Tahu Nggak Sih, Industri Minyak Pertama Ternyata Diawali dari Surabaya

Industri perminyakan di Indonesia melewati sejarah panjang. Diawali dari Surabaya pada akhir abad 19, Industri minyak bumi di Hindia Belanda kemudian menyebar ke mana-mana, menjadi primadona, dikonsesi banyak perusahaan asing, bahkan hingga sekarang. Ironisnya, di tempat asal sejarah eksploitasi minyak bumi itu, tidak ada satupun bekas yang tersisa. Krukah dan Wonokromo, di Surabaya.

Setidaknya ini yang tercatat dalam Illustrated Encyclopedia of Nederlandche Indie oleh GFE Gonggryp, (Leidsche Uitgeversmaatschappij, Leiden 1934). Menurut catatannya, Industri perminyakan di Hindia Belanda dimulai pada 1888. Lebih cepat 20 tahun dari Timur Tengah yang memulai eksplorasi pada 1908 di Iran.

Bermula dari pembentukan perusahaaan minyak Doordsche Petroleum Maatschappij (DPM) oleh insinyur pertambangan Adriaan Stoop 1887. Pemerintah Hindia Belanda 1889 memberikan konsesi sebuah lokasi “dekat Surabaya”  yang bernama Consesie Djabakotta. Stoop memperoleh konsesi di areal seluas 152,5 km persegi bernama Lapangan Krukah. (sekarang daerah Ngagel, Surabaya. Red)

Direksi DPM di Wonokromo. Pioner industri minyak, tampak Adriaan Stoop paling kanan. difoto 25. Maret 1896 | National Archives of the Netherlands

Pada catatannya, inilah eksploitasi minyak bumi pertama di Hindia Belanda berskala industri. Di sini menghasilkan 8000-an liter minyak bumi per hari.

Tiga tahun kemudian, yaitu 1891, DPM mendapat konsensi lagi untuk “Dua Belas Desa” yang juga masih tertulis dekat Surabaya, dan segera dieksploitasi. Lima tahun kemudian, pada 1896 DPM melakukan eksploitasi lapangan minyak untuk Lidah Koelon. (Kelurahan Lidah Kulon, Surabaya. Red).

Direksi DPM di Wonokromo. Pioner industri minyak, tampak Adriaan Stoop paling kanan. difoto 25. Maret 1896 | National Archives of the Netherlands
DPM kemudian mendirikan kilang minyak pertama di Hindia Belanda, di Wonokromo, Surabaya. Kilang untuk mengolah minyak mentah menjadi gasolin dan pelumas mesin industri ini beroperasi pada tahun 1891.

Baca Juga  Pengunjung Museum Pendidikan Surabaya: "Aku pulang. Air habis, haus, terus mulih".

Sejak itu, banyak berkembang konsesi-konsesi DPM di Jawa, antara lain di daerah Gunung Kendeng, Bojonegoro, Rembang, dan lain-lain. Stoop menerima konsesi sekitar 30 lapangan minyak.

Dia bahkan mendirikan kilang keduanya di Cepu, pada 1894. Bahkan Stoop sempat membuat rekor pertama kali mengendarai mobil terjauh di Hindia Belanda pada 1899. Yaitu  mobil berbahan bakar gasolin dari Surabaya ke Cepu.

Sayangnya, saat ini semua yang sempat tercatat sebagai lokasi eksploitasi minyak pertama tidak tersisa bukti fisiknya. Lidah Kulon saat ini menjadi areal persawahan, perumahan dan perkampungan. Tidak ada satupun jejak eksplorasi minyak.

Bekas kilang Wonokromo, tersisa bangunan kantor Pertamina saja. Lahan kilang yang sangat luas lainnya, sejak 40 tahun lalu sudah disulap menjadi pertokoan, proyek apartemen, dan dijubeli permukiman.  Tidak ada satupun bukti fisik yang tersisa.

Lapangan minyak tertua di Krukah kini juga menjadi perkampungan padat. Tidak ada satu jejakpun tertinggal. Salah satu yang tersisa hanyalah toponimi kampung Ngagel gang Pipa. Sebab, hingga 1970-an area ini masih terdapat pipa-pipa raksasa dari Krukah ke Kilang Wonokromo yang berjarak 3 kilometer.

Air mancur minyak dari Kilang Minyak DPM Panolan, Rembang,1893 | National Archives of the Netherlands

Mulai Ekspansif

Setelah Surabaya perusahaan minyak lain melirik potensi di luar Jawa. Pengeboran pertama minyak bumi di Sumatra dilakukan di Kollok daerah Padang Atas. Menghasilkan 6000 liter, per hari. Sayang minyak bumi itu mengandung parafin. Karena dianggap tidak menguntungkan, ladang minyak ini ditinggalkan.

Sebenarnya jauh-jauh hari, eksplorasi minyak bumi sudah dilakukan sejak dunia dihebohkan oleh temuan bahan bakar baru untuk mesin industri. Temuan ladang minyak pertama ada di Karawang (1850), berturut-turut Semarang (1853), Kalimantan Barat (1857), Palembang (1858), Rembang dan Bojonegoro (1858), Surabaya dan Lamongan (1858). Pada 1871 rembesan minyak alami pertama kali di Majalengka berhasil diambil oleh pedagang Belanda Jan Reerink.

Baca Juga  Lima Jam Jelajah Sejarah Kawasan Simpang

Bahkan pada 1883 AJ Zijlker malah lebih dulu berhasil mendapatkan konsesi dari Sultan Langkat Sumatera untuk meneliti dugaan lokasi yang berpotensi sebagai sumur minyak. Survei tingkat dasar melakukan pengeboran pertama di lokasi itu pada tahun 1885 di bawah pengawasan insinyur tambang R Fennema; minyak dibor pada kedalaman 100 meter. Dan benar, ada potensi minyak di bawah perut Langkat.

Nyatanya, baru pada 1890 eksploitasi dilakukan oleh Koninklijke Nederlandsche Maatschappij.  Sumur kedua dibor tahun 1891, dua tahun setelah eksploitasi Surabaya. Setahun kemudian pada 1892, 1.300 liter minyak dihasilkan setiap hari.

Di tahun yang sama, Kilang kedua setelah Wonokromo, Surabaya, didirikan di Pangkalan Brandan Kalimantan. Insinyur pertambangan JH Menten yang membangun.

Pada tahun 1891 Sultan Kutei memberi konsesi kepada Louise dan Mathilde untuk mengesplorasi ladang minyak di Sungai Sangga Sangga. Kemudian mendirikan Perusahaan Industri dan Perdagangan Hindia Belanda dengan modal Inggris. Kelak ini menjadi perusahaan minyak Shell.

Karena hasil yang menguntungkan ini, demam minyak berkembang pada tahun-tahun itu. perusahaan-perusahaan muncul seperti jamur di musim hujan. Di Langkat Sumatera Utara, konsesi Boeloe Telang dan Boekit Tinggi diberikan dan dioperasikan juga dengan modal perusahaan Inggris.

Di Palembang, konsesi diberikan kepada de Petroleum Mij Sumatra Palembang (Sumpal). Dia mengesplorasi ladang minyak di daerah Ilir dan Banjoe Asin.

Pada tahun 1898 perusahaan ini mulai disempurnakan, Petroleum Mij kemudian merambah Moeara Enim, Sumatera Selatan. Minyak-minyak dari Palembang tengah ini plus minyak mentah dari Babat di Palembang Utara dialirkan melalui pipa yang dibagun sepanjang 140 km untuk memompa minyak ke kilang Pladjoe, Palembang.

Kantor Pusat BPM di Jakarta 1930. Sekarang kantor pusat Pertamina | foto : Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen

Kapasitas pipa ini mencapai 600 ton minyak mentah per hari. Minyak Babat juga diangkut dengan pipa ke Pladjoe. Perusahaan minyak Petrol Mij di Moesi Ilir mendirikan kilang sendiri di Bagoes Koening sebelah Pladjoe.

Baca Juga  Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Di Jawa, perusahaan minyak Rembang, Jawa Tengah didirikan pada tahun 1895, perusahaan ini mulai bekerja di sumur minyak Blora. Tahun 1899, lahir juga perusahaan minyak di Japara, Tegal, Madura.

Di Kalimantan, perusahaan minyak mulai mengeksplorasi daerah Amutai, wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan. Pada tahun 1907, Dua raksasa perusahaan minyak dunia Shell dan Royal Duch menyatukan diri menjadi satu perusahaan bernama De Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM). Setelah program nasionalisasi tahun 1950, BPM inilah yang menjadi cikal bakal Pertamina.

Pada 1924, Standard Oil of California (Socal), grup Standard Oil yang lainnya, mengirimkan geologisnya ke Hindia Belanda. Socal mendirikan Nederlandsche Pasific Petroleum Maatschappij (NPPM) pada 1930. Pengeboran pertama dilakukan pada 1935 di Blok Sebangga, sekitar 65 km utara Pekan Baru, Riau.

Pada 1936, NPPM diberi konsesi di Rimba, dikenal dengan Rokan Block, Sumatera Tengah. Pada tahun yg sama, Socal berpatungan dengan Texaco untuk mengelola sebagai pemilik bersama dengan nama baru, yaitu California Texas Oil Company (Caltex).

Saat Caltex mempersiapkan pengeboran di Sumur Minas di Siak, Riau, Jepang datang tahun 1942. Pengeboran dilanjutkan Jepang dan menghasilkan 800 bopd dari sumur berkedalaman 700m. Setelah Perang Dunia berakhir, para ahli geologi NPPM mengebor Sumur Minas-1. Penemuan inilah yang merupakan cikal bakal penguasaan Caltex (dan kemudian Chevron) terhadap cadangan minyak terbesar di Indonesia saat ini. (*)

 

Ditulis Oleh : Kuncarsono Prasetyo, pegiat sejarah dan owner Sawoong Creative

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *