Ir Armuji MH mempercepat langkahnya. Setelah memarkir sepedanya di depan Gedung Singa. Dia lantas mendekati kerumunan orang. Di bekas halte Jembatan Merah. Di sana, berkumpul 80 dokter mata FK Unair. Mereka adalah peserta jelajah Kota Tua Surabaya. Ikut program Heritage Walk Surabaya Urban Track (Subtrack). Yang dihelat Perkumpulan Begandring Soerabaia.
Pagi itu, pria yang menjabat wakil wali kota Surabaya itu, tak datang sendiri. Dia bersama puluhan orang dari komunitas gowes di Kota Pahlawan.
Sejurus kemudian, seorang panitia menyodorkan megaphone. Armuji antusias menyambutnya. Dia berasa bernostalgia. Teringat masa-masa saat menjadi aktivis. Yang memimpin demonstrasi dengan berbicara melalui megaphone.
Tanpa tedeng aling-aling, Armuji memuji Perkumpulan Begandring Soerabaia. “Mereka ini para pegiat sejarah yang tak pernah lelah berkegiatan untuk melestarikan sejarah dan budaya di Surabaya,” tutur dia.
Kata dia, Begandring Soerabaia konsisten memperkenalkan sejarah dan warisan pusaka Kota Surabaya. Jelajah Kota Tua Surabaya sudah kesekian kali digelar. Peminatnya cukup besar. Berasal dari berbagai kalangan. Dari akademisi, praktisi, sosialita, dan lain sebagainya.
Melalui Heritage Walk Subtrack, terang Armuji, perserta diajak mengunjungi tempat-tempat yang mungkin tidak diketahui atau sudah dilupakan warga Surabaya.
“Padahal tempat tempat itu memiliki nilai sejarah yang luar biasa bagi kota Surabaya. Selain memiliki nilai perjuangan, juga menyimpan nilai peradaban kota yang patut diapresiasi,” ujar pria yang karib disapa Cak Ji ini.
Melalui kegiatan ini, peserta diajak menyingkap tabir Surabaya tempo dulu. Melihat objek-objek penting di Kota Tua Surabaya yang tidak hanya Jembatan Merah yang menjadi saksi bisu tewasnya Brigadir AWS Mallaby, yang menjadikan Sekutu murka dan pecah perang 10 November 1945.
“Masih banyak tempat-tempat yang usianya sudah ratusan tahun dan itu masih ada di kawasan kota tua ini,” sebut Armuji.
Menurut dia, Heritage Walk Subtrack ini sangat edukatif dan konstruktif dalam pembangunan karakter masyarakat Kota Surabaya. Ia mencontohkan peran Begandring Soerabaia dalam mengadvokasi kasus rencana penjualan Gedung Singa, aset bersejarah di Jalan Jembatan Merah. Ketika itu, tahun 2021, Gedung Singa akan dijual oleh PT Asuransi Jiwasraya.
“Berkat upaya pegiat sejarah, akhirnya penjualan aset itu dihentikan. Masak, aset negara kok dijual,” kata Armuji, seraya mengucap terima kasih atas peran Begandring Soerabaia dalam penyelamatan aset negara ini.
Armuji lantas membandingkan dengan keberadaan gedung-gedung tua bersejarah di luar negeri. Di sana, gedung-gedung tua itu dirawat, dipelihara, dan dimanfaatkan dengan baik. Berbeda dengan di Indonesia, masih ada pembiaran, sehingga gedung-gedung itu tidak terawat dan rusak.
“Mumpung sekarang kita masih bisa melihat dan memiliki gedung-gedung penting itu. Kalau sudah tidak ada, kita hanya sekedar mengenang dengan membaca buku saja atau melihat foto-foto, “ tandas Armuji.
“Nanti kalau sudah hilang, dibongkar, semua pada ribut. Ribut masyarakatnya, ribut pemerintahnya. Makanya, marilah aset bersejarah yang ada di Kota Surabaya ini dijaga bersama-sama,” pungkas Armuji. (*)
Ditulis Oleh : Nanang Purwono, jurnalis senior dan ketua Begandring Soerabaia