Menikmati Sejarah Pandean dalam Mural

Begandring.com – Peneleh terus berbenah untuk menyambut datangnya Pencanangan Kampung Wisata Sejarah Peneleh oleh Menteri Pariwisata Ekonomi dan Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, pada 7-9 Juli 2023.

Ada rangkaian kegiatan dalam pencanangan itu. Untuk menyambut datangnya pencanangan itu, pekerjaan penataan dan perapian kawasan sudah dimulai. Pepohonan di tepian sungai Kalimas sudah dirapikan sehingga kawasan itu terlihat bersih dan rapi. Di sepanjang jalan Peneleh juga telah dipasang Penerangan Jalan Umum (PJU) sehingga terlihat terang di malam hari.

Papan petunjuk lokasi bersejarah di kampung kampung. Foto: Begandring.

Sementara di kawasan kampung Pandean, Lawang Seketeng dan Pandean sudah mulai dipasang papan penunjuk lokasi dan titik tempat tempat bersejarah. Selain itu, seni mural story juga sedang dikerjakan pada media tembok di Pendean IV, dimana terdapat Rumah Lahir Bung Karno (RLBK) yang telah dijadikan museum.

Pelukis mural story ini adalah pelukis yang memural dinding diorama di Taman Tugu Pahlawan. Mereka adalah Edy Marga dan Budi An. Adapun cerita yang dimuralkan adalah kisah tentang Soekarno sebelum lahir hingga pasca kelahiran, termasuk kisah Soekarno kecil yang harus mengikuti orang tuanya karena tugas mengajar dari satu kota ke kota lainnya. Sampai kemudian Soekarno kembali ke Surabaya ketika harus duduk di Sekolah setingkat SMA kala itu. Yaitu Hogere Burgereschool (HBS).

Edy Marga (berdiri) dan Budi An (jongkok) sedang sibuk memural tembok di Pandean IV. Foto: Begandring.

“Intinya cerita mural ini mengisahkan tentang Reden Soekeni Sosrodihardjo, ayahanda Soekarno, ketika mengajar SD Pribumi di Singaraja, Bali. Kemudian Soekeni menikahi putri Bangsawan Bali, Ida Ayu Srimben. Selanjutnya, Soekeni pindah tugas ke Surabaya dan tinggal di Pandean yang terkenal sebagai komunitas Bali. Di Surabaya, Soekeni mengajar di Holandsch Inlandsch School (HIS) Soeloeng”, terang Edy Marga.

Baca Juga  Case van der Linden, Warga Amerika Berdarah Belanda Asli Suroboyo, Saksi Perang dan Damai di Surabaya.

Di Surabaya Soekarno tinggal tidak lama. Di usia 6 bulan, Soekarno diajak pindah rumah karena tugas mengajar bapaknya berpindah lagi. Perpindahan itu mulai dari Jombang, Mojokerto dan Tulungagung. Di usia remaja, Soekarno ke Surabaya lagi karena melanjutkan sekolah ke tingkat SMA. Yaitu Hogere Burgereschool (HBS) mulai 1916 hingga 1921. Selama di Surabaya, Soekarno indekost di rumah HOS Tjokroaminoto di Peneleh VII.

Edy dan Budi ditarget harus menyelesaikan mural pada 5 Juli 2023. Pekerjaan ini dimulai sejak Senin, 26 Juni 2023. Untuk menjaga kualitas gambar, mereka menggunakan cat yang berkualitas. Cat ini seperti cat untuk memural dinding diorama Taman Tugu Pahlawan.

Edy dan Budi dikunjungi rombongan jelajah sejarah pada Rabo, 28 Juni 2023. Foto: Begandring.

“Di Tupal masih bagus hingga sekarang. Cat ini juga yang dipakai ngecat monumen Tugu pahlawan. Selain itu juga dipakai mengecat Tugu Bambu Runcing. Semoga mural di Pandean IV ini juga bisa tahan lama”, tambah Edy Marga.

Edy dan Budi melukis mural secara tandem. Karena waktu yang mepet, mereka harus lembur siang malam. Untuk bisa mencapai target pengerjaan, mereka membutuhkan scafolding untuk menggambar bagian bagian atas. Mereka juga butuh penerangan untuk pengecatan di malam hari.

“Jika ada lampu buat malam, maka kami akan lembur. Maklum waktunya mepet. Tanggal 5 Juli harus sudah selesai”, tegas Edy Marga. (nng)

 

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *