Saatnya Menghidupkan Kembali Kota Tua Surabaya

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam sambutan pembukaan pameran foto Surabaya Lintas Masa di Balai Pemuda, Sabtu (3/9/2022), menegaskan pentingnya kebangkitan kebudayaan Surabaya. Dan event pameran ini bisa menjadi pemantiknya.

Pernyataan tersebut menjadi kunci bagi siapa pun di kota ini, baik pegiat sejarah, budayawan, dan stakeholder lainnya, untuk benar-benar memahami dan selanjutnya melakukan aksi-aksi nyata demi kebangkitan kebudayaan.

Selama ini, aksi-aksi itu seolah tersendat. Beberapa kegiatan memang sudah berjalan, tapi bersifat sporadis. Belum berjalan secara terintegrasi dan sistematis. Yang bisa menunjukkan kepada warga kota, warga pendatang dan wisatawan bahwa Surabaya sebenarnya kaya akan nilai-nilai kebudayaan dan kesejarahan. Apalagi ada yang merasa kesulitan dalam unjuk kebolehan karena terbatasnya ruang berekspresi.

Melalui semangat yang dicanangkan wali kota Surabaya ini, maka saatnya bergandengan bersama dalam melacak, menghidupkan, mengembangkan dan memanfaatkan potensi kota itu demi menjaga identitas diri dan kesejahteraan warganya.

Para dokter mata FK Unair menikmati jelajah sejarah Kota Tua Surabaya. foto: begandring

 

Secara tegas dan terbuka, wali kota Surabaya telah menginstruksikan kepada kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Ka Disbudpkrapar) Wiwiek Widayati untuk memfasilitasi para pelaku seni, budaya dan sejarah. Berikan mereka fasilitas atas pemanfaatan ruang di lingkungan kompleks Balai Pemuda.

“Gratiskan Balai Pemuda. Manfaatkan Balai Pemuda. Gunakan aset pemerintah untuk ajang berkesenian dan berkebudayaan,” kata Eri Cahyadi.

Kiranya, peluang ini harus bisa gayung bersambut dalam memanfaatkan ruang dalam berkesenian dan berkebudayaan demi semakin kokohnya identitas bangsa di Surabaya. Karenanya, kelompok-kelompok seni dan budaya harus kreatif dan inovatif dalam menyajikan karya-karyanya. Menyajikan karya berkualitas dan layak menjadi tontonan dan tuntunan bagi publik.

Surabaya punya tempat-tempat yang dipakai sarana berekspresi, aksi kebudayaan dan kesejarahan bagi pegiat, seniman dan budayawan. Sayangnya, tempat-tempat itu belum didayagunakan. Semisal plaza di Taman Sejarah. Melihat fasilitas di Taman Sejarah ini, sebetulnya taman ini sudah dirancang sebagai panggung pertunjukan terbuka di kawasan yang sangat bersejarah bagi Kota Surabaya. Di sana sudah disediakan panggung pementasan dan plaza sebagai tempat penonton.

Baca Juga  Surabaya Jadi Kota Tujuan Wisata Personal, Lokal dan Khusus

Sejak selesai dibangun hampir 10 tahun lalu, hingga sekarang belum pernah dimanfaatkan dengan semestinya. Taman ini sesungguhnya mirip dengan Taman Fatahilah di Kota Tua Jakarta dan Taman Srigunting di Kota Lama Semarang

Taman Sejarah di Surabaya dulunya adalah area Taman Kota di dalam tembok kota di era VOC. Namanya Willemplein, Taman Raja Willem. Taman atau alun-alun kota (kala itu) merupakan kelengkapan kota, di sana pernah ada balai kota (kantor residen) dan gereja. Di tempat inilah publik berkumpul dan beraktivitas. Apalagi dalam perkembangannya, di lokasi ini muncul halte trem, dermaga sungai, hingga terminal bus (terminal Jembatan Merah).

Para pegiat sejarah Begandring Soerabaia yang concern berkegiatan jelajah sejarah. foto: begandring

 

Jadi, kalau melihat fungsinya kala itu, Taman Sejarah bisa diaktifkan sebagai sarana publik yang lebih membawa manfaat dan bisa mengembangkan inspirasi untuk membangkitkan dunia seni dan budaya di Surabaya. Dengan demikian, Taman Sejarah bisa menjadi pusat ekspresi seni  budaya dan sejarah di kawasan Kota Tua Surabaya.

Koridor-koridor jalan di kawasan Kota Tua dengan “pagar pagar gedung raya” juga bisa dimanfaatkan sebagai ruang kreativitas, asalkan kawasan Kota Tua ini mulai dirancang dan ditata dengan serius, terencana dan berkelanjutan sebagai jujugan wisata kota Surabaya.

Terlalu sayang jika kawasan kota bersejarah ini sekadar menjadi alur lalu lintas. Kawasan Kota Tua Surabaya layak dibenahi dalam pengelolaannya agar menjadi nilai tambah bagi Kota Surabaya.

Pemerintah Kota Surabaya memang sudah mulai mendengungkan pengelolaan kawasan kota tua ini. Bahkan, wali kota Surabaya juga menegaskan keinginannya untuk mengelola kawasan kota tua sebagai destinasi wisata Kota Surabaya.

Sekarang, tinggal bagaimana mengelola kawasan ini agar lebih memberi nilai dan manfaat untuk tujuan pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian, sosial, kebudayaan dan pariwisata sesuai amanat Undang Undang Cagar Budaya dan Undang Undang Pemajuan Kebudayaan. (*)

Baca Juga  Butuh Media Sakti untuk Negeri

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x