Kolaborasi Lintas Stakeholders untuk Revitalisasi Makam Peneleh

Begandring.com-“Dia adalah inspirator ayah saya, yang membentuk saya hingga kini,” kata Lambert Grijns, Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia saat menyambangi batu nisan Herman Neubronner Van der Tuuk.

Van Der Tuuk, atau banyak masyarakat memanggilnya Tuan Dertik, adalah pengelana dan peletak dasar linguistik modern beberapa bahasa yang dituturkan di Nusantara, seperti bahasa Melayu, Jawa, Sunda, Batak Toba, Lampung, Kawi (Jawa Kuno), dan Bali.

Lambert Grijns menyimak usulan rancangan revitalisasi Makam Eropa Peneleh dari Ikatan Arstitek Indonesia Jawa Timur. Foto: begandring.com

Van Der Tuuk disebut sebagai raja dari segala pakar bahasa-bahasa Nusantara, yang tidak hanya dari keahlian bahasa tetapi juga dari kepribadiannya, membuatnya dikagumi banyak orang, termasuk Bapak Duta Besar.

Pada saat Begandring Soerabaia dan tim lainnya menemani, Bapak Duta Besar meminta waktu hening sejenak untuk dirinya menyepi dan melakukan penghormatan ke Van Der Tuuk, bersama dengan tokoh-tokoh besar seperti Pieter Merkus, Paul Corneille, dan Pierre Perez. Mereka adalah orang-orang di masa lalu yang berperan besar dalam membentuk sejarah, yang juga menunjukkan betapa multikulturalnya kota Surabaya. Dengan kesadaran inilah, membawa semua yang hadir berkesimpulan sama, bahwa Makam Peneleh harus direvitalisasi.

Penulis berfoto di depan nisan Van Der Tuuk di Makam Eropa Peneleh. Foto: begandring.com

Proyek revitalisasi ini tidak hanya sekedar melakukan perbaikan fisik, tetapi juga untuk menghidupkannya kembali di antara masyarakat. Setiap nisan memberi secercah pengetahuan, dan secara utuh menjadi bukti peradaban kota Surabaya sehingga menjadikannya sebagai perpustakaan yang hidup. Oleh karena proyek Peneleh as Living Library ini adalah usaha kolaborasi dari segala pihak.

Baca Juga  Pengibaran Merah Putih di Markas Polisi Istimewa yang Menegangkan

Pemerintah Kerajaan Belanda melalui Kedutaan Besar menyambut baik proyek ini dan bersedia membantu secara finansial bersama Pemerintah Kota Surabaya. Dua kelompok ahli dari Belanda juga turut hadir untuk membantu pada perencanaan proyek yaitu TiMe Amsterdam dan Dutch Culture. Tidak hanya itu, Universitas 17 Agustus dan Ikatan Arsitek Indonesia Jawa Timur juga hadir dalam membantu menyempurnakan rencana proyek revitalisasi.

Utamanya, hal ini tidak lepas dari peran komunitas masyarakat seperti Begandring Soerabaia untuk mengawal dan menyukseskan proyek ini.

Secara kebijakan publik, usaha untuk merevitalisasi Makam Penelah adalah proses bottom-up yang menekankan pada multi-level governance dan pentahelix collaboration. Proses yang dilakukan secara bottom-up berarti inisiatif ini tidak didominasikan dari peran otoritas atas yakni Pemerintah Kota tetapi dari masyarakat yang sadar akan pentingnya sejarah.

Kegiatan multi-level governance ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan revitalisasi ini tidak dilakukan oleh satu pihak saja tetapi juga pada berbagai aktor lainnya dari berbagai level.

Kerjasama antar aktor ini menunjukkan pentahelix collaboration, di mana Pemerintah Kota tidak bergerak sendiri, tetapi juga dengan pelibatan otoritas Pemerintah Kerajaan Belanda, Kelompok Akademisi seperti Universitas 17 Agustus dan Ikatan Arsitektur Indonesia Jawa Timur, Tim Ahli Belanda yakni TiMe Amsterdam dan Dutch Culture, serta Komunitas Masyarakat yakni Begandring Soerabaia yang juga dibantu berbagai media.

Semua stakeholders ini saling bahu-membahu untuk mewujudkan Makam Peneleh sebagai perpustakaan yang hidup.

Pendekatan yang utama dalam proyek Peneleh as Living Library ini dalam inklusivitas terhadap masyarakat Kampung Peneleh. Mereka harus dilibatkan dalam proses perencanaan hingga implementasi kebijakannya. Terlebih lagi Kampung Peneleh juga memiliki banyak situs bersejarah seperti Rumah Lahir Bung Karno, Sumur Jobong dan Rumah HOS Cokroaminoto.

Baca Juga  Bedanten Layak Dijuluki Desa Sejarah

Tim Revitalisasi Makam Peneleh bersama Lambert Grijns di Lodji Besar. Foto: begandring.com

Terletak di samping Kali Mas, yang memiliki peran yang sangat penting pada masanya, Makam Peneleh terkoneksi dengan situs-situs bersejarah lainnya. Hal ini menjadikan Surabaya sebagai kota yang memiliki kota dengan aset sejarah dengan peradaban maritim yang sangat kaya.

Revitalisasi Kota Lama telah menunjukkan bahwa sejarah itu masih menarik bagi masa kini. Masa lalu, jika dilestarikan dan dimajukan bersama-sama, terbukti dapat memberikan dampak yang luar biasa kepada masyarakat secara sosial dan ekonomi.

Dengan adanya Peneleh as Living Library nanti, masyarakat Surabaya akan semakin mengenal diri mereka sendiri sebagai kota yang sangat kaya. Potensi kesejarahan Kota Surabaya sudah lama menunggu, dan kini saatnya kita bergotong royong untuk melestarikan dan memajukannya!

 

 

Kontributor: Made Naraya Laksmayuda Sumaniaka

Artikel Terkait

One thought on “Kolaborasi Lintas Stakeholders untuk Revitalisasi Makam Peneleh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *