Keren, Subtracker Tuangkan Pengalaman melalui Tulisan

Event Surabaya Urban Track (Subtrack) di kawasan Pabean, Minggu (17/8/20221), banyak diikuti subtracker muda. Mereka sangat antusias mengikuti jelajah sejarah Jalur Rempah di Surabaya.

Antusiasme tersebut tecermin dari keterlibatan mereka secara interaktif dengan lingkungan. Mereka tidak hanya mendengarkan penjelasan pemandu sejarah (historical guide), tapi juga menggali data dan informasi sendiri. Mereka berinteraksi dengan warga, pedagang, dan pekerja di lingkungan Pasar Pabean.

Banyak subtracker mengabadikan momen-momen dengan kamara ponsel maupun kamera DSLR. Ada juga yang merekam dan mencatat dalam word format di ponselnya saat wawancara.

Melihat itu, tim Begandring mengarahkan subtracker pada objek-objek yang layak menjadi bahan tulisan. Interaksi ini sangat penting untuk membuat konten yang menarik dan bermanfaat bagi publik.

Subtrack kali ini memang di-setting bisa memberikan reaksi aktif bagi peserta. Karenanya, mereka tidak hanya diberi informasi yang bersifatnya one way (satu arah), tapi didorong untuk menggalai lebih dalam dan menggelorakan rasa ingin tahu yang menjadi salah satu dari 18 nilai Karakter Pendidikan Nasional.

Pengalaman mengesankan bisa dirasakan para subtracker saat diajak berkunjung ke rumah warga keturunan Arab di Kampung Margi. Rumahnya cukup luas. Di dalamnya terpajanhg banyak foto dan tulisan Arab.

Di rumah itu, para subtracker dijamu kopi rempah, cemilan berbahan sagu dan rempah, dan kurma. Mereka pun berhasrat ingin mengetahui berbagai macam hidangan yang disajikan itu. Semisal, apa saja bahan kopi rempah. Manfaat meminum kopi rempah. Juga cemilan dari bahan sagu dan rempah yang bisa membuat perut kenyang tanpa makan nasi.

Interaksi yang terjadi di dalam rumah ini menjadi pengalaman dan pelajaran tersendiri bagi mereka. Berbagai kesan muncul. Ada yang merasakan kopi rempahnya enak. Ada yang mengatakan aneh.

Baca Juga  Studi Kasus Antara Nilai Ekonomi Vs Nilai Heritage. 

Apalagi jalur jelajah adalah medan yang padat penduduk dan sarat akan nilai-nilai sosial, budaya, serta seni, khususnya seni arsitektur.

Pun ketika memasuki Pasar Pabean, interaksi peserta dengan pedagang terjalin akrab. Bahkan, tak sedikit yang akhirnya membeli dagangan yang dijajajkan pedagang Pasar Pabean, Ada yang membeli kopi, bumbu, rempah-remah, dan lain lain.

Kuncarsono Pasetyo bersama perserta Subtrack. foto: begandring

 

Kolaborasi yang Mutual

Listya Masruroh, subtracker yang juga mahasiswa Unesa, mengaku senang bisa ikut Subtrack yang digagas Begandring Soerabaia. Pengalaman itu kemudian dia tulis dan ditayangkan di begandring.com, official website Begandring Soerabaia.

“Tentu kita butuh lebih banyak acara seperti ini,” cetus perempuan enerjik ini.

Listya lalu menceritakan pengalamannya saat mewawancarai orang-orang di Pasar Pabean. Di mana banyak sekali hal-hal yang belum dia ketahui. Terkait budaya, etos kerja, bisnis, dan lain sebagainya.

“Untung negeri ini memiliki bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Sehingga saya bisa berkomunikasi dengan warga dari etnis Madura. Sementara saya orang Jawa,” jelas Listya yang baru pertama kali mengikuti Subtrack ini.

Rojil Nugroho Bayu Aji, S.Hum., M.A, sejarawan dan dosen Unesa, mengapresiasi kegiatan ini. Menurut dia, keterbukaan dalam berkegiatan seperti melalui Subtrack menjadi kunci dalam membangun kolaborasi yang mutual, saling menguntungkan.

“Dengan semakin bertemunya berbagai kelompok, juga semakin membuat wawasan dan sudut pandang menjadi lebih luas. Dari situ memunculkan lingkungan yang inklusif dalam kaitannya dengan isu isu yang diangkat oleh Begandring, “ jelas Rojil, dosen nyentrik penggemar bola itu.

Sementara Agus Wahyudi, jurnalis senior dan Kabid Kerjasama Begandring, memberi acungan jempol buat para subtracker yang menuangkan pengalamannya melalui tulisan. Karena dengan menulis berarti dia bisa membagi pengetahuan sekaligus meninggalkan jejak digital.

Baca Juga  Mal Jaga Tradisi Jawa

“Sejak awal, Begandring sangat concern dengan budaya literasi. Menulis adalah salah satu caranya,” katanya.

Yudi menambahkan, Bagandring amat sangat meyakini dengan literasi yang baik, bangsa ini akan maju dan mampu bersaing dengan negara-negara besar di dunia.

Dengan literasi yang baik artinya bisa mempersembahkan konten-konten yang layak baca. Juga  bisa menjadi jendela bagi dunia untuk melihat bangsa melalui perspektif budaya dan sejarah.

Sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat perlu memiliki tiga hal, sebagaimana dikatakan Bung Karno dengan Trisakti. Yakni berdaulat di bidang politik, berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.

Kegiatan Subtrack adalah wujud aktivasi dan pemajuan di bidang sejarah dan kebudayaan sebagaimana diamanahkan dalam Undang Undang 11/2011 tentang Cagar Budaya dan Undang Undang 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Di antara Trisakti, kiranya berkepribadian di bidang kebudayaan perlu semakin dibangkitkan. Percaya atau tidak, bangsa ini semakin terdesak kepribadiannya. Dengan rangsangan untuk berani menulis, pelan tapi pasti, anak-anak bangsa ini semakin ditempa rasa, karsa, dan karyanya sesuai nilai-nilai kearifan lokal dan bangsanya. (*)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *