Untuk Kita Renungkan Seiiring Mengapa Aksara Jawa Kembali ke Surabaya

Begandring.com: Surabaya (25/10/23) –  Berangkat dari narasi Quora dibedah bahwa pada zaman dulu, dari zaman dinasti Sanjaya dan Syailendra berkuasa di pulau Jawa, yang bisa membaca dan menulis hanyalah kaum terpelajar yang kebanyakan merupakan kaum pendeta dan penguasa.

Pada abad abad berikutnya di zaman kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, keadaan tidak banyak berubah, yang bisa membaca kebanyakan hanya ulama atau pemuka agama dan kaum bangsawan Jawa. Rakyat jelata kebanyakan buta huruf, baik huruf Jawa kuno, huruf Jawa modern, atau huruf Arab. 

Aksara Jawa dalam kemasan mewah. Foto: ist/Begandring.

Akses pendidikan formal untuk rakyat jelata tidak terlalu banyak, kalau tidak mau dibilang tidak ada. Jadi, rakyat Jawa kebanyakan tidak melihat pentingnya menguasai huruf Jawa dan huruf Arab. Kebudayaan dan nilai-nilai luhur rakyat jelata kebanyakan disampaikan melalui media oral atau tuturan daripada media tertulis.

Baru setelah Indonesia merdeka, akses pendidikan dibuka kepada setiap kalangan, mulai dari kalangan atas hingga kalangan bawah. Memang kualitas pendidikan kalangan atas berbeda jauh dibandingkan dengan kalangan bawah, namun setidaknya kalangan bawah pun memperoleh pendidikan. 

Pendidikan modern ini mengajarkan pentingnya membaca dan menulis, yang mana medianya adalah huruf Latin. Maka huruf Latin inilah yang kini dikuasai oleh seluruh kalangan masyarakat Jawa modern.

Iklan belajar aksara Jawa. Foto: ist/Begandring.

Aksara Jawa biasanya dikuasai oleh mereka yang melihat pentingnya menguasai kebudayaan Jawa yang adiluhung, yang sebelumnya merupakan hal yang eksklusif dipegang oleh orang Jawa dari kalangan terpelajar atau berekonomi menengah ke atas. 

Sayangnya, sampai pada zaman sekarang, orang-orang yang berminat mempelajari aksara Jawa ini tidak banyak. Sementara dengan makin religiusnya orang Jawa, penguasaan huruf Arab makin mendapat tempat penting bagi orang Jawa yang Muslim.

Baca Juga  Bikin Replika Prasasti Kancana, Hari Jadi Pagesangan Resmi 31 Oktober
Aksara Jawa dalam sebuah reklame. Foto: nng/Begandring.

Jadi, singkatnya adalah, kebanyakan orang Jawa, yang leluhur mereka berasal dari kalangan bawah atau rakyat jelata, tidak pernah relate dengan aksara Jawa, oleh sebab inilah penguasaan orang Jawa terhadap aksara Jawa terbilang rendah.

Kini kalangan cedikia tertentu dan budayawan serta pegiat budaya sudah mulai mengerti pentingnya melestarikan aksara Jawa sebagai bagian dari jati diri bangsa. Mereka, yang kini menekuni dan menjaga Aksara Jawa, tidak lagi seperti golongan golongan seperti dahulu kala. Kini mereka menekuni Aksara Jawa sebagai bagian dari aksara Nusantara adalah demi menjadi jati diri bangsa di saat globalisasi itu mendera Nusantara.

Surabaya sebagai kota moderen kini bangkit dengan aksara Nusantara sebagai upaya membentengi peradaban lokal dan keberlanjutan lokal dari derasnya gelombang budaya asing. (nng)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *