Ganjar Pranowo, calon Presiden RI, yang diusung Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, bersuci diri dengan mencuci tangan dan membasuh muka menggunakan Tirta Amerta yang diambil dari Sumur Jobong, sumur kuno dari era Majapahit, sebelum memasuki Rumah Lahir Bung Karno di Pandean IV/40 Surabaya pada Sabtu sore, 6 Mei 2023
Sumur Jobong di Pandean adalah satu satunya benda arkeologi in-situ di Surabaya, yang sudah ada pada 1430. Artinya sumur kuno di Pandean I ini sudah ada sebelum tahun 1430 dan baru diketemukan pada 2018. Usianya lebih dari 593 tahun.
Jika sumur serupa dari era Majapahit sudah mati dan tidak mengeluarkan air, maka sumur jobong di Pandean masih hidup dan aktif mengeluarkan air. Tidak hanya hidup tapi airnya sangat jernih.
Dari pengalaman beberapa pengunjung yang sempat meminum air tersebut, mereka mengatakan bahwa airnya berasa seperti air kemasan bermineral.
“Loh… air ini bermineral tinggi, seperti air zam zam”, ujar Gamal, seorang purnawirawan TNI bintang dua yang melakukan survey untuk rencana kunjungan sekitar 400 mahasiswa senusantara yang akan belajar nilai nilai kebangsaan dan pluralisme di kawasan kampung kebangsaan Peneleh.
Kiranya tidak berlebihan ketika Ganjar Pranowo dalam kunjungannya ke Surabaya, Ganjar menyempatkan diri mampir ke Rumah Lahir Bunga Karno di Pandean IV. Sementara keberadaan Sumur Jobong dimana air tirta amerta itu diambil untuk prosesi sebelum memasuki Rumah Lahir Bung Karno.
Pada Sabtu pagi, rumah yang bernomor 40 itu diresmikan sebagai museum Rumah Lahir Bung Karno oleh walikota Surabaya, Eri Cahyadi.
“Surabaya dan Soekarno adalah dua sisi mata uang. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Karenanya sejarah Soekarno tidak boleh hilang dari Surabaya”, kata Eri Cahyadi dalam sambutan peresmian museum itu.
Pada sore hari, di tempat ini di Pandean IV Ganjar Pranowo menerima tirta amerta yang diambil dari Sumur Kuno yang berada di Pandean gang I.
Kedatangan Ganjar Pranowo didampingi oleh Walikota Surabaya Eri Cahyadi, Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono, Puti Guntur Soekarno, Anggota DPR RI Indah Kurnia, mantan Wakil Walikota Surabaya Wisnu Sakti Buana dan jajaran pengurus DPC PDIP Kota Surabaya serta ribuan simpatisan PDIP Perjuangan.
Ganjar Pranowo mengatakan bahwa dengan kehadiran museum tentang riwayat Soekarno kecil harus dibarengi dengan bangkitnya kreativitas warga.
“Tolong dengan hadirnya museum ini, warga bisa menyambut dengan menjual aneka souvenir seperti gantungan kunci, kaus, mug dan lainnya sehingga ada oleh oleh yang bisa dibawa pulang pengunjung sebagai kenang kenangan”, pesan Ganjar dalam kunjungan museum yang dipandu oleh Kuncarsono Prasetyo dari pegiat sejarah Begandring Soerabaia.
Hal senada juga disampaikan oleh walikota Surabaya usai peresmian pembukaan museum, ia mengatakan bahwa kreativitas ekonomi harus mengiringi. Ia bahkan memerintahkan lurah Peneleh dan camat Genteng untuk segera memetakan dukungan kegiatan terhadap hadirnya museum.
Selain kepada warga, walikota Eri Cahyadi juga meminta keterlibatan Begandring Soerabaia untuk bersama sama mengembangkan potensi sejarah lainnya di kawasan Peneleh.
“Harus ada koneksi antara museum Rumah Lahir Bung Karno dengan museum HOS Tjokroaminoto serta Sekolahan SD Sulung dimana bapaknya Soekarno, Raden Sukeni Sosrodihardjo, pernah mengajar sebelum kelahiran Soekarno pada 6 Juni 1901.
Dari Rumah Lahir Bung Karno inilah, Ganjar menerima pesan dan amanah dari masyarakat Surabaya yang disimbolkan dengan pemberian Tirta Amerta yang diambil dari Sumur Jobong. Lokasi dimana sumur Jobong berada ini diyakini sebagai awal peradaban kota Surabaya.
Tidak hanya terbukti dengan temuan Sumur Jobong pada 2018 yang keberadaannya sudah ada pada 1430 M, tapi juga terdapat bukti sejarah lainnya yang berupa Prasasti Canggu yang berangka 1358 M. Prasasti ini menuliskan dengan jelas nama Surabaya.
Dari kawasan Peneleh inilah sifat Surabaya mulai dikenal. Yaitu sifat berani yang secara berkelanjutan diturunkan dari generasi ke generasi sehingga saat sekarang kota Surabaya memiliki jargon Surabaya Berani atau Suroboyo Wani.
Dalam kunjungannya ke Surabaya, Ganjar berada di Kampung Pandean selama kurang lebih 1 jam. Selama itulah Ganjar menerima pesan dari rakyat Surabaya yang disimbolisasikan melalui pensucian Tirta Amerta agar Ganjar bisa mengemban estafet kepemimpinan dari Presiden Pertama Soekarno kepada Ganjar Pranowo.(Nanang)
[…] Kunjungan Ganjar Pranowo ke Sumur Jobong […]