VOC, HVA dan KPM Jejak Hindia Timur di Amsterdam.

Begandring.com: Rotterdam (1/8/23) – Jika Anda berkesempatan berkunjung ke kota Amsterdam, Belanda, sempatkanlah mampir ke replika Kapal VOC, yang dipakai sebagai museum. Letaknya berada di sungai Amstel, mengapung dan memberi sensasi berada di tengah lautan.

Ukuran kapal, yang terbuat dari kayu ini, satu berbanding satu. Ini merupakan kapal replika tapi dibuat sama. Semua ornamen: eksterior dan interior disesuaikan dengan aslinya, seperti ketika kapal. VOC, berperjalanan ke Hindia Belanda pada masa itu, abad 17.

Replika kapal, museum dan sekaligus monumen, menjadi media edukasi dan wahana wisata bagi semua orang. Secara terbuka, pihak kota Amsterdam dan Belanda menyampaikan fakta sejarah kepada dunia. Ada satu pesan penting dalam salah satu deskripsi infografis, yang tertempel pada dinding dalam kapal. Yaitu kronologi sejarah Belanda dan Hindia Belanda/Indonesia.

Replika Kapal VOC sebagai museum di Amsterdam. Foto: nng/Begandring.

Diawali dengan perjalanan kapal VOC masuk ke Hindia Timur di awal abad 17 dan diakhiri dengan penyerahan kekuasaan dari pemerintah Kerajaan Belanda ke pemerintah Republik Indonesia pada pertengahan abad 20.

Dunia bisa mengerti bahwa Pemerintah Kerajaan Belanda telah mengakui kedaulatan bangsa Indonesia sebagaimana diproklamirkan oleh Soekarno pada 17 Agustus 1945. Gambar Soekarno pun dengan tegas dilukiskan pada infografis di dalam kapal.

Banyak kekayaan Hindia Belanda (Indonesia) yang dilukiskan dalam kapal VOC ini. Kekayaan itu adalah produk rempah rempah. Ada ilustrasi teks, grafis, gambar dan peti peti tempat rempah. Fakta data ini mempertegas kekayaan emas hijau asal Indonesia yang dibawa Belanda pada masa lalu.

Indonesia (Hindia Timur) adalah kawasan yang menjadi jujugan bangsa Belanda sebagai tempat perburuan rempah rempah pada abad 16-17. Sebuah pelayaran yang sangat bersejarah sehingga keberangkatannya diperingati secara khusus dalam peringatan ke 350 tahun keberangkatan VOC dari kota Amsterdam ke Hindia Timur. Berangkat pada 1595 – 1945.

Baca Juga  Hari Listrik Nasional dan Sejarah Penerangan di Surabaya

Membayangkan kapal VOC, yang ukurannya tak ubahnya kapal Phinnisi, bisa dibayangkan keberanian para pelaut VOC. Kapalnya tidak jauh dari kapal Phinnisi. Artinya pelaut Indonesia tidak kalah dari pelaut VOC kala itu. Karenanya Kapal Phinnisi menjadi kapal latih bagi taruna Angkatan Laut Indonesia.

Kapal VOC yang seukuran dengan kapal Phinnisi. Foto: nng/Begandring.

Kapal VOC dalam pelayaran mengarungi lautan Mediterania dan Lautan Cina Selatan tidak dilengkapi dengan tenaga mesin. Melainkan layar dengan tenaga angin. Sementara haluan digerakkan oleh tenaga manusia. Mereka pelaut pelaut VOC menggerakkan bersama sama atas komando nakoda.

Haluannya sangat besar dan membutuhkan banyak orang untuk menggerakkan haluan. Termasuk menggerakkan dan mengoperasikan persenjataan meriam dengan misil bola bola. besi. Semua meriam dan peluru-peluru besi tersedia di sebelah meriam yang moncongnya mengarah di lobang lobang yang menghadap ke luar.

Selain meriam, juga terdapat pistol pistol dan persenjataan laras panjang dengan menggunakan bubuk misiu. Persenjataan ini disimpan di ruang perwira dimana juga terdapat almari perabotan dan data peta peta navigasi.

Pistol pistol VOC dalam rak persenjataan. Foto: nng/Begandring.

Susah dan keras bagaimana kehidupan di dalam kapal. Mereka butuh berbulan bulan berlayar dan sampai di Hindia Timur. Mereka disebut orang laut, Zeeman. Hanya mereka, serdadu dengan tenaga yang kuat, yang mungkin bisa ikut berlayar hingga ke tanah Hindia.

Tumpukan peti dan karung di dalam lambung kapal adalah gambaran rempah rempah nusantara yang diangkut dari Hindia Timur ke Belanda. Sangat kaya nilainya. Dari kekayaaan inilah, kota Amsterdam dapat dibangun. Pembangunan infrastruktur baik jalan, dam, jembatan termasuk gedung gedung perkantoran menjadikan kota Amsterdam seperti sekarang.

Baca Juga  Bedanten Layak Dijuluki Desa Sejarah
Produk rempah rempah ya g diangkut di dalam kapal VOC. Foto: nng/Begandring.

Dalam progresnya, produk rempah rempah berganti seiiring dengan perkembangan VOC. VOC adalah kongsi dagang di Belanda yang memiliki hak istimewa memiliki kesatuan militer dan menata sebuah administrasi negeri. Itulah negeri Hindia Timur.

Ketika VOC bangkrut di penghujung abad 18, peralihan kekuasaan pun berganti ke pemerintahan Hindia Belanda atas tatanan Pemerintahan Kerajaan Belanda. Hubungan antara Hindia Belanda dan Belanda terus berjalan. Nilai nilai hasil bumi mengalir terus dari Nusantara ke Belanda. Perkantoran yang menjadi perlambang Nusantara pun menghiasi Amsterdam.

 

HVA dan KPM

Salah satu diantara wujud kekayaan lain di kota Amsterdam adalah Handels Vereeniging Amsterdam (HVA). Ini adalah Kantor Perkebunan, yang ladang dan kebunnya berada di Hindia Timur. Di Hindia Timur, kantornya bertempat di kota Surabaya. Sekarang, di kota ini pasca kemerdekaan dikenal dengan PTPN XI di jalan Merak Surabaya. Di dalam gedung PTPN XI inilah ilustrasi kantor pusat HVA Amsterdam terukir bersanding dengan hasil hasil kebun Nusantara: tebu, kopi, kakau, karet, singkong, sawit dll.

Kantor Pusat HVA di Amsterdam. Foto: nng/Begandring.

Secara fisik, pada ornamen gedung HVA Amsterdam terdapat logo Belanda, Kota Amsterdam dan Kota Batavia. Batavia sebagai perwakilan Hindia Belanda. Sebagai ibukota negara.

Simbol simbol pada HVA. Kota Batavia, kota Amsterdam dan Belanda. Foto: nng/Begandring.

Tidak hanya terbatas pada kantor yang berhubungan dengan kekayaan perkebunan (HVA), di kota Amsterdam, tetapi juga terdapat gedung kantor yang menjadi persatuan pelayaran Belanda. Salah satu pelayaran dengan jalur Nederland – Hindia Belanda adalah Konningklijk Paketvaart Maastcappij (KPM). Di Indonesia KPM ini menjadi PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni).

Baca Juga  Surabaya Bergerak Demi Pelestarian Aksara Jawa. 
Eks kantor perkumpulan pelayaran Belanda yang kini menjadi hotel mewah. Foto: nng/Begandring.

Kantor Pelni di kota Surabaya, termasuk bekas kantornya yang digunakan sebagai toko Indomart, memasang foto foto kantor KPM yang tersebar di Indonesia.

Kantor KPM, yang masih berdiri dengan megah di kota Amsterdam, menggambarkan jalur pelayaran yang tidak hanya ke Indonesia, tapi juga ke negara negara seperti Amerika, Asia, Australia, Jepang dan Afrika.

Ilustrasi negara negara tujuan itu juga digambarkan dengan karya seni kaca timah yang sungguh indah. Ada gambar peta Indonesia yang dibuat dari kaca timah. Ada Jawa, Sumatra, Borneo, Sulawesi, Bali, Maluku dan Papua.

Peta kepulauan Indonesia, garuda dan songket Sumba pada kaca timah di interior gedung bekas Perkumpulan Pelayaran Belanda di Amsterdam. Foto: nng/Begandring.

Selain itu, juga ada gambar Garuda, seni songket Sumba, wayang golek Sunda dan gambar ikan. Serta gambar montage seni dan budaya Bali. Seni kaca patri timah, yang menghiasi seluruh ruangan dari lantai satu hingga lantai atas penuh dengan hiasan yang tidak asing dengan pemandangan gedung gedung kolonial di Surabaya.

Gambar wayang golek Sunda sedang sholat. Foto: nng/Begandring.

Sekarang dengan perkembangan zaman dan perubahan yang terjadi, gedung gedung itu (HVA dan KPM) tidak mengalami perubahan. Tapi mengalami fungsi. Misalnya gedung KPM telah berubah fungsi menjadi sebuah hotel mewah.

Sementara perubahan yang terjadi di kota Amsterdam menjadikan gedung gedung yang memiliki koneksi dengan Indonesia kini seolah terselip dalam belantara kemajuan dan perkembangan kota Amsterdam. Semoga tetenger antara Indonesia dan Belanda masih bisa diketahui orang dengan mudah sebagai tangga persahabatan antar kedua negara untuk masa depan. (nng).

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *