Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Surabaya melakukan kunjungan di SD Sulung (kini bernama SDN Alun Alun Contong I-87 Surabaya, Selasa (13/9/2022). TACB diwakili Prof Purnawan Basundoro. Ikut mendampingi, Dr Listiyono Santoso (wakil dekan FIB) ) ) Unair) dan Kukuh Yudha Karnanta MA (dosis FIB Unair).
Kunjungan mereka ke SD Sulung setelah mendapat informasi dari pegiat sejarah Mulai Soerabaia. Di mana, dalam penelusuran sejarah Soekarno di SD Sulung, ditemukan peninggalan benda-benda bersejarah yang tidak terurus.
Tiba di lokasi, Purnawan langsung menuju kelas. Kepala sekolah sedang tidak ada di tempat.
“Kepala sekolahnya sedang kosong. Guru lain saya lihat sedang di ngajar semua di kelas,” terang Purnawan yang saat sidak hanya ditemani Dian Nur Aini, guru SD Sulung.
Purnawan mengatakan, secara umum dan perlengkapan di ruangan kelas tetap terjaga dengan baik. Jumlah bangku masih utuh.
“Juga ada papan tulis hitam dan buku-buku induk lama. Namun buku induk zaman Belanda tidak ada lagi,” terang Purnawan.
Purnawan mengamati lingkungan sekolah, di mana terdapat bangunan cagar budaya (BCB). “Sayangnya lingkungan pendukungnya kurang terawat. Terutama di bagian belakang,” cetus Purnawan yang juga ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Jawa Timur itu.
Menurut Dian, pihaknya sudah merencanakan menjadikan satu kelas untuk pengajaran mata pelajaran muatan lokal (mulok). Bahkan ia sudah menyusun materi ajarnya.
“Tapi materi dan konsep ajar belum mendapat persetujuan dari pimpinan dinas terkait (Dinas Pendidikan Kota Surabaya, red),” katanya.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A Hermas Thony MSi sangat menyayangkan tidak terawatnya bangunan cagar budaya di SD Sulung.
“Ini tak boleh dibiarkan. Dinas Pendidikan harus bertindak,” tegas politik Partai Gerindra itu
Kata Thony, di bangunan cagar budaya di SD Sulung ada semangat kebangsaan dan kebangkitan. Karenanya, publik harus tahu sehingga bisa dipetik nilai-nilai penting dari sekolah ini.
“Jika bangunannya terselip dan tidak diketahui, gak ada gunanya wali kota Surabaya menetapkan sebagai bangunan cagar budaya,” kata politisi Partai Gerindra itu.
Kontradiktif
Keberadaan SD Sulung sangat bersejarah. SD Sulung menjadi saksi bisu keberadaan Raden Soekeni Sosrodihardjo, ayah Presiden Pertama RI Soekarno dan Roeslan Abdulgani.
Hasil penelusuran Kukuh Yudha Karnanta di Singaraja, Bali, ditemukan copy surat pindah tugas Raden Soekeni Sosrodihardjo dari Singaraja ke Surabaya.
Dari temuan surat di Singaraja, kemudian penelusuran dilakukan ke SD Sulun, karena di sekolah inilah Raden Soekeni Sosrodihardjo mengajar setelah pindah tugas dari Bali ke Surabaya.
Raden Soekeni Sosrodihardjo adalah seorang guru yang mengajar pada penghujung abad 19 (1898) hingga penghujung tahun 1901. Soekeni erat hubungannya dengan riwayat Soekarno kecil ketika masih tinggal di kampung Pandean, Surabaya.
Sementara Roeslan Abdulgani adalah negarawan dan politikus Indonesia yang pernah menjadi Menteri Luar Negeri Indonesia pada tahun 1956-1957. Dia akrab dipanggil Cak Roes. Lahir di Plampitan, Surabaya pada 24 November 1914 dan meninggal di Jakarta pada 29 Juni 2005.
Cak Roes, begitu panggilan karibnya, pernah dibuat di SD Sulung yang saat itu masih bernama Hollandsche Inlandsche School (HIS) Soeloeng. Dalam perkembangannya HIS Soeloeng berganti nama menjadi Sekolah Rakyat (SR) Soeloeng. Sebagai penanda Cak Roes memasang sebuah prasasti di tembok sekolah.
Meski nama sekolah telah berganti, namun masih ada bangunan sekolah yang masih bertahan. Hanya satu unit bangunan yang di dalamnya terdapat 8 kelas. Salah satu kelas lengkap dengan bangku bangku kunonya. Jumlahnya bangkunya sekitar 20 set. Di dalam kelas ini juga tergantung papan tulis lama sebagai default ruang kelas.
Pembiaran dan penelantaran bangunan di sekitar bersejarah di SD Sulung sangat kontradiktif dengan semangat yang digelorakan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Di mana, wali kota getol mengajak warganya memelihara, mengelola, dan memanfaatkan potensi sejarah di Surabaya.
Belum lama, wali kota meresmikan Wisata Pecinan Kembang Jepun, membuka Festival Surabaya Kota Pahlawan melalui Pameran Foto “Surabaya Lintas Masa”. Wali Kota juga ikut bermain dalam film dokumenter Koesn, Jati Diri Soekarno. (*)