Begandring.com: Jogjakarta (27/9/23) – ꧌ꦣꦌꦫꦃꦇꦱ꧀ꦠꦶꦩꦺꦮꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ꧍ Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menghidupkan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦮꦶ꧍ aksara Kawi, yang merupakan sebuah warisan agung dari nenek moyang ꧌ꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ꧍ Nusantara yang telah menghiasi peradaban.
Upaya ini ditandai dengan ꧌ꦱꦼꦭꦼꦧꦿꦱꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦮꦶ꧍Selebrasi Aksara Kawi, sebagai acara puncak peringatan Hari Aksara Internasional yang jatuh pada 8 September lalu. Selebrasi ini digelar oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY di The Ratan, Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Bantul, Selasa (26/9/2023).
Hadir dalam kegiatan dalam rangka peringatan ꧌ꦲꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦆꦤ꧀ꦠꦼꦂꦤꦱꦾꦺꦴꦤꦭ꧀꧍ Hari Aksara Internasional itu adalah Gubernur DIY, Sri Sultan HB X. Menurutnya jejak aksara Kawi ini membentang dari Sumatra hingga pesisir Sulawesi, dan bahkan keindahannya juga terukir dalam prasasti dan sastra lama.
“Namun, sayangnya, pengetahuan akan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦮꦶ꧍ aksara Kawi belum mencapai seluruh lapisan masyarakat,” ucap Sultan.
Di saat zaman semakin maju dan moderen, dimana teknologi dan modernisasi semakin meluas, masyarakat mestinya mengakui bahwa generasi sekarang berada dalam persimpangan yang menentukan.
Menurut Sri Sultan, kemajuan ilmu pengetahuan dan ꧌ꦠꦺꦏ꧀ꦤꦺꦴꦭꦺꦴꦒꦶꦣꦶꦒꦶꦠꦭ꧀꧍ teknologi digital adalah keniscayaan, tetapi tidak boleh melupakan dan meninggalkan akar budaya sendiri.
“Pelestarian ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦮꦶ꧍aksara Kawi adalah sebuah tugas bagi kita semua. Semangat untuk melestarikan kebudayaan adalah panggilan yang tidak boleh diabaikan,” katanya.
Menurut Sri Sultan HB X ini, ketika aksara Kawi berhasil menembus dunia digital melalui aplikasi, capaian itu tentu menjadi pintu gerbang yang menarik bagi generasi muda sekarang. Ini merupakan langkah besar untuk meningkatkan rasa cinta masyarakat terhadap warisan budaya bangsa.
“Saya berharap digitalisasi ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦮꦶ꧍aksara Kawi dapat menjadi jembatan untuk memperdalam pemahaman terhadap bahasa dan budaya Kawi. Ini akan memudahkan proses pembelajaran bagi generasi muda,” ujar dia.
Selama ini ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦮꦶ꧍Aksara Kawi masih terlalu asing bagi masyarakat. Aksara Kawi usianya lebih tua dari Aksara Jawa. Aksara Kawi digunakan sebelum emperium. Kerajaan Majahit. Di Jawa Timur sendiri banyak ditemukan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦮꦶ꧍ aksara Kawi dalam bentuk prasasti.
Sayang, hanya orang orang tertentu saya yang punya minat pada literasi peninggalan leluhur ini. Akibatnya ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦮꦶ꧍ aksara Kawi menjadi langka dan menghadapi kepunahan.
Dalam rangka melestarikan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦮꦶ꧍ aksara Kawi dalam upaya melindungi bahasa, aksara, dan sastra Nusantara, menjadi bagian integral dari upaya pembentukan karakter bangsa yang kokoh dan berakar pada nilai-nilai luhur. Oleh sebab itu, Sri Sultan juga mengapresiasi semua pihak yang telah berkontribusi dalam mendukung digitalisasi ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦮꦶ꧍ aksara Kawi.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi bahwa Selebrasi Aksara Kawi ini merupakan bagian dari memperingati Hari Aksara Internasional.
Menurut Dian Selebrasi ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦮꦶ꧍ Aksara Kawi, yang menjadi induk bagi aksara, ini sudah terdaftar di unicode dengan slot kode 11F00 dan 11F5F dan pada 2023 sudah terdaftar pada Standar Nasional Indonesia [SNI] 9047 dan SNI 9048.
“꧌ꦱꦼꦭꦼꦧꦿꦱꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦮꦶ꧍Selebrasi Aksara Kawi tentu jadi proses rangkaian dari semua upaya yang telah kita lakukan bersama sejalan dengan aksara Jawa yang sudah mulai berkembang dalam pemanfaatannya. Kami berterima kasih kepada semua pihak ketika aksara Kawi dan Jawa menjadi bagian penting pertandingan dan pengembangan ke depan.” kata Dian Lakshmi Pratiwi.
꧌ꦱꦼꦭꦼꦧꦿꦱꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦮꦶ꧍Selebrasi Aksara Kawi pada selasa malam (26/9/23) telah didahului dengan seminar digitalisasi ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦮꦶ꧍Aksara Kawi pada sore hari yang menghadirkan Narasumber Roni Lantip, Diaz Nawaksara dan Arif Budianto yang dipandu oleh Setya Amrih Prasaja sebagai Ka Sie Bidang Bahasa dan Sastra, Dinas Kebudayaan, ꧌ꦣꦌꦫꦃꦇꦱ꧀ꦠꦶꦩꦺꦮꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ꧍ Daerah Istimewa Jogjakarta. (nng/aksara oleh IS).