Begandring.com: (7/8/23) – Tiga hari terakhir (3/8/23) sebelum kepulanganku ke tanah air (5/8/23), paket data internet ku habis. Praktis aku tidak bisa berkomunikasi baik melalui Whatsapp, FB dan apalagi menelpon. Aku sudah berupaya, dengan waktu yang sempit, untuk mencari dan membeli sambungan di sana (Rotterdam) tapi gagal. Kecuali dapat sambungan wifi di hotel. Itulah kesempatan ku bisa berkabar kepada anak anakku dan kawan kawanku dari negeri nan jauh di sana.
Ketika dalam perjalanan pulang ke tanah air (5-6/8/23), di setiap bandara aku selalu mencari sambungan free wifi. Pertama di bandara Shiphol, kedua di kota transit Doha, Qatar. Di dalam pesawat tentu tidak boleh karena semua HP harus dalam posisi mode pesawat.
Begitu tiba di tanah air, Cengkareng, aku masih dapat sambungan dari free wifi Custom yang disiapkan di area kedatangan. Itu pun tidak dengan leluasa menggunakan layanan free wifi karena aku harus fokus ke menunggu dan mengambil begasi. Waktu juga sudah malam. Pesawat mendarat pada pk 21.30 WIB. Kesempatan hanya digunakan untuk menunggu dan mengambil luggage serta proses pemeriksaan imigrasi.
Begitu keluar dari ruang kedatangan, ternyata jaringan layanan wifi sudah hilang. Aku sudah tidak bisa komunikasi. Sementara data internet ku tidak bisa. Roaming selama di Nederland ternyata cukup mahal. Data sudah habis sebelum kegiatan disana usai. Kurang dari dua minggu.
Di luar ruang kedatangan Cengkareng tidak ada jaringan wifi gratis. Praktis aku tidak bisa berkabar kepada anak dan kawan kawan kalau aku sudah di tanah air. Hati ini sudah sangat ingin berkabar. Tapi tidak bisa. Aku merasa gusar. Ingin sekali berkabar tapi tidak bisa. Ini juga sekaligus aneh, ketika masih di negeri orang saja aku bisa (dengan wifi) tapi begitu tiba di negeri sendiri terbatasi. Tapi hal ini bisa dimengerti. Suatu hal yang wajar dan masuk akal.
Ada Chemistry.
Tapi ada yang tidak masuk akal terjadi. Aku heran. Tapi nyata. Tidak bisa dinalar. Jaringan celulerku bisa bekerja tanpa ada pengisian kuota data.
Praktis sejak habis tiga hari sebelum kepulanganku (3/8/23), aku tidak bisa leluasa berkomunikasi kecuali menemukan jaringan wifi seperti di hotel dan di bandara bandara.
Karenanya, hati ku pun sangat gusar. Kuat sekali ingin berekspresi melalui texty (tulisan) dan rasa ini berkecamuk hingga pagi tat kala suatu chemistry itu terjadi tanpa dinanti.
Aku bisa menerima dan membaca texty dari seseorang yang selama ini menjadi pujaan hati. Text itu masuk ketika aku bergegas mau menuju emplasemen kereta api. Waktu sudah mepet dan menunjukkan 09.30 pagi. Sementara kereta api akan datang pk 10.00 pagi.
Isi text itu sangat menyenangkan dan menenangkan ketika aku begitu tergopoh dan gusar karena waktu dan gak bisa berkomunikasi. Dalam waktu sekitar 30 menit itu pun sempat terbesit dalam benak bahwa aku tidak akan bisa memberi informasi kepada anak anakku di rumah bahwa aku akan tiba di Surabaya mengunakan kereta api di Stasiun Pasar Turi pada senin petang hari.
Dengan masuknya text kurang dari 60 menit kereta api Sembrani berangkat lagi, semua kegusaran ku terselesaikan. Pertama aku bisa mengabarkan pada anak bahwa aku pulang hari ini (Senin, 7 Agustus 2023) dengan menggunakan Sembrani di petang hari dan kedua aku bisa berkabar kepada Ivory that am coming.
Selama di dalam kereta dari Jakarta ke Surabaya, aku pun terus berfikir bagaimana mobile phone ku kok bisa bekerja seperti ini, padahal tidak ada penambahan quota data sama sekali. Data sudah habis terhitung 5 hari dari sekarang (7/8/23).
Tapi aku yakin ada chemistry yang bekerja dan mengoperasikan mobile phone ku. Kok bisa? (nng)