Masa Reses, AH Thony Gelar Diskusi Tematik Bahas Pendidikan Karakter dan Budaya

Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony punya cara sendiri melakukan jaring aspirasi masyarakat di masa reses. Politisi Partai Gerindra tersebut tidak sekadar menampung keluhan dan kebutuhan warga, tapi melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan kota berbasis kebudayaan.

Dalam kegiatan bertajuk Jaring Aspirasi Masyarakat, Tahun Sidang IV Masa Persidangan Kedua yang digelar di Hotel Cleo Jemursari, Surabaya, Jumat (28/1/2023), AH Thony mengundang para pegiat sejarah, guru, seniman, budayawan, dan warga.

“Kami ingin bergerak bersama untuk Surabaya. Mengajak banyak kalangan ikut berpartisipasi. Terutama dalam penyusunan Raperda Pemajuan Kebudayaan, Kejuangan dan Kepahlawanan Kota Surabaya,” katanya.

Diskusi tematik tersebut dibagi tiga sesi. Sesi pertama diperuntukkan bagi warga. Sesi kedua untuk komunitas pegiat sejarah dan budaya. Sedangkan sesi ketiga untuk kalangan guru.

Thony menjelaskan, alasan digelarnya reses tematik untuk menyambut lahirnya dua Peraturan Daerah (Perda) di Surabaya. Pertama, Perda Cagar Budaya yang sudah diajukan ke Gubernur Jawa Timur. Kedua, Raperda Pemajuan Kebudayaan, Kejuangan dan Kepahlawanan Kota Surabaya yang murni inisiatif dewan dan sekarang dalam pembahasan di panitia khusus (Pansus).

“Kalau Perda Cagar Budaya yang baru sebagai pengganti Perda 5/2005 sudah selesai, tinggal akan menjadi perda nomor berapa, kita belum tahu. Nah, masukan masukan dari jejaring ini akan menjadi bahan dalam penyusunan Raperda Pemajuan Kebudayaan,” beber papar AH Thony.

Thony menyatakan sangat berterima kasih atas masukan dari para pegiat sejarah dan budaya. Di mana mereka berharap tersedianya sarana kebudayaan untuk mendukung proses dan upaya pemajuan kebudayaan.

Ada 10 objek pemajuan Kebudayaan sebagaimana diamanahkan dalam Undang Undang 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Yakni, tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat dan olahraga tradisional.

Baca Juga  Persiapan Festival Peneleh dan Kunjungan 25 Mahasiswa Australia ke Peneleh. 

“Dibukanya kembali THR menjadi harapan sebagai art centre yang nantinya bisa menjadi etalase atraksi seni budaya. Inilah sarana kebudayaan. Sementara sebagai pendukung art centre ini adalah ketersediaan pusat seni lokal per wilayah. Ada wilayah Surabaya Timur, Barat, Utara, Selatan dan Tengah sebagai upaya persebaran wadah kesenian dan budaya,” jelas AH Thony.

Masa Reses, AH Thony Gelar Diskusi Tematik Bahas Pendidikan Karakter dan Budaya
Budayawan Kristanto Wibisono menyampaikan aspirasi terkait penguatan budaya dan karakter. foto: yoshua

 

Undang Konsultan Jepang

Pada sesi bersama para guru, AH Thony menghadirkan perwakilan Japan Initiative Taki Kitada. Dia seorang konsultan yang telah ikut memediasi sister city antara Surabaya dan Kochi di era Wali Kota Sunarno Sumoprawiro, Bambang DH, dan Tri Rismaharini.

Dalam kesempatan itu, Taki memperkenalkan Program Review yang akan diujicoba oleh Pemerintah Kota Surabaya. Program Review ini untuk mengukur tepat atau tidaknya sebuah kebijakan yang diterapkan pemerintah kota. Penerapannya bakal melibatkan masyarakat luas dalam memberikan penilaian.

Taki mengaku, Program Review ini juga mendapatkan dukungan dari pemerintah Jepang. Dia menyebut, program tersebut sudah dilakukan uji coba di dua desa di wilayah Kabupaten Bantul.

“Program ini lahir karena peliknya permasalahan yang disebabkan dislokasi anggaran dari berbagai kebijakan, terutama program otoritas daerah,” jelasnya.

Kerja program tersebut hanya butuh waktu satu jam untuk memunculkan sebuah keputusan tepat atau tidaknya suatu program. Mekanismenya, yakni perwakilan dari masyarakat dikumpulkan secara acak, pakar, maupun legislatif berperan sebagai evaluator atau pengawas.

Selanjutnya, pelaksanan evaluasi bakal dilakukan di dalam sebuah forum, sekaligus dilakukan pengambilan poling untuk menilai ketepatan suatu program pemerintah. Hasil poling juga bakal langsung diumumkan di forum pembahasan tersebut.

“Evaluator ini nantinya akan melakukan voting apakah kebijakan itu harus lanjut, dibenahi, atau dihentikan,” kata Taki.

Baca Juga  Talkshow Budaya Aksara Jawa dalam Agenda Urban Art .

Program Review ini merupakan bagian kelanjutan sister city antara Kochi dan Surabaya. “Perlu diingat, meskimpun nantinya ada pihak yang kurang puas dengan hasil voting tersebut. Setidaknya ini satu langkah menjadi lebih baik lagi,” jelasnya.

Masa Reses, AH Thony Gelar Diskusi Tematik Bahas Pendidikan Karakter dan Budaya
Seorang guru menyampaikan aspirasi. foto: yoshua

 

Butuh Kemandirian

Taki Kitada juga sempat memutar video tentang model pendidikan di Jepang. Di mana, anak-anak yang sekolah di Jepang diajarkan untuk mandiri dan didorong untuk mengembangkan kemampuan sesuai karakternya.

“Di sana (Jepang), anak-anak kalau berangkat sekolah sendiri, tidak ada yang mengantar. Mereka juga dibiasakan mencuci piringnya dan membersihkan tempatnya sendiri setelah selesai makan,” tutur Taki.

Kemandirian dan tanggung jawab benar-benar ditanamkan kepada anak-anak yang sekolah di Jepang. Kenyataan ini membuat Jepang menjadi negara maju dan menjadi salah satu negara yang mendapat julukan Macan Asia.

Dari dialog dengan guru didapat pandangan umum tentang penguatan pendidikan karakter. Ini selaras dengan upaya pemajuan kebudayaan yang bersifat non bendawi yang diupayakan Pemkot Surabaya melalui program Sekolah’e Arek Surabaya (SAS). Program itu memanfaatkan alokasi waktu selama 2 jam setelah alokasi waktu belajar mengajar selesai pukul 12.00.

“Jadi selama dua jam itu diharapkan ada upaya pembentukan karakter peserta didik sebagaimana terkoridor dalam 18 nilai pendidikan karakter,” kata Suhadak, pengamat pendidikan Kota Surabaya.

Pendidikan karakter ini, menurut AH Thony, adalah ruh yang menjiwai dan menghidupi segala sendi kehidupan.

“Dalam hidup, orang harus obah (berbuat) atau berjuang untuk mencapai tujuan hidup itu sendiri. Jadi berjuang tidak hanya berkonotasi dengan perjuangan para pahlawan pada era Revolusi 45, tapi perjuangan hidup yang dimulai sejak dini hingga mati,” ujar AH Thony.

Dia lalu mencotohkan seorang ibu hamil yang berjuang menjaga kehamilannya. Anak sekolah berjuang agar lulus sekolah dengan nilai yang sangat memuaskan dan masih banyak lagi arti kejuangan dalam hidup.

Baca Juga  A.H. Thony Dinobatkan sebagai Tokoh Penggerak Budaya Surabaya

Maka yang namanya lifelong education (pendidikan seumur hidup) sangat penting. Dalam program SAS dengan menekankan pembentukan nilai karakter pada siswa akan berkontribusi terhadap upaya pemajuan kebudayaan di Surabaya.

“Jadi SAS selaras dengan upaya pemajuan Kebudayaan,” cetus politisi yang dikenal sebagai penggerak budaya Surabaya itu.

“Semua masukan ini akan kami bawa dalam penyusunan Raperda Pemajuan Kebudayaan, Kejuangan dan Kepahlawanan Kota Surabaya,” pungkas AH Thony. (nanang purwono)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *