90 Hari Bertempur Di Surabaya

32 awak meriam dari Militer Akademi atau MA Yogyakarta dipimpin Mayor Jenderal Soewardi Direktur Militer Akademi bertugas ke front Surabaya atas perintah Kepala Staf Umum T.K.R Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo yang bermarkas di Yogyakarta berdasarkan permintaan dr. Ongko seorang utusan Surabaya dan seruan-seruan pidato radio pemberontakan bung Tomo atas kebutuhan awak senjata berat pada pertempuran Surabaya.

Terbentuklah pasukan tersebut dengan komposisi 23 Kadet dan 9 Instruktur dari MA dengan Mayjen Soewardi sebagai pimpinan dan Lettu Anang Abdoellah sebagai Kepala Instruktur.

Profile Kadet Militer Akademi Yogyakarta.

Rombongan berangkat ke Surabaya dari Stasiun Lempuyangan 11 November 1945 tiba di Stasiun Wonokromo 12 November 1945 sore hari, esoknya 13 November 1945 rombongan menghadap Kolonel Soengkono di Markas BKR Surabaya Jl Kaliasin 17.

Lintas perjuangan MA Yogyakata dalam pertempuran Surabaya.

13 November 1945 malam dengan 2 truk dan power wagon mereka menyeret 2 pucuk meriam 10,5 cm, 2 pucuk Bofors 40 mm dan meriam anti tank 2,5 cm dari Sawahan menuju Gunung Sari yang menjadi daerah steling Pasukan Meriam MA. Malam itu juga kadet MA tanpa sepengetahuan Mayjend Soewardi dan Lettu Abdoellah yang sedang tidak ada ditempat karena mencari peta dan kompas memutuskan mencoba menembakan meriam 10,5 cm yang menurut mereka ke arah pelabuhan Tanjung Perak, namun ternyata ke arah Sidoarjo.

Prakiraan posisi stelling Pasukan Meriam MA Yogyakarta di Gunungsari

14 November 1945 setelah mendapat kelengkapan peta dan kompas maka dilakukan uji coba tembakan ke arah Tanjung Perak dengan menggunakan meriam 10,5 cm milik tentara Australia yang dirampas Jepang, dua meriam 10,5 cm menembak bergantian mulai jam 19.00 sampai jam 02.00 , esoknya 15 November 1945 dilakukan pengintaian, hasilnya semua kapal menjauh dari pelabuhan dan sebuah kapal terbakar hebat terkena tembakan.

Baca Juga  Jalan Gemblongan

Pasukan Meriam Militer Akademi Yogyakarta tidak hanya menghajar kapal kapal di tanjung perak dengan meriam meriamnya dari Gunung Sari, tetapi juga bertempur melawan infanteri Inggris di Kedurus, saling menembak hingga satu ketika laras meriam benar benar datar mengarah ke Brencarier yang melindungi infanteri Inggris, ledakannya benar benar membuat Inggris ciut hingga mereka mundur ke arah Wonokromo.

Meriam meriam berat diselamatkan ke arah Sepanjang melalui jembatan dan kemudian Pasukan Meriam Militer Akademi Yogyakarta ditarik mundur ke arah Krian hingga sebagian kembali ke Yogyakarta pada Desember 1945 dan sebagaian pada Februari 1946.

Letnan Satu Anang Abdoellah dari Militer Akademi Yogyakarta tidak ikut kembali dan menjadi pemimpin Pasukan Meriam yang baru hingga gugur di Krian karena serangan udara, entah makamnya ada di mana, di TMP Sidoarjo ataukah TMP Mojokerto, aksi beliau juga tercatat di buku Pelajar dan Perang Kemerdekaan yang ditulis oleh pak Radjab pada halaman 110 tentang stelling kanon Letnan Anang di daerah Pulo Wonokromo yang menembaki posisi Inggris di utara, suatu ketika tembakan beliau pas mengenai markas Inggris dan pernah ditawari sebagai Kapten Kirikomi.

Koran Kedaulatan Rakyat 22 November 1945. Foto Sri Sultan Hamengkubuwono IX hanya ilustrasi.

Yang menarik, koran Kedaulatan Rakyat pada tanggal 23 November 1945 menulis berita kedatangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX saat meninjau pertempuran Surabaya secara Incognito, dalam sambungan telepon interlokal wartawan melaporkan sebagai berikut :

Wartawan kita yang kini berada di medan pertempuran Surabaya hari ini menelepon interlokal sbb : 20 November 1945 sore Sri Paduka Sultan dengan berpakaian incognito diiringi oleh B.P.H Bintoro dan Moh Saleh tiba di Mojokerto. Malam itu juga Sri Paduka Sultan bersama-sama Gubernur Jawa Timur meninjau keadaan di Surabaya. Pada 21 November 1945 beliau bersama Gubernur Jawa Timur, Residen Surabaya dan Bupati Surabaya meninjau Gresik, kesan Sri Paduka Sultan tentang pertempuran di Surabaya sebagai berikut : Pertempuran di Surabaya, melihat kekejaman Inggris adalah satu pelajaran bagi kita bahwa diplomasi kurang pada tempatnya. Semangat pemuda kita dipuji oleh Sri Paduka Sultan. Lebih juga beliau berharap supaya koordinasi pada tentara kita diperkuat lagi. Hari ini, kamis 22 November 1945 Sri Paduka Sultan kembali ke Yogyakarta.

90 hari Pasukan Meriam Akademi Militer Yogyakarta berlaga di Surabaya mengamalkan sikap kepahlawanannya.

Baca Juga  Rumah Sakit Militer Simpang

Oleh : Achmad Zaki Yamani

Sumber :

Drs. Moehkardi, Akademi Militer Yogyakarta dalam Perjuangan Fisik, 1945–1949, UGM Press, Yogyakarta, 2019.

https://www.iwm.org.uk

https://dpad.jogjaprov.go.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *