Peta Serangan pasukan Jepang dari Divisi 48 Angkatan Darat ke 16 Bala Tentara Dai Nippon
Di depan pendopo Kabupaten Sidoarjo pernah berdiri sebuah tetenger yang tidak main-main, yaitu ”Tugu Peringatan Penyerahan Jawa Timur” yang dibangun oleh Bala Tentara Dai Nippon dan diresmikan pada tanggal 8 Maret 1943, tugu ini dibangun dalam rangka Perayaan Jawa Baru yang dihadiri oleh Letnan Jenderal Masaomi Yasuoka Syucokan Surabaya dan para perwira Jepang serta pejabat sipil lainya.

Disamping tugu itu terdapat papan peringatan berbahasa Jepang dan Indonesia dengan tulisan sebagai berikut :
Tempat penyerahan Komandan Bala tentara Jawa Timur. Pasukan Tsuchihashi dari Balatentara Dai Nippon yang diperintahkan mendarat di Kragan pada tanggal 1 Maret 1942 dan membersihkan seluruh Jawa Timur dari musuh. Beliau memajukan sebagian pasukannya ke Bojonegoro, Babat dan Surabaya, sedang pasukan lain maju menyerang Cepu, Mojokerto, Porong dan Surabaya.
Pasukan kita mengancurkan pasukan musuh di Caruban, Kertosono, Porong dan terus menyerbu ke Surabaya.
Pada tanggal 7 Maret 1942 Markas Besar pun maju ke Sidoarjo dari Porong. Markas Besar bertempat disini, di dalam Kabupaten Sidoarjo dan dengan demikian kota Surabaya dikepung
Sesudah kota Surabaya diduduki pada tanggal 8 Maret 1942 diperintahkan kepada Mayor Jenderal Gustav Adolf Ilgen, Komandan Bala Tentara Belanda Daerah Jawa Timur supaya menghadap ke Markas Besar Dai Nippon.
Pada tanggal 9 Maret 1942 jam 8 malam Tsuchihashi Heidanco bersama Samboco dan perwira Bala Tentara Dai Nippon lainya bertemu dengan Mayor Jenderal Gustav Adolf Ilgen yang sesudahnya menurut pada tuntutan kami dan dengan upacara menandatangani surat penyerahan Bala Tentara Belanda dengan pernyataan dan menjadi dasar ketentraman seluruh Jawa Timur.
Dari peristiwa tersebut dibuat surat ini untuk peringatan.
Tanggal 9 Maret 1943
Tertanda
Letnan Jenderal Yuitsu Tsuchihashi
Pada tanggal 1 Maret 1942, Divisi 48 Angkatan Darat ke 16 Dai Nippon dibawah pimpinan Letnan Jenderal Yuitsu Tsuchihashi menyerang Surabaya tidak dari arah utara, melainkan dari arah selatan melalui gerakan melingkar dengan melakukan pendaratan dari pantai Kragan Rembang Jawa Tengah. Ia membagi kekuatan Divisinya menjadi beberapa bagian, sebagian ke Rembang, sebagian menyerang Cepu untuk mengambil alih ladang minyak disana, sebagian menyerang Bojonegoro dengan kekuatan utama mengarah ke selatan untuk menyerang daerah-daerah yang lemah sekaligus memotong rute mundur pasukan Belanda.

Tanggal 2 Maret 1942 Cepu diserbu dari arah Rembang dan Kragan serta berhasil kuasai jam 6 sore. 3 Maret 1942 jam 6 pagi pasukan Jepang menyeberangi Bengawan Solo dengan perahu kecil dan jam 9 pagi Bojonegoro sudah dikuasai. 4 Maret 1942 jam 20.30 setelah melewati jembatan Padangan kekuatan utama Divisi mengarah ke Ngawi. Tanggal 5 Maret 1942 berangsur-angsur mereka menghancurkan kekuatan KNIL di Ngawi, Caruban, Nganjuk, Kertosono, Kediri dan Jombang dan tanggal 6 Maret 1942 pasukan besar ini sudah menguasai Mojokerto.
KNIL sudah mencoba mengancurkan Jembatan Kertosono namun tidak maksimal, sehingga kekuatan utama Divisi 48 Tsuchihashi terus melaju melintasi jembatan itu dan tepat siang hari tanggal 6 Maret 1942 Resimen Infantri 1 Formosa bersama satu batalyon artileri dibantu satu kompi zeni dibawah pimpinan Kolonel Hifumi Imai telah mencapai Mojokerto.
Awalnya Resimen Pengintai ke 48 yang dipimpin Letnan Kolonel Kuro Kitamura lah yang diperintahkan menguasai Mojokerto, namun karena Mojokerto telah dikuasai lebih cepat maka Resimen Pengintai ke 48 dari Bojonegoro bergerak ke Babad, Lamongan kemudian menuju ke pinggiran barat Surabaya di daerah sekitar Benjeng Gresik.

6 Maret 1942 malam Resimen Infantri ke 47 dibawah komando Mayor Jenderal Koichi Abe, komandan Grup Infanteri ke 48 berhasil merebut Porong dengan serangan kilat melalui jurusan Mojosari dari Mojokerto serta segera menguasai Jembatan Porong yang belum sempat dihancurkan. Pasukan KNIL berusaha menghambat laju pasukan Jepang namun tidak berhasil, bahkan pasukan Jepang yang menguasai Mojokerto memperoleh peta strategi yang menunjukan instalasi KNIL secara terperinci di Surabaya.
8 Maret 1942 jam 6 pagi, Letnan Jenderal Yuitsu Tsuchihashi yang saat itu bermarkas di Porong memerintahkan kesatuanya untuk bersiap menyerang Surabaya secara serentak pada 8 Maret 1942 malam, namun ternyata jam 10 pagi pesawat pengintai Jepang melaporkan bahwa pasukan KNIL yang berada di dekat Jembatan Wonokromo telah mengibarkan bendera putih dan menuju ke Sidoarjo.

8 Maret 1942 jam 3 sore Letnan Jenderal Yuitsu Tsuchihashi Markas Divisi 48 pindah ke Kabupaten Sidoarjo, Tsuchihashi memanggil Gubernur Jawa Timur dan pejabat Belanda lainnya untuk datang ke Sidoarjo, mereka datang menghadap Letnan Jenderal Yuitsu Tsuchihashi di kantor Kabupaten, karena tidak jelas siapa yang memimpin pasukan KNIL di Jawa Timur maka Tsuchihashi menghentikan pertemuan dan memerintahkan pasukan utamanya serempak maju dan menduduki Surabaya, jam 18.00 Surabaya diduduki Jepang.
Malam tanggal 9 Maret 1942, Mayor Jenderal Gustav Adolf Ilgen atas nama komandan pasukan Belanda di Jawa Timur, datang ke Sidoarjo menghadap Letnan Jenderal Yuitsu Tsuchihashi dan menerima ketentuan penyerahan berdasarkan perintah Angkatan Darat ke 16 Dai Nippon.

Penyerahan Jawa Timur dilaksanakan di Kabupaten Sidoarjo, hal tersebut menandai berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda dan kekuasaan KNIL serta dimulainya pemerintahan Dai Nippon di Jawa Timur pada 12 Maret 1942, untuk mengenang peristiwa itu Letnan Jenderal Yuitsu Tsuchihashi membangun Tugu Penyerahan Jawa Timur yang beliau resmikan sendiri di depan Pendopo Kabupaten Sidoarjo pada 9 Maret 1943, selesai.-
Oleh : Achmad Zaki Yamani.
Refrensi :
Monograph no 66 : The Invasion of Netherland East Indies 16th Army, wrriten by Colonel Akimitsu Oda Staff Officer 16th Army.
Asia Raya, sabtu 13 Maret 1943 No 61.
Jawa Baru, senin 15 Maret 1943.