Menandai peluncuran portal berita sejarah dan budaya begandring.com, digelar diskusi kepahlawanan tentang sosok Darmosugondo dan kiprahnya dalam pertahanan kedaulatan negara serta perannya di wilayah Made, Surabaya.
Diskusi dihadiri Rio Willy, seorang peneliti dan pegiat sejarah Mataseger Gresik. Rio Willy sengaja datang ke Lodji Besar, markas Begandring Soerabaia, setelah membaca artikel tentang kisah tradisi dan kesaksian Seniman alias Mbah Man, tokoh masyarakat Made di begandring.com.
Ini karena Mbah Man menjadi saksi mata sepak terjang Darmosugondo yang selama ini menjadi objek penulisan sejarahnya. Saat Batalyon Darmosugondo mendirikan Pos Komando Gerilya pada 1 April 1949, di Desa Mace, Mbah Man bersama ayahnya, dan penduuduk Desa Made, menyembunyikan keberadaan Batalyon 108/Djago yang dipimpin Mayor Darmosugondo. Kemudian berdirilah K.DM Soerabaja (Komandan Distrik Militer) di Desa Made di bawah pimpinan.
Rio menyatakan, banyak orang belum tahu tentang sosok Darmosugondo. Tokoh pergerakan dan pejuang hebat yang pernah mengisi lembaran sejarah bangsa dalam upaya merebut kemerdekaan.
“Banyak yang bisa ditelisik dari perjuangan Darmosugondo di era Perang Revolusi 1946-1949,” terang Rio.
Dia juga menuturkan jika nama Darmosugondo layak disulkan menjadi Pahlawan Nasional. Mengingat, Darmosugondo tidak hanya berperan di Made dan Gresik, yang kala itu masih wilayah Kabupaten Surabaya, tetapi pada pasca perang kemerdekaan.
“Darmosugondo terlibat dalam sejumlah normalisasi keamanan dalam negeri. Misalnya di Sumatera dan Kalimantan,” terang Rio.
“Di Sumatera, Kalimantan, dan Gresik sendiri sudah ada jalan yang bernama Darmosugondo. Kiranya Surabaya, khususnya di kelurahan Made, perlu ada nama tokoh yang dijadikan nama jalan. Yaitu jalan Darmosugondo,” imbuh alumnus Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.
Rio Willy mengatakan siap berkolaborasi dengan Perkumpulan Begandring Soerabaia untuk merekonstruksi nilai- nilai perjuangan Darmosugondo dan rakyat Made.
Nanang Purwono, ketua Begandring Soerabaia, menegaskan akan menindaklanjuti temuan awal tentang nilai tradisi dan kepahlawanan di Made.
Begandring, kata Nanang, bakal bekerja sama dengan pemangku kelurahan dan warga Made untuk menyusun atraksi sejarah warga Made dan Darmosugondo dalam perang kemerdekaan yang disajikan dalam serangkaian prosesi Sedekah Bumi yang setiap tahun digelar.
“Selain itu, kamu berupaya mengusulkan nama Darmosugondo yang terhitung sebagai pahlawan menjadi nama sebuah jalan di lingkungan Made,” tandas dia.
A Hermas Thony, wakil ketua DPRD Surabaya, menyarankan agar tim Begandring bisa mengeksplorasi sosok Darmosugondo yang memiliki nilai sejarah.
“Bukan hanya kajian ilmiahnya, tapi juga fakta-fakta lain juga perlu diperdalami. Jadi kalau hal itu terpenuhi bisa saja mengusulkan nama Darmosugondo untuk menjadi pahlawan,” pungkasnya. (*)