Begandring.com: Rotterdam (30/7/23) – “Mijn Indische Reis” (1923) adalah sebuah buku catatan arsitek moderen terkenal Hendrik Petrus Berlage, yang mendesign Gedung Singa di jalan Jembatan Merah Surabaya. Gedung itu dibangun pada 1901 ketika Berlage justru masih berada di Amsterdam dalam proses pembangunan gedung “Beur van Berlage” di kota Amsterdam.
Dalam buku itu, Berlage menuliskan perjalanannya ke Hindia Belanda dan junjungannya ke Surabaya pada 1923 ketika gedung Singa sudah selesai. Ia mengatakan bahwa Surabaya adalah Rotterdam nya Jawa.
Dari statement Berlage itu, saya penasaran mengapa Surabaya dikatakan sebagai Rotterdam nya Jawa. Sekarang, ketika berkesempatan datang ke kota Rotterdam dalam rangka mengikuti kuliah dan diskusi tentang Urban Heritage Strategies 2023, saya menyempatkan menelisik kota ini.
Kota Rotterdam sedikit berbeda dari kota Amsterdam. Rotterdam lebih ke bersifat pelabuhan daripada Amsterdam. Kapal kapal terparkir di dermaga dermaga yang menjorok ke dalam kota.
Berdekatan dengan hotel dimana saya tinggal selama hampir dua minggu, The Social Hub, terdapat sebuah dermaga yang bernama Admiraliteitkade. Di dermaga ini terdapat jembatan yang bernama Admiraliteitbrug.
Jembatannya seperti Jembatan Petekan di Surabaya. Dulu, kira kira kesibukan dermaga di dekat Jembatan Petekan Surabaya seperti kesibukan di dermaga Admiralitietkade ini.
Tidak jauh dari dermaga Admiraliteitkade, masih di alur sungai yang sama, terdapat Koning Port, Pelabuhan Raja. Pelabuhannya tidak seaktif dulu, kata seorang pekerjaan di Koning Port ini. Di sana terdapat dok perkapalan kecil yang masih digunakan untuk tempat restorasi kapal kapal kecil bersejarah.
Kapal kapal yang telah direstorasi dipajang di dermaga sebagai tambahan atraksi dermaga. Ada kapal yang aktif di tahun 1950 dan ada yang aktif di tahun 1901. Masing masing kapal yang dipajang diberi deskripsi informasi untuk publik. Koleksi dan atraksi ini menunjukkan kota Rotterdam sebagai kota maritim.
Di dekat Koning Port terdapat jembatan Petekan lainnya, Spaanjaardsbrug, yang di waktu waktu tertentu dioperasikan sebagai atraksi wisatawan. Saya berkesempatan melihat jembatan ini dioperasikan yang hanya untuk sebuah tontonan wisatawan.
Ini menjadi pengalaman tersendiri bagi saya bisa melihat jembatan angkat atau jembatan Petekan beroperasi. Di Surabaya ada jembatan Petekan tapi sudah rusak dan mati. Pun demikian di Jakarta, yang bernama Jembatan Intan, juga sudah mati.
Jembatan Spaanjaardsbrug dan Admiralitietbrug adalah dua dari sejumlah jembatan angkat lainnya di kota Rotterdam. Ada satu lagi yang jauh lebih besar ukurannya membentang di atas Sungai Maas, Nieuwe Maas. Kira kira sungai Maas ini yang menjadikan pembangunan kanal Kali Surabaya di awal abad 19 dinamakan Maas dan menjadi Kali atau Kanal Mas.
Sungai Nieuwe Maas di kota Rotterdam ini sangat luas, tidak seperti di Surabaya, tetapi setidaknya keduanya memiliki fungsi yang sama. Di kiri kanan nya terdapat pertumbuhan dan dinamika perkotaan baik Surabaya maupun Rotterdam. Setidaknya dinamika itu yang dilihat oleh HP Berlage sehingga membuat dia berpendapat bahwa Surabaya adalah Rotterdam nya Jawa.
Pendapat itu tidak berlebihan karena di sepanjang Kanal Kalimas dan kawasan Kota Lama Surabaya kala itu (1923) yang dialiri Kalimas memiliki kesibukan padat. Pandangan ini mengingatkan Berlage pada kesibukan di dermaga dermaga di kota Rotterdam. (nng)