Tri Sakti Bung Karno Dalam Rapimda GMNI Jatim

Begandring.com – Masih dalam bulan Bung Karno, Juni, DPD GMNI Jawa Timur menggelar Rapimda dengan menyelenggarakan seminar yang mengangkat tema Aktualisasi Tri Sakti Bung Karno Dalam Gerakan GMNI Jawa Timur. Pertanyaannya adalah apakah Tri Sakti Bung Karno masih relevan untuk masa sekarang dan mendatang.

Dalam seminar ini, hadir sebagai pembicara adalah Wakil Ketua DPRD Kota Surakarta, A. Hermas Thony, yang juga alumni GMNI dan alumni GMNI lainna Addin Kurniawan, SH., MH.

Pemateri AH Thony dan Addin Kurniawan dalam Seminar yang berteman Aktualisasi Tri Sakti Bunga Karno di Asrama Transito, di Margorejo, Surabaya. Foto: Nanang Begandring.

Menurut A Hermas Thony, apa yang telah dikonsepkan oleh Soekarno, selain konsep Pancasila, adalah Tri Sakti yang berbunyi Berdaulat dalam bidang politik, Berdikari dalam bidang ekonomi dan Berkepribadian dalam bidang kebudayaan.

Dalam bidang politik, sesungguhnya dalam keseharian, secara natural dan kultural, orang itu sudah berpolitik. Secara praktis berpolitik adalah cara dan usaha memperoleh kekuasaan, menjalankan kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan.

“Contoh praktisnya adalah seseorang ingin menguasai gadis idamannya. Ia berusaha merayu, apel, berbuat baik dan simpatik sehingga mampu memikat sang gadis idaman. Setelah terpikat, maka menikahlah mereka dan disana sang pria menjalankan kekuasaannya yang berarti menjalankan kewajiban sebagai seorang suami atas istrinya. Berikutnya adalah mempertahankan kekuasaan, yang berarti mempertahankan rumah tangganya dan siap atas kemungkinan datangnya badai rumah tangga. Itulah politik”, beber Thony ketika memahamkan makna politik sebagaimana yang dimaksud politik oleh Soekarno.

Dari ketiga ajimat Sakti ini, Thony memandang Bidang Kebudayaan adalah bidang yang sedang menghadapi ancaman dengan banyaknya dan penetrasi budaya lain yang tidak sesuai dengan nilai nilai budaya lokal maupun nasional.

Baca Juga  Begandring Jadi Tamu Perkuliahan Internasional FIB Unair

Ketika ditanya mengenai riwayat politiknya, Thony menceritakan bahwa ia mengawali karir politik melalui jalur GMNI ketika mahasiswa yang selanjutnya menuntunnya ke jalur partai politik dengan gerbong partai PDIP dan sempat duduk di kursi dewan. Dalam periode tertentu ia tidak berpolitik praktis, tetapi beralih haluan ke jalur akademisi.

Pada masa berikutnya, jiwa kejuangannya berontak tat kala menyaksikan atribut sejarah dan budaya dikoyak koyak. Ia melihat rumah bersejarah, Rumah Radio Bung Tomo di jalan Mawar 10 dibongkar pada 2016. Dari momen dan peristiwa itulah, Thony sebagai pemikir harus bisa menjadi pejuang dan sekaligus pejuang pemikir. Itulah pesan Soekarno, jadilah pemikir pejuang dan pejuang pemikir.

Sehingga pada 2019, ia masuk kembali di jalur politik praktis dan bahkan bisa duduk sebagai pimpinan dewan, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya. Di jalur politik inilah ia menginisiasi Raperda Pemajuan Kebudayaan dan Kejuangan Kota Surabaya. Bagi Thony Raperda tersebut menjadi alat untuk aktualisasi Tri Sakti Bung Karno, khususnya pada poin Berkepribadian di bidang Kebudayaan.

Dalam kesempatan Seminar di agenda Rapimda GMNI Jatim ini, Thony ditemani oleh Ketua Begandring Soerabaia, Nanang Purwono. Thony memberikan contoh bentuk aktualisasi Tri Sakti Bung Karno, yang selama ini telah dan sedang diaplikasikan oleh Komunitas Begandring Soerabaia.

Kader GMNI pemimpin masa depan bangsa. Foto: Hariyanto for Begandring.

Nanang menyampaikan bahwa sebagai pemikir harus berjuang mengimplementasikan apa yang menjadi konsep pemikirannya.

“Konsep baik bisa menjadi tidak bermanfaat jika tidak diaplikasikan atau diaktualisasikan”, kata Nanang di depan peserta Rapimda yang datang dari berbagai daerah di Jawa Timur.

Nanang menambahkan bahwa kegiatan komunitas Begandring yang fokus pada hal hal kesejarahan dan kebudayaan adalah upaya mengaktualisasikan pesan Berkepribadian di bidang kebudayaan.

Baca Juga  Warga Eropa ikut Main Film Soera ing Baja

“Suatu daerah bisa maju sesuai dengan perubahan jaman dan ia pun bisa mengadaptasikan dengan perkembangan, tetapi kalau ia lupa akan jati dirinya, maka ia hidup bagai zombi. Hidup tapi tak bernyawa. Kebudayaan adalah nyawa”, tegas Nanang.

Ia berharap kepada semua Bung dan Sarinah (sebutan kader laki laki dan perempuan di lingkungan GMNI) agar menjadi pemikir yang bisa membuat konsep konsep visionir dan sekaligus bisa memperjuangkan atau mengaplikasikan konsep konsep itu demi kebaikan. Itulah pemikir pejuang dan pejuang pemikir.

Hal senada juga disampaikan oleh Addin Kurniawan, SH., MH. Aplikasikan sesuai kemampuan dan passion agar menghasilkan out pun yang bermanfaat. Addin sendiri mengaktualisasilan berdasarkan passion dan kemampuan. Yaitu di bidang ekonomi.

“Saya dulu pernah bekerja di Astra Internasional serta di perusahaan BUMN dan itu semua masih ikut pihak lain. Karena passion dan kemampuan saya di bidang properti, kemudian saya mencoba berdiri di bidang ekonomi”, kata Addin.

Addin memberi tip, khususnya di bidang ekonomi.

“Saya bermain di bidang kebutuhan dasar harian. Yaitu sandang, pangan dan papan”, tambah Addin.

Pesan Tri Sakti Bung Karno ini memang sebagai bekal kepada para kader GMNI, terutama kepada para Sarinah, yang kepengurusan baru, baru diresmikan sebelum membuka Rapimda GMNI Jatim.

Pemberian cinderamata kepada para pemateri. Foto: Hariyanto for Begandring.

Membuka Rapimda ini adalah Gubernur Jawa Timur, yang diwakili oleh Asisten I, Benny Sampirwanto. Pesan tertulis Gubernur Jawa Timur yang disampaikan Benny Sampirwanto diantaranya menyebutkan agar kader kader GMNI bisa mengikuti perkembangan teknologi sebagai alat untuk mendukung perjuangan. (nng)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *