Begandring.com–Di era kepemimpinan Eri Cahyadi, program-program bertema warisan budaya dan sejarah tampak lebih bervariasi, terarah, dan bermakna.
Hal itu tercermin dalam diskusi bersama antara Walikota Eri Cahyadi dengan Komunitas Begandring Soerabaia dan TVRI Jawa Timur di Balai Kota (23/11). Tiga pokok bahasan diskusi antara lain koordinasi lanjutan terhadap rencana pengembangan Program wisata Heritage di Kota Surabaya.
Diskusi tersebut merupakan tindak lanjut dari diskusi sebelumnya. Namun kali ini, secara konkret ditindaklanjuti melalui penyerahan dokumen buku rute wisata heritage yang disusun oleh tim Pusat Data Begandring, yang diwakili oleh Yayan Indrayana dan Dian Nuraini.
Pokok bahasan kedua adalah rencana Pembuatan Konten terkait Budaya di Surabaya yang akan melibatkan komunitas, pemerintah kota melalui instansi atau dinas-dinas terkait, akademisi, serta TVRI sebagai media partner.
Ketiga, diskusi tindak lanjut terkait event pemajuan kebudayaan berupa penggunaan aksara Jawa di Surabaya, termasuk menulis aksara Jawa bersama Walikota Surabaya.
“Ini rencana yang baik sekali. Semua elemen ikut urun rembug dan urun gawe,” ujar Eri Cahyadi berbinar.
Demi Surabaya
Pertemuan dimulai pukul 11.30 di ruang Walikota Surabaya, diawali dengan penyerahan buku kajian terkait pengembangan Kawasan Wisata Heritage di Kota Surabaya. Yayan Indrayana menuturkan, buku yang diserahkan ke walikota menjelaskan dasar pemilihan kawasan-kawasan yang bisa dijadikan rute wisata Heritage.
“Yaitu, aglomerasi bangunan bangunan Cagar Budaya ataupun bangunan dengan bentuk Arsitektur yang khas atau khusus. Juga, pertimbangannya adalah kawasan itu telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya. Agar mempermudah pengembangan secara hirarki kebijakan yang saling mendukung,” lanjut Yayan.
Pria yang berprofesi sebagai arsitek itu menambahkan, ada beberapa kawasan yang potensial dikembangkan sebagai kawasan wisata heritage dengan tema spesifik.
“Kawasan Kota Tua dan Jembatan Merah, Kawasan Pecinan, Kawasan Ampel dan Pabean, Kawasan Tugu Pahlawan sebagai ex kawasan pusat pemerintahan sebelum era VOC, kawasan Bubutan, Kawasan Peneleh, Kawasan Simpang dan juga Kawasan Darmo. Kami sudah mendetilkannya di buku itu, titik mana saja yang dapat dijadikan rute,” ujarnya.
Sambil membaca dan melihat keterangan yang ada di buku tersebut, Eri berpesan agar rute-rute yang sudah diidentifikasi, dikaji, dan disusun ini bisa segera ditindak lanjuti menjadi sebuah kegiatan edukatif yang nyata.
“Ini sudah sangat konkret dan tinggal eksekusi. Saya harap sebelum akhir tahun program ini bisa berjalan. Surabaya iki sudah terkenal sebagai Kota Pahlawan. Tugase awak dewe kabeh bisa memberi sajian edukatif selaras dengan jargon Kota Pahlawan. Baik dari kekayaan heritagenya, ataupun semangat tokoh-tokoh perjuangan Surabaya,” ujarnya mantap.
Sampel isi buku Pengembangan Kawasan Heritage yang diserahkan ke Walikota. Foto: Pusat Data Begandring
Lebih lanjut, tim Pusat Data Begandring menyampaikan perkembangan terkini proses pengumpulan data yang sedang dilakukan terkait tokoh-tokoh perjuangan di Surabaya. Tujuannya, bisa menjadi bahan belajar Ekstrakurikuler Sekolah Artefak SD Sulung yang Juni lalu diluncurkan.
Dian Nuraini menyampaikan, dengan data yang lengkap, diharapkan kurikulum Ekstrakurikuler Sekolah Artefak dapat misi itu dapat mempertajam narasi warisan budaya dan sejarah di Surabaya. Dasar pemilihan tokoh adalah tokoh yang dianggap berperan penting bagi Kota Surabaya, atau dimakamkan di Surabaya.
“Metode belajar juga diimprovisasi, terutama mata pelajaran sejarah. Mengedepankan pengalaman visual itu penting, mengingat murid-murid sekarang lebih tertarik dengan visual,” ujar Dian.
Perempuan yang juga guru SD Sulung ini mengatakan, ide pembuatan film-film pendek tentang tokoh perjuangan, budaya lokal Surabaya, dan hal lain yang edukatif akan baik bilai mulai dilakukan secara berkala.
“Tidak harus dengan durasi yang panjang namun cukup 10-15 menit per tema film,” lanjut Dian.
Eri pun menyambut baik ide produksi film-film pendek tentang tokoh-tokoh pejuang Surabaya. “Filmnya bisa diputar di sekolah ataupun di museum. Nanti sebelum dan setelah nonton, anak-anak diberi pertanyaan, untuk mengetahui respon mereka pada film yang dia tonton,” ujar Eri.
Tim Begandring Soerabaia dan TVRI Jatim di ruang Walikota Surabaya. Foto: TVRI/Begandring.
Pada agenda pembahasan kedua, terkait rencana pembuatan konten atau film bertema budaya Surabaya, Asep Sunandar, Kepala Stasiun TVRI Jawa Timur mengatakan siap membantu dalam pembuatan konten tersebut. Banyak hal yang bisa ditampilkan terkait budaya Surabaya di siaran TVRI Jatim. Beberapa bentuk seni budaya seperti ludruk cilik, remo, hadrah, manten pegon, dan lain-lain, tentu menarik untuk diangkat sebagai liputan maupun film.
Untuk itu, pihak TVRI siap bekerjasama dengan Instansi instansi di Kota Surabaya. “Tidak hanya sebatas Dinas Kebudayaan Olahraga dan Pariwisata, namun juga dinas dinas lain seperti Dinas Pendidikan, untuk mengangkat budaya Kota Surabaya,” ujar Asep Sunandar.
Nanang Purwono dari Begandring Soerabaia menyampaikan beberapa hasil yang telah tampak dari kegiatan bertema aksara Jawa di Kota Surabaya. Nanang juga menyampaikan rencana untuk secara simbolis menulis Aksara Jawa bersama Walikota Surabaya di Plaza Surabaya yang waktunya akan di sepakati kemudian. Pada kesempatan ini pula, Nanang menyampaikan buku tentang giat aksara, yang dia tulis dengan aksara Jawa, ke Walikota Surabaya.
Diskusi yang berjalan gayeng itu turut dihadiri pula jajaran pimpinan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata, serta Kepala Bagian Umum dan Protokoler. Eri berharap, kegiatan kolaborasi untuk meningkatkan nilai kebudayaan di Surabaya ini bisa berlangsung dengan lancar ke depannya.
“Demi Suroboyo, Rek!” pungkas Eri. (*)
Kontributor: Yayan Indrayana, Pegiat sejarah Komunitas Begandring, spesialisasi Arsitektur Cagar Budaya dan Perencanaan Kawasan