Bank Nasional Indonesia, Bukan Bank Negara Indonesia

Kita jarang bahkan tak pernah mendengar nama Bank Nasional Indonesia (BNI). Sekilas, nama itu sama dengan Bank Negara Indonesia. Padahal kenyataannya berbeda.

Bank Nasional Indonesia dan Bank Negara Indonesia sama-sama disingkat BNI. Yang terakhir ada embel-embel 46, karena bank ini lahir pada tahun 1946.

Bank BNI 46 adalah bank pertama yang dimiliki Pemerintah Indonesia. Bank BNI 46 ini berdiri pada 5 Juli 1946 sebagai bank sentral. Itu berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 1946.

Karena kehadirannya yang pertama pada pascakemerdekaan, maka tanggal 5 Juli diperingati sebagai Hari Bank Indonesia.

Lantas, bagaimana dengan Bank Nasional Indonesia? Apakah ini bukan yang pertama di Indonesia?

Bank Nasional Indonesia memang lebih awal daripada Bank Negara Indonesia 1946 (BNI 46). Tapi Bank Nasional Indonesia hadir sebelum bangsa Indonesia merdeka tahun 1945.

Bank Nasional Indonesia adalah salah satu bank yang hadir di era kolonial. Hadirnya di Kota Surabaya pada tahun 1929.

Pada masa kolonial, sebelum kemerdekaan, terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda. Bank-bank itu antara lain adalah NV. De Javasche, De Postspaarbank, dan Hulp en Spaar Bank.

Juga ada De Algemene Volkskrediet Bank, Nederlandsche Handelsmaatschappij (NHM), Nationale Handelsbank (NHB), NV. De Escompto Bank dan Nederlansch Indische Handelsbank.

 Bank Nasional Indonesia, Bukan Bank Negara Indonesia

Di samping itu, ada bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-bank tersebut antara lain, NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank, NV. Bank Nasional Indonesia, Bank Abuan Saudagar, NV Bank Boemi, The Chartered Bank of India, Australia and China.

Di antara bank bank itu, NV Bank Nasional Indonesia dibuka oleh seorang tokoh pergerakan nasional, dr. Soetomo di Surabaya pada 1929.

Baca Juga  Halte Trem Listrik Surabaya,1930 (*)

Berdasarkan berita harian surat kabar Batavia Newspaper yang terbit pada 8 Mei 1929, N.V. Bank Nasional Indonesia di Surabaya didirikan setelah ada persetujuan dari Buitenzorg (Bogor) pada 1929.

Bank ini didirikan di pusat pergerakan pemuda di Surabaya. Yaitu di kompleks Gedoeng Nasional Indonesia di Jalan Bubutan. Kehadirannya yang berada di pusat pergerakan menunjukkan bahwa bank ini tidak semata-mata berorientasi bisnis (business oriented bank), tapi juga sebagai bank yang berorientasi pada pergerakan bangsa (national movement oriented bank).

Awalnya, bank ini bernama Bank Bumi Putera. Lalu berganti nama menjadi Bank Nasional Indonesia. Bank ini hasil investigasi dari Soerabaiasche Studieclub yang didirikan dr. Soetomo pada 1924.

Sebagai sebuah perkumpulan intelektual muda lulusan universitas di negeri Belanda, maka kegiatan-kegiatan Soerabaiasche Studieclub bersifat pergerakan bangsa demi meraih cita-cita kemerdekaan.

Apalagi telah dikenal bahwa Soetomo adalah salah satu tokoh Perkumpulan Boedi Oetomo yang didirikan pada 20 Mei 1908, yang selanjutnya diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Semangat kebangkitan inilah yang mengilhami intelektual intelektual muda untuk bergerak bersama demi kebebasan bangsa.

Karenanya, cara-cara mereka lebih intelek. Kesadaran berbangsa itu mengubah arah perjuangan bangsa. Mereka tidak lagi menerapkan strategi fisik seperti di sepanjang abad 19. Tetapi sudah memakai strategi melalui jalur pendidikan, kebudayaan, sosial dan ekonomi.

Selaian membuka Soerabaiasche Studieclub (1924), Soetomo juga mendirikan Surat Kabar Bulanan Soeloeh Indonesia (1926), mendirikan Bank Nasional Indonesia (1929), perkumpulan Studieclub berubah menjadi Partai Banga Indonesia (1930).

Di tahun 1930, Soetomo juga mendirikan Gedoeng Nasional Indonesia. Selanjutnya tahun 1931, mendirikan Harian Soeara Oemoem menggantikan Soeloeh Indonesia dan pada 2 September 1933 mendirikan majalah bahasa Jawa Panjebar Semangat. Hingga sekarang, Panjebar Semangat masih berproduksi di kompleks GNI, Jalan Bubutan, Surabaya.

Baca Juga  Masuk ke Zaman Romawi di kota Nijmegen, Belanda. 

 Bank Nasional Indonesia, Bukan Bank Negara Indonesia

Nasionalisme dan Indonesianisme

Api pergerakan sudah berkobar demi kemerdekaan yang mereka belum tahu kapan datangnya. Tapi mereka yakin, cepat atau lambat kemerdekaan itu akan tiba.

Sudah banyak upaya yang dilakukan dr. Soetomo untuk memerdekakan bangsanya. Tapi ia sendiri tidak sempat menikmati alam kemerdekaan. Ia meninggal pada 1938. Sementara kemerdekaan berhasil diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Soetomo dikebumikan di kompleks pusat pergerakan pemuda di Surabaya. Tepatnya di kompleks Gedung GNI di Jalan Bubutan. Ia tidak hanya berkalang kubur sebagai kusuma bangsa. Tapi ia berpagar karya besar, yang hingga sekarang masih memberi pancaran semangat bagi generasi muda untuk melanjutkan perjuangan mengisi kemerdekaan untuk meraih cita cita.

Salah satu karya itu adalah Bank Nasional Indonesia. Didirikan pada 1929, sebelum bangsa ini merdeka. Bank adalah salah satu cara dalam memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat kala itu dan berpartisipasi dalam menyokong upaya kemerdekaan.

Ketahanan ekonomi adalah senjata. Pun demikian dengan pendidikan. Karenanya Soetomo juga mendirikan penerbitan dan media untuk ikut mencerdaskan bangsa melalui membaca. Dalam perkembangannya, ia mendirikan partai politik sebagai metamorfosa dari Soerabaiache Studieclub yang ia dirikan pada 1924.

NV. Bank Nasional Indonesia di eranya membantu masyarakat dalam berusaha dagang serta menjawab persoalan persoalan ekonomi yang menjadi salah satu dasar lemahnya suatu negeri.

Melalui dunia perbankan, dr Soetomo membangun ketahanan bangsa. Bangsa yang kuat menjadi cara dalam menghadapi persoalan, termasuk penjajahan. Bangsa yang kuat dapat menentukan arah sendiri kemana harus melangkah ke depan.

Melalui pembangunan ekonomi, maka pelaksanaan kegiatan yang secara komunal demi kemerdekaan bangsa akan mampu berjalan bersama sama menjadi suatu kekuatan yang besar. Begitu pemikiran secara nasional yang akan bisa membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan, bukan parsial dan kedaerahan.

Baca Juga  Tayang Awal Tahun, Soera Ing Baja Diputar di Studio XXI TP 1

Gerakan pemuda di Surabaya yang terpusat di Gedong Nasional Indonesia (Pendopo sebagai arena vergadering, Bank Nasional Indonesia, Penerbitan Panjebar Semangat) yang hingga sekarang wujudnya masih ada adalah fakta sejarah pergerakan bangsa di Surabaya.

Nama “Nasional” dan “Indonesia” pada entitas perbankan yang ia dirikan adalah ekspresi Soetomo kepada negeri yang harus berdaulat. Kini, Indonesia sudah berdaulat, lantas apa yang selanjutnya kita perbuat? (nanang purwono)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *