Mengalami Boeboetan Heritage Track Part 2

Begandring.comDari gaya arsitektur campuran Indies dengan atap prisma, neo-reinaissance dengan pilar-pilar kokoh ala Greko-Roman, ornamen-ornamen sulur dari era Art Noveau hingga ornamen geometris Art Deco, semua ada di Kawasan Bubutan hingga Kraton dan Carikan.

Subtrack kembali diadakan pada 17 Desember 2023, dengan membawa tema “Boeboetan Heritage Track Part 2”. Tema kali ini adalah lanjutan dari Subtrack sebelumnya, yang menjelajahi kawasan selatan dari Bubutan seperti bekas penjara Koblen dan GPIB Bubutan. Dalam Subtrack kali ini, kawasan yang dijelajahi adalah sekitar Bubutan – Kawatan – Kraton. Tim Mahasiswa FIB Unair turut berpartisipasi sebagai kru yang mempersiapkan dan memandu para peserta.

Perjalanan penelusuran di Bubutan dimulai dari Gedung Nasional Indonesia di Jalan Bubutan sebagai titik kumpul sekaligus finish. Menyusuri Bubutan Gang I, ke Alun-alun Contong, separuh Bubutan Gang V sebelum akhirnya berhenti sejenak di Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama.

Bangunan ini adalah rumah milik seorang saudagar simpatisan organisasi Nahdlatul Ulama, yang juga menjadi saksi bisu dicetuskannya Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945.

Peserta Subtrack berpose di depan Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama, bangunan bersejarah tempat Resoloesi Djihad dicetuskan jelang Perang 10 November 1945 oleh K.H. Hasjim Asy’ari dan ulama se-Jawa dan Madura. Foto: Begandring.com

Selanjutnya saya dan peserta Subtrack lainnya melanjutkan perjalanan dengan melewati gang sempit dari Bubutan Gang VI yang tembus ke Kawatan Gang I, melewati ujung Jalan Penghela hingga ke Jalan Kawatan VI, dimana terdapat sekolah dasar NU “Halimah”. Gedung ini dulu adalah lokasi lembaga pendidikan Islam modern Nahdlatul Wathon pada 1916, yang didirikan oleh KH. Wahab Chasbullah. Sekolah ini berada tepat di pintu belakang makam kuno Kyai Sedo Masjid yang sedianya salah satu spot tujuan, sayang adanya kegiatan hari itu, sehingga kami batal berkunjung.

Baca Juga  Ada Bekas Tiang Listrik Trem di Jalan Rajawali, Begandring Usulkan Segera Relokasi ke Kota Lama

Kami pun beranjak menyeberangi Jalan Pahlawan ke arah Jalan Kraton II, dimana terdapat sebuah bekas pabrik percetakan era kolonial Belanda yang uniknya, memiliki dua bagian gedung di kedua sisi Jalan Kraton II yang terkoneksi dengan sebuah bangunan penghubung (mirip sky bridge modern). Hal unik lain adalah keberadaan gardu listrik kuno yang dibangun mirip pos gerbang kota kuno. Gardu ANIEM dengan nomor “41” ini dibangun dengan konsep seperti demikian, disebabkan kawasan Kraton dan Kawatan di masa lalu sudah padat oleh penduduk.

Saya dan peserta Subtrack pun kembali menyusuri Jalan Kramat Gantung kembali ke GNI. Kami melewati Jalan Carikan IV, ke arah Jalan Bubutan IV. Di gang ini, ada sebuah rumah yang dua tahun silam mendapat bantuan bedah rumah dari Pemkot Surabaya, di mana di dalamnya terdapat sebuah makam kuno yang masih ditelusuri asal usulnya.

Peserta Subtrack menyusuri gang-gang di Bubutan, dipandu kru Subtrack. Foto: Begandring.com

Perjalanan Subtrack kali ini memberikan gambaran rentang waktu sejarah Kota Surabaya di kawasan Bubutan, Kawatan dan Kraton. Toponimi dari beberapa lokasi seperti Carikan, Kawatan, Maspati atau Kraton menandakan jabatan atau pekerjaan dari masyarakat yang tinggal di sana di masa lalu, mungkin saat era keraton Kadipaten Surabaya masih eksis.

Desain bangunan di banyak tempat, dari gaya campuran Indies dengan atap prisma, neo-reinaissance dengan pilar-pilar kokoh ala Greko-Roman, ornamen-ornamen sulur dari era Art Noveau hingga ornamen geometris Art Deco, semua ada di Kawasan Bubutan hingga Kraton dan Carikan.

Guide Subtrack, Kuncarsono Prasetyo menjelaskan salah satu pilar bangunan rumah klasik kepada peserta. Foto: Begandring.com

Bubutan juga menjadi saksi kiprah kaum saudagar pribumi di Surabaya di masa Abad 17 hingga awal Abad 20. Banyak dari mereka adalah pedagang rempah-rempah, bahan makanan dan tekstil. Salah satu warga di Jalan Bubutan Gang V yang saya dan peserta Subtrack temui, adalah pedagang batik generasi ke lima yang saat ini masih mengekspor batik hingga Eropa Barat, Rusia dan Amerika Serikat.

Baca Juga  Seru, 400 Orang Jawa Sedunia Bakal Kumpul di Surabaya

Beberapa detail bangunan pun juga merekam kemahiran para ahli bangunan pribumi. Kaum saudagar yang pernah mendiami kawasan ini membangun rumah mereka mengikuti gaya rumah orang-orang Eropa. Mahalnya material besi dan logam lain yang menghiasi rumah-rumah orang Eropa, mereka siasati dengan membuat tiruan ornamennya dari bahan kayu. Yang mengherankan, di bangunan-bangunan yang masih asli bentuknya, ornamen-ornamen tiruan ini masih kuat bertahan (*).

*Kontributor: M. Firman

One thought on “Mengalami Boeboetan Heritage Track Part 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *