Kisah Dua Istana Peninggalan VOC di Surabaya, Salah Satunya Berusia 370 Tahun!

Pada masanya, Surabaya pernah berubah dari sebuah desa kecil di tepian sungai yang bernama Curabhaya. Kemudian menjadi sebuah kota kecil yang bernama Sourabaya. Curabhaya bersifat tradisional. Sourabaya bersifat kolonial.

Sourabaya adalah kota Belanda, yang dieja S-O-U-R-A-B-A-Y-A. Lokasinya berbeda dari Curabhaya, desa kecil yang dieja C-U-R-A-B-H-A-Y-A. Curabhaya diduga berada di kawasan Peneleh. Sedangkan Sourabaya di sekitar Jembatan Merah sekarang.

Di era, kekuasaan Verenigging Oost Indisch Compagnie (VOC) dalam kurun waktu 1612-1799, Surabaya memiliki dua istana, di mana pejabat tinggi VOC bertempat tinggal.

VOC adalah perusahaan dagang Hindia Timur yang dalam praktiknya tidak hanya berurusan dagang, tetapi perusahaan ini juga menjalankan sistim pemerintahan. Bahkan entitas ini bisa membentuk kesatuan militer yang disertai dengan produksi senjata.

Memang, pada awal kedatangan mereka di Surabaya, mereka berurusan sesuai misi dagangnya. Mereka mencari komoditas dagang dan sekaligus memperluas wilayah sebagai penghasil komoditas.

Sourabaya bukanlah kota penghasil komoditas, tetapi sebagai wilayah yang bersifat administratif atas daerah penghasil komoditas. Komoditas kala itu adalah rempah rempah. Sedangkan wilayah penghasil rempah rempah adalah pedalaman Jawa dan wilayah timur Nusantara.

Ketika itu Sourabaya masih sebuah kota kecil dengan pelabuhan sungainya yang berperan besar. Letak Sourabaya berada di barat Kalimas dan berseberangan dengan kampung Pecinan dan Melayu yang sudah lebih awal menempati bantaran timur Kalimas.

Sebagai sebuah pelabuhan dagang, Sourabaya menjadi sebuah ibukota wilayah Pantai Utara Jawa Bagaian Timur, Java van den Oosthoek, pada 1743.

Sebagai sebuah ibukota, ia menjadi jujugan para pejabat tinggi VOC, baik sebagai pengusaha maupun sebagai penguasa, yang sedang berurusan di wilayah Pantai Utara Jawa bagian Timur, baik urusan dagang maupun pemerintahan. VOC, meskipun berentitas Perusahaan, tapi ia memiliki hak untuk mengatur pemerintahan di Hindia Timur.

Baca Juga  Cerita Seru Menyisir Kampung Eropa bersama Sejarawan Australia

Karenanya perlu ada tempat yang layak bagi pejabat VOC untuk tinggal selama di Sourabaya. Tempat tinggal ini boleh dibilang istana. Ada dua istana di Sourabaya. Yakni Istana Kupang dan Istana Simpang.

Kisah Dua Istana Peninggalan VOC di Surabaya, Salah Satunya Berusia 370 Tahun!
Gedung setan dilihat dari jauh (Foto: Esti Widiyana)

 

Istana Kupang

Istana ini berada jauh di luar batas kota Surabaya (Stad van Sourabaya). Wilayahnya disebut Kupang. Wilayah ini memiliki kontur perbukitan. Di kaki perbukitan dilingkari oleh sungai yang berhulu di Kali Surabaya di kawasan Gunungsari. Kali ini mengular ke barat lalu mengalir ke utara hingga sebuah teluk.

Perbukitan Kupang ini cukup indah dipakai sebagai tempat peristirahatan. Karenanya di tempat ini didirikan sebuah loji besar yang layak disebut istana. Istana Kupang.

Istana Kupang, yang selanjutnya umum disebut Rumah Setan ini, terhitung bangunan paling tua sebagai peninggalan dari era pendudukan Belanda, khususnya dari VOC, di Surabaya.

Ketuan istana Kupang dapat diketahui dari keberadaan makam Gubernur Jendral Carel Reynierz di belakang gedung istana. Ia dimakamkan di sana pada 18 Mei 1653.

Carel Reyniersz lahir di Amsterdam pada 1604 dan meninggal di Surabaya pada 18 Mei 1653. (GH Von Faber: Oud Soerabaia). Carel Reyniersz adalah Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke 11, yang memerintah antara tahun 1650 – 1653.

Sebuah nisan yang menunjukkan riwayat Carel Reyniersz pernah berada di belakang Istana Kupang, isinya berbunyi:

“Di sini terbaring pada tanggal 18 Mei 1653 Tuan Carel Reinierz, yang semasa hidupnya menjadi Gubernur Jendral Hindia”.

Selanjutnya pada 1917 tulang tulang Carel dan istri dipindahkan ke makam kembang kuning dan akhirnya dipindahkan lagi ke gereja luar Portugis di Batavia.

Di sana ia disatukan dengan istri pertamanya yang telah meninggal terlebih dahulu. Terinskripsi adalah ini makam nyonya Joff Judith Barra van Amstel istri dari Tuan Carel Reinierz, yang wafat pada 21 juli 1646 dalam usia 25 tahun.

Baca Juga  Menyoal DNA Kota Surabaya

Ketika Carel Reyniersz meninggal pada 1653, gedung yang dikenal dengan nama Rumah Setan ini sudah ada. Hingga sekarang gedung itu masih berdiri megah dengan kondisi yang memprihatinkan. Tampak dari luar, bagian atap sudah rentan ambrol. Jika dihitung dari tahun kematian Carel Reyniersz pada 1653, maka usia gedung ini pada 2023 sudah 370 tahun.

Tidak diketahui kapan gedung ini dibangun. Namun ketika Carel Reyniersz meninggal pada 1653, gedung ini sudah ada. Jadi usia gedung bisa lebih dari 370 tahun.

Sebagai penanda bahwa Gubernur Jenderal Carel Reyniersz pernah tinggal di gedung Kupang, maka jalan yang berada di depannya dinamakan Reyniersz Boulevard yang kini bernama Jalan Raya Diponegoro.

Kisah Dua Istana Peninggalan VOC di Surabaya, Salah Satunya Berusia 370 Tahun!
Istana Simpang, sekarang Gedung Negara Grahadi.

 

Istana Simpang

Istana ini berada di tepian sungai Kalimas. Pada awal pembangunan, secara fisik istana ini menghadap ke Kalimas, karena Kalimas menjadi sarana transportasi dan perhubungan antara Istana dan kantor penguasa yang disebut Gezaghebber. Kantornya berada di Stad van Sourabaya, persis berdiri di barat Jembatan Merah.

Istana Simpang ini juga disebut sebagai Rumah Taman (Tuinhuiz) kerena letaknya persis di tengah tengah taman yang teduh dan rimbun.

Istana ini diinisiasi oleh Gezaghebber Dirk van Hogendorp (1794-1798) pada tahun 1796. Istana ini juga pernah ditempati oleh Gezaghebber lainnya yang bernama FJ Rothenbuhler yang menjabat sebagai Gezaghebber mulai tahun 1799 – 1808.

Istana ini dirombak oleh Gubernur Jendral Daendels pada 1808. Wajah depan, yang semula menghadap ke sungai Kalimas, kemudian disesuaikan dibuat menghadap ke belakang, menghadap ke jalan yang menjadi bagian dari Jalan Raya Daendels atau Jalan Raya Pos. Jalan Daendels adalah jalan yang membentang dari Anyer di Jawa Barat hingga Panarukan di Jawa Timur. Panjangnya sekitar 1.000 kilometer.

Baca Juga  Begandring dan FIB Unair Ikut Ramaikan Pasar Urban NgeJazz Rek

Istana Simpang itu tidak lain adalah Gedung Negara Grahadi. Sedangkan Jalan Raya Daendels itu adalah Jalan Gubernur Suryo. Gedung Negara Grahadi adalah gedung kediaman resmi Gubernur Jawa Timur. Tapi dalam fungsinya gedung ini dipakai untuk pertemuan pertemuan resmi kenegaraan provinsi Jawa Timur.

Gedung Negara Grahadi juga digunakan untuk menerima tamu Gubernur Jawa Timur, pelantikan pejabat, dan upacara peringatan hari nasional seperti Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus. (nanang purwono)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *