Akan hadir sebuah buku baru tentang sejarah kota Surabaya. Judulnya “Meneropong Sejarah Surabaya Dari Sungai Kalimas”.
Buku ini ditulis oleh Nanang Purwono, yang sebelumnya telah menulis “Mana Soerabaia Koe” (2006), “Benteng Benteng Soerabaia” (2010) dan “Sourabaya, Kampung Belanda di Bantaran Jalur Perdagangan Kalimas” (2011).
“Meneropong Sejarah Kota Surabaya Dari Kalimas” adalah buku yang mendeskripsikan tempat tempat bersejarah di kota Surabaya, khususnya yang ada di sekitar sungai Kalimas mulai dari Ngagel (selatan) hingga ke Tanjung Perak (utara).
Kesejarahannya membentang ke belakang dari era kemerdekaan di pertengahan abad 20 hinggga ke zaman Majapahit – Singasari di abad 13. Genap 730 tahun, jika menurut penanggalan Hari Jadi Kota Surabaya yang jatuh pada 31 Mei 1293. Dari sungai Kalimas, yang mengular di kota Surabaya inilah, jejak jejak kesejarahan kota dapat ditelusuri.
Dari penelusuran, yang dilakukan oleh Begandring Soerabaia dan selanjutnya didokumentasikan dalam buku ini, setidaknya ada lebih dari 70 titik yang meliputi benda, bangunan dan tempat bersejarah. Tempat tempat itu terbingkai dalam 160 photo yang termuat dalam buku itu.
Semua itu, tempat tempat bersejarah, yang ada di sekitar kawasan di sepanjang daerah sekitar sungai Kalimas mulai dari Ngagel (Selatan) hingga Ujung (Utara), disajikan dan diurai secara klasifikatif berdasarkan pengklasteran. Ada klaster Dam Ngagel, jembatan BAT, jembatan Gubeng, jembatat Simpang, jembatan Peneleh, jembatan Pasar Besar, Jembatan Merah dan jembatan Petekan.
Melalui buku ini, pembaca seolah dituntun dan dipandu dalam sebuah penjelajahan oleh seorang pemandu wisata sejarah. Apalagi jika penjelajahan itu dilakukan sambil menyusuri Kalimas dari ujung Selatan di Ngagel hingga ujung Utara di Tanjung Perak.
Buku ini selain sebagai panduan wisata sejarah Surabaya, khususnya yang ada di sekitar Kalimas, “Meneropong Sejarah Surabaya Dari Sungai Kalimas” sekaligus sebagai dorongan kepada para stakeholder kota Surabaya untuk bisa merevitalisasi sungai Kalimas agar memiliki fungsi yang lebih. Yaitu tidak sekedar sebagai jalur air dari pedalaman Jawa ke Selat Madura.
Tetapi lebih dari itu, sungai Kalimas bisa memiliki fungsi rekreasi, pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian transportasi, perhubungan dan ekonomi.
Akhirnya, buku ini sengaja ditulis menjadi guidance pariwisata kota yang berbasis sejarah, khususnya untuk menunjang pariwisata air di sungai Kalimas dan sekaligus sebagai referensi kesejarahan kota Surabaya. (Nanang)