Oleh : “Om” TP Wijoyo
Hari masih sangat pagi, pukul 09.00 saya melewati jalanan Kupang arah Banyu Urip Kidul. Tidak jauh dari “Gedung Setan” yang kondisinya kian mengenaskan, tepat pinggir jalan raya Banyu Urip, di belakang sebuah Warkop, terdapat jejak “BONG” (Makam Cina) yang tua dan berumur satu abad.
Berawal dari obrolan dengan teman di sebuah Warkop saat itu, sang teman bercerita kalo di belakang sebuah Warkop di Jalan Banyu Urip raya, dan berhadapan dengan gang Kupang Krajan III, terdapat Bong Cina yang masih ada dan kondisinya terhimpit padatnya pemukiman.
Dan setelah saya mengunjungi lokasi tersebut, terdapat sebuah rumah yang tepat di halamannya terdapat “Patung Singa” penjaga keberadaan Bong. Sang pemilik rumah, berinisial “D” sangat ramah dan baik. Beliau mempersilahkan saya untuk mewawancara terlebih dulu.
Hingga akhirnya saya ditunjukkan sebuah BONG tua dengan 3 buah Bongpay (nisan). Hal menarik, keberadaan Bong masih terlindung bangunan “Cungkup” dari bahan kayu jati, dg besi tua masa kolonial sebagai penyangga, dan terdapat ornamen hiasan lengkung pada besi, serta berhiaskan ukiran kayu sebagai “Lisplang” bangunan cungkup.
Di dalam bangunan cungkup yang istimewa itu, terdapat 3 buah Bongpay (3 buah makam) berjajar barat-timur, dengan identifikasi dua makam masih terdapat Bongpay (nisan) berinskripsikan aksara Cina. Sedangkan satu makam paling timur tidak terdapat inskripsi, mgkn sudah rusak bagian inskripsinya.
Pada Makam (Bong) posisi tengah, pada nisan terpahat nama dg aksara latin terbaca “THE TJONG KIEM” & “ONG BWAN NIO”. Ukuran Bongpay (nisan) sangat besar, dan bagian bawah terukir ornamen hias yang sangat bagus. Di sekitar halaman rumah sang pemilik terdapat dua batu altar lengkap dengan hiasan ukir berelief “Naga” dan “Macan”, tergeletak seolah tak bertuan.
Saya berpikir makam (bong) ini dulunya pasti makam bukan sembarang orang. Karena tidak wajar sebuah BONG diberi bangunan cungkup yang kuat dan bagus. Pasti ini makam orang kaya atau penting di masanya. Lebih jauh, memang harus dilakukan kajian historis lebih dalam.
Jadi boleh dibilang, keberadaan jejak “BONG” di pinggir jalan raya Banyu Urip Kidul ini bagian kecil yang masih tersisa. Mengingat banyak Bong Cina di wilayah sekitarnya, seperti di Kupang Krajan, Kupang Praupan, dan Petemon banyak yang sudah hilang menjadi pemukiman padat.
Pada peta lama “Soerabaja en Omstreken” keluaran tahun 1915, keberadaan Bong tersebut tampak tergambar. Posisinya yang dekat sungai lama Banyu Urip, yang kini menjadi jalan raya, menggambarkan sebaran BONG (Makam Cina) di wilayah sekitar Kupang, sangat sesuai dengan gambaran di peta lama. Semoga keberadaan BONG tersebut masih terjaga kelestariannya, dan menjadi bukti jejak bagian dari Sejarah Surabaya.
Minggu, 9 Maret 2025, “Om TP Wijoyo”.