Begandring.com – Menjelang pelaksanaan Festival Peneleh dan Java Coffee Culture 2023 pada 7-9 Juli 2023 di kawasan Peneleh, berbagai persiapan sudah mulai dikerjakan. Diantaranya adalah pembuatan mural, pemasangan papan petunjuk obyek obyek wisata, pengukuran area bloking kegiatan hingga rapat rapat konsolidasi mulai di kantor kelurahan Peneleh dan kantor Balai Kota Surabaya.
Pada Selasa, 27 Juni 2023, kegiatan menghias tembok di Pandean IV sudah mulai dikerjakan dengan perataan permukaan tembok yang akan di mural. Di media tembok inilah cerita tentang Koesno, nama kecil Presiden RI pertama Soekarno, akan ditorehkan dalam bentuk seni mural.
“Sketsanya sudah dibuat dan akan digambarkan pada media tembok. Disini kan tempat lahirnya Bung Karno”, kata Budi An, salah satu pelukis mural. Budi tidak sendiri, ia akan mengerjakan dengan rekan artis pelukis yang bersama sama pernah memural dinding diorama Taman Tugu Pahlawan.
Sebelumnya, dalam meramaikan Bulan Bung Karno, paving di sepanjang gang Pandean IV sudah dicat sehingga terlihat lebih indah dan rapi.
Selain di mural, lingkungan yang memiliki obyek obyek wisata juga dipasang papan papan petunjuk obyek wisata. Tujuannya adalah memudahkan pengunjung ketika secara mandiri berwisata sejarah di kawasan Peneleh.
Pada selasa malam, 27 Juni, papan papan petunjuk obyek wisata dipasang oleh Pemkot Surabaya dengan dibantu secara gotong royong oleh warga dan komunitas Begandring Soerabaia. Untuk sementara pemasangan papan petunjuk obyek wisata di fokuskan di kawasan Pandean, Peneleh dan Lawang Seketeng yang potensi obyek wisata nya telah terlihat (terlisting) dan sudah menjadi obyek kunjungan.
Misalnya adalah papan papan petunjuk yang mengarahkan ke lokasi Sumur Jobong, Rumah Lahir Bung Karno, Langgar Duwur, Makam Belanda Peneleh, dan Rumah HOS Tjokroaminoto.
Masih di sekitar kawasan kelurahan Peneleh, masih ada juga potensi wisata lainnya. Misalnya di kawasan kampung Plampitan. Selain ada Rumah Kelahiran Roeslan Abdoelgani, juga ada rumah rumah tua yang berarsitektur dari lapisan zaman. Kawasan ini tentu potensial sebagai kawasan Wisata Arsitektur Surabaya.
Ragam arsitekturnya tidak hanya dari era abad 20 (tahun 1900-an), tapi ada juga ada rumah rumah bergaya Indiesch yang menjadi trend di abad 19 atau tahun 1800-an. Juga ada dari era abad 18 dengan adanya rumah rumah berarsitektur atap pelana yang menjulang tinggi dengan tampilan eksterior simetris. Ada satu pintu di tengah dan dua jendela besar mengapit pintu.
Warga setempat banyak yang tidak menyadari model model arsitektur apa dari rumah rumah yang mereka tempati selama ini. Rumah rumah tua di kawasan Plampitan yang cukup banyak ini layak dijadikan obyek tujuan wisata yang bernilai edukasi, ilmu pengetahuan dan penelitian. Keragaman arsitekturnya indah dipandang mata.
Dalam upaya pengembangan Wisata Peneleh yang berbasis sejarah, budaya dan ekonomi itu, tidak hanya sentuhan fisik yang dilakukan, karenanya kelompok kelompok Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) sudah mulai dibentuk. Di setiap RW yang berjumlah 16 RW, kader kader Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) telah dilatih dan dibekali tentang pengelolaan wisata di lingkungannya masing masing.
Bank Indonesia telah membekali mereka melalui program Pelatihan Pengelolaan Kampung Wisata Sejarah Peneleh, yang digelar di hotel Platinum pada 19-22 Juni 2023 lalu. Selain itu identifikasi dan koleksi jajanan dan minuman lokal juga sudah dilakukan yang nantinya menjadi suguhan dalam Festival Peneleh.
Bahkan sebelumnya sekelompok mahasiswa FIB Unair melakukan penelitian ragam jajanan yang ada di lingkungan Peneleh. Seperti apakah jajanan lokal Peneleh, maka di Festival Peneleh itulah etalase kuliner Peneleh akan dipertontonkan untuk dicicipi.
Pada Rabo, 28 Juni 2023, Peneleh akan menerima kunjungan 25 mahasiswa Australia untuk melihat dari dekat seperti apa Peneleh. (nng)