Menjelajah dan menapaktilasi jejak Daendels di Surabaya. Itulah yang dilakukan puluhan orang yang mengikuti program Surabaya Urban Track (Subtrack) yang digelar Begandring Surabaya, Minggu (12/2/2023).
Subtrack berangkat dari eks halte di Jalan Jembatan Merah, persis di depan gedung PTPN X, pukul 08.00. Rute jelajah sejarah Jejak Daendels di Surabaya ini diawali dengan mengunjungi Tangsi Militer Djotangan (Polrestabes Surabaya) yang di depannya pernah ada Kantor Militer (Jalan Veteran).
Menurut Nanang Purwono, pemandu Subtrack, pembangunan barak militer ini diinisiasi oleh Daendels. Lokasinya di luar tembok kota bagian selatan. Surabaya di era Belanda adalah kota yang dibatasi tembok (walled town).
“Tidak ada prasasti yang ditemukan sebagai acuan kapan gedung ini dibangun. Tapi ada sumber yang menyebut bahwa gedung barak militer ini dibangun pada 1828 dan ada pertengahan abad 19,” jelas Nanang.
Dia lalu menjelaskan, sejak 2018, eks barak ini dihiasi oleh dua pucuk meriam hasil produksi Artileri Constructie Winkle (ACW) yang letaknya di utara dari batas tembok kota utara.
ACW dibangun oleh Daendels sebagai pusat industri (pabrik) pembuatan artileri dan persenjataan lainnya. Kini, lahan berkas ACW menjadi lahan PT Telkom. Di sanalah meriam meriam itu ditemukan dalam keadaan terkubur dalam tanah.
De Nude adalah sebuah kafe yang menempati gedung kuno di tepi Kalimas dan persis di depan Tangsi Jotangan (Polrestabes Surabaya) di Jalan Veteran.
“Gedung ini dulunya adalah Kantor Militer Belanda seperti yang ditulis dalam buku Soerabaja 1900-1950, Asia Mayor. Kini menjadi sebuaf kafe,” tegas Nanang.
Subtrackers lalu diajak ke eks Kantin Militer di Jalan Krembangan Barat, tempat makan atau restoran yang berdiri di kompleks militer Krembangan Surabaya.
“Kantin ini selain menjadi jujugan prajurit dan perwira militer, juga menjadi jujugan para seniman, aktor dan aktris yang biasa manggung di gedung komedi di Jalan Komedistraat (Jalan Merak). Selanjutnya gedung komedi dibongkar dan dibangun gedung kantor HVA (kini PTPN XI),” jelas Nanang.
Kemudian perumahan Perwira Militer adalah petunjuk adanya kamp militer di Krembangan. Di perumahan militer Belanda ini, setiap unit memiliki ukuran yang lumayan besar dengan taman dan halaman untuk masing masing unit bangunan.
Tidak hanya itu, di sana juga dilengkapi bungker bungker perlindungan. Sekarang hanya tersisa sekitar 5 unit bangunan termasuk kompleks bangunan yang dipakai sebagai Kantor Cacat Veteran kota Surabaya.
Ada lagi, Rumah Sakit Militer, pernah berdiri di Jalan Rajawali (Grisseweg). Kini gedung rumah sakit telah dibongkar dan dibangun Gedung Rajawali.
“Sementara rumah sakit Militer itu pindah ke kawasan Simpang yang kemudian dikenal dengan Rumah Sakit Simpang. Dalam perkembangan zaman berdiri Surabaya Plaza,” beber Nanang.
Jelajah sejarah juga menyisir Rumah Tahanan Militer (Kalisosok) dan Artileri Constructie Winkle (Pesapen). Meski tidak kelewat lama, namu subtrackes mendapatkan banyak pengetahuan dari dua tempat bersejarah tersebut.
Jalan Raya Daendels atau Jalan Raya Pos pernah melewati Surabaya. Jalan ini adalah jalan Rajawali (membujur dari barat ke timur) dan jalan Jembatan Merah (membujur dari utara ke selatan).
Menurut Achmad Zaki Yamani, pemandu lainnya, Surabaya menjadi pos penghubung Anyer di Jawa Barat dan Panarukan di Jawa Timur. Jalan Raya, yang melewati kawasan Lamongan dan Tuban di wilayah Pantai Utara, masih dikenal sebagai jalan Raya Daendels olen masyarakat setempat.
“Jalan Raya Daendels di Surabaya melewati depan Kantor Gezaghebber Java’s Van Den Oosthoek (Pantai utara Jawa bagian Timur) atau juga disebut Kantor karesidenan Surabaya. Sekarang Kantor itu sudah dibongkar. Dulu berdiri di depan Jembatan Merah sisi barat,” terang Zaki.
Pun penjara Kalisosok adalah penjara militer yang diinisiasi oleh Daendels. Letaknya di luar tembok kota sisi utara. Penjara Kalisosok ini menempati lahan, yang sebelumnya merupakan Taman VOC, tempat rekreasi warga Eropa di Surabaya. (tim)