, karena memiliki cerita-cerita sejarah masa lalu, karakter dan nilai-nilai penting bagi perkembangan dan eksistensi kota.

Jika heritage itu dikelola dengan baik, tentu bisa memberikan kontribusi positif terhadap kualitas perkotaan dan menjadi dasar dalam pembangunan masa depan yang berkearifan lokal.

Sejarah dan masa lalu tidak hanya sebuah kelangenan (refleksi), tetapi menjadi dasar untuk pembangunan masa depan (proyeksi) yang berkepribadian. (*)

 

*Nanang Purwono, ketua Begandring Soerabaia

 

 

 

Artikel Terkait

One thought on “Surabaya Di Antara Urban Development dan Heritage Management

  1. Sebenarnya saya lebih setuju bila bangunan2 tua dikota Surabaya yg SDH dirobohkan sebaiknya dibangun kembali to rebuild again sesuai dengan karakter bangunan yg terdahulu. Perlu ada insinyur tata kota untuk membangun kembali dengan kondisi yg sudah berbeda seperti saat ini. Semua harus ada persetujuan dari Pemkot Surabaya untuk penataan ulang seperti sedia kala. Meskipun banyak sekali bangunan2 bersejarah dikota Surabaya telah dimusnahkan tapi alangkah baiknya bila di rebuild lagi meskipun tak harus persis ๐Ÿ’ฏ% tapi mendekati lah. Andaikata semua bangunan2 tua itu telah dibangun kembali dan berada diantara gedung2 pencakar langit dikota Surabaya dewasa ini, malahan akan terlihat beda bila dibanding dengan Jakarta maupun Semarang. Yang terpenting bangunan2 yg sudah dibangun kembali bisa menjadi mata saksi sejarah bagi kita semua. Bangunan2 itu bisa menjadi museum2 lawas yg tertata rapi atau resto2 yg bernuansa artistik yg mengingatkan kita seperti kita berada dizaman kolonial Belanda dulu. Dinding2 dibangunan itu harus ada gambar2 potret tempo doeloe yg memang pernah ada. Semoga Pemkot Surabaya lebih memperhatikan ini semua. Surabaya harus menjadi kota yg mencerminkan kota budaya masa lampau meskipun sekarang sudah masuk diera digital modern. Amin ๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *