Oleh : “Om” TP Wijoyo
Pada masa Kolonial Belanda, cara pemerintah kolonial saat itu berkomunikasi dengan masyarakat pribumi, selain menggunakan bahasa Belanda, juga menggunakan bahasa lokal. Dan tentunya hal ini berpengaruh pada ketika pemerintah kolonial memberikan informasi terkait pengumuman yang ditujukan kepada masyarakat kalayak umum.
Pemerintah kolonial selain menggunakan tulisan latin berbahasa Belanda dan berbahasa Melayu, pemerintah kolonial juga menyertakan tulisan lokal yaitu “Carakan Jawa” dan berbahasa Jawa. Hal ini dengan alasan karena pada saat itu banyak kalangan masyarakat pribumi (inlander) yang tidak bisa baca tulis huruf “Latin”. Dan masyarakat banyak yang belum paham akan bahasa Belanda.
Kalangan Masyarakat pribumi saat itu hanya bisa baca tulis aksara “Carakan Jawa” dan bahkan masyarakat yang pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren sangat bisa dalam penggunaan aksara “Pegon” (aksara Jawi + Arab).
Berikut salah satu contoh informasi yang dibuat pemerintah kolonial saat itu, dengan menggunakan huruf latin berbahasa Belanda & Melayu, serta menggunakan aksara Carakan Jawa dan berbahasa Jawa.
Pada plakat petunjuk informasi yang dibuat perusahaan listrik masa kolonial, ANIEM (Algemeene Nederlandsch-Indische Electriciteits-Maatschappij), sebagai berikut :
LEVENSGEVAAR
AWAS ELESTRIK
Sing Ngěmèk Mati (ditulis dengan aksara carakan jawa)
Dan ada juga plakat ANIEM sebagai berikut :
“LEVENSGEVAAR
HOOGSPANNING
AWAS
BISA MATI ELESTRIK KERAS”
*”Ngati ati”*
*”Bisa Mateni Elektris Keras”* (ditulis dengan aksara carakan jawa)
Keterangan :
———————
Pemakaian aksara “Carakan Jawa” pada plakat *ANIEM* (perusahan listrik masa kolonial).
Pada tulisan latin tertulis *”Elestrik”*. Sedangkan pada penulisan carakan Jawa tertulis *”Elektris”*.