20 Mahasiswa FIB Unair Blusukan di Kampung Peneleh

Sebanyak 20 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) mengikuti Surabaya Urban Track (Subtrack), Sabtu (11/12/2021). Kegiatan ini digelar atas kerja sama Forum Begandring Soerabaia dengan Program Studi Sastra dan Bahasa Inggris FIB Unair.

Kegiatan ini berfokus mempelajari dan mengunjungi kawasan bersejarah di Peneleh dan Pandean Kota Surabaya. Subtrack menawarkan aktivitas yang dengan berjalan kaki selama kurang lebih dua jam menyusuri kampung-kampung dan berhenti pada lokasi yang sudah ditentukan sebelumnya.

Sebelum melakukan perjalanan, peserta diminta menulis pandangan tentang daerah dan objek penjelajahan yang akan dijelajahi pada secarik kertas yang kemudian dimasukkan ke dalam amplop. Kemudian setelah kegiatan selesai, amplop dibuka kembali dan membandingkan pesan yang telah ditulis dengan wawasan yang telah didapatkan.

Dalam jelajah sejarah ini, peserta mengunjungi Makam Belanda Peneleh. Di makam ituu dijelaskan soal tokoh-tokoh yang dikuburkan sejak abad ke-19. Salah satunya, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Pieter Merkus. Dari nisannya yang terbuat dari baja, diketahui bahwa dia meninggal di Huiz van Simpang yang sekarang adalah Gedung Negara Grahadi pada tahun 1844. Tapi ia dimakamkan di pemakaman Belanda Peneleh pada tahun 1847.

Spot-spot selanjutnya adalah ke Masjid Jami’ yang dibangun Sunan Ampel. Kemidia Jembatan Besi Peneleh. Diceritakan pemandu kegiatan, Jembatan Besi Peneleh ini adalah menjadi saksi bisu terjadinya pertempuran besar dalam perjalanan sejarah di Surabaya.

Tak kalah menarik Museum HOS Tjokroaminoto. Di sini, banyak sekali pengetahuan baru mengenai sejarah kota Surabaya. Bahwa di kota ini menjadi basis yang penting bagi bangsa Indonesia. Di mana kita ketahui bersama bahwa di rumah inilah seorang proklamator Indonesia bernama Bung Karno belajar dan tinggal.

Baca Juga  Subtrack, Pabean, dan Tentang Sebuah Nilai

Perjalanan dilanjutkan ke rumah kelahiran Bung Karno, presiden pertama Indonesia.  Sayangnya rumah ini berubah dari bentuk aslinya karena ada perbaikan dan renovasi untuk merehap dan menjadikan rumah kelahiran Bung Karno ini menjadi aset yang penting bagi sejarah terutama sejarah Kota Surabaya.

Jelajah sejarah dilanjutkan ke Sumur Jobong, yaitu sumur peninggalan dari nenek moyang masyarakat Peneleh dan Pandean. Sumur ini ditemukan dengan kedalam kurang lebih 1 meter di dalam tanah dan ditemukan karena ada rehabilitasi dan pembuatan gorong-gorong.  (*)

Kegiatan ini ditutup dengan diskusi dan penyampaian wawasan yang telah di dapatkan oleh para peserta Surabaya Urban Track.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *