Makam Belanda Peneleh jadi Taman Kepustakaan Sejarah

Kerja bakti di Makam Belanda Peneleh dilaksanakan, Minggu (8/1/2023). Kegiatan itu diikuti warga di lingkungan Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng. Mereka dipimpin langsung Lurah Peneleh Skundario dan Camat Genteng M. Aris Hilmi.

Aksi bersih-bersih Makam Belanda Peneleh ini adalah awal dati kegiatan yang lebih konstruktif dalam rangka mengembangkan kawasan Peneleh berbasis sejarah.

Berdasarkan paparan Begandring Soerabaia di hadapan para pejabat Pemerintah Kota Surabaya di Lodji Besar, Jalan Makam Peneleh 46, beberapa hari lalu, Makam Belanda Peneleh bakal disulap menjadi destinasi wisata sejarah.

Aksi ini ini juga diikuti Begandring Soerabaia dengan mitranya, Indonesian Graveyard.  Dalam kesempatan itu, Begandring dan Graveyard menyerahkan sebuah peta yang menggambarkan letak keseluruhan Makam Belanda Peneleh lengkap dengan nomor registrasi pada setiap makam.

Berdasarkan peta denah ada sekitar 3.821 makam dengan 15.000-an nama (orang yang dimakamkan) di Makam Belanda Peneleh. Mereka adalah orang-orang Eropa, utamanya Belanda. (Cahya Ratna Mahendrani: “Nisan Makam Belanda Peneleh”, 2013, FIB UGM).

Makam Belanda Peneleh jadi Taman Kepustakaan Sejarah
Denis dan Jovan (Indonesia Graveyard) dan penulis (Begandring Soerabaia) menyerahkan denah makam kepada Camat Genteng, M Aris Hilmi didampingi Lurah Peneleh Skundario. foto: hengky pagipho

“Pernah ada seorang peneliti Belanda yang datang ke sini, lalu mencatat setiap nomor registrasi dari setiap makam dan selanjutnya membuat denah makam beserta nomor registrasi. Ia juga membuat web database untuk membantu pihak-pihak dalam pencarian orang orang yang dimakamkan di sini,” terang Denis dari Indonesian Graveyard.

Ada pun laman database untuk penelusuran adalah : http://www.krancher.com/peneleh-project/peneleh-ruwe-database. Melalui database pencarian itu, cukup mamasukkan nama keluarga dari orang yang dicari (dimakamkan di Peneleh), maka dari hasil pencarian keluarlah nama nama dengan nomor registrasinya.

“Dari nomor registrasi itu, misalnya B.2021, lalu tinggal dilihat pada denah untuk mengetahui letak dari makam dengan nomor registrasi B. 2021, maka ketemulah di mana letak makam yang dicari,” jelas Denis kepada Aris Hilmi.

Baca Juga  Legenda Mbah Bungkul dan Sejarah Desa Islam di Surabaya

Aris Hilmi bersama Skundario yang berada di lokasi ketika kerja bakti, sangat berterima kasih atas kontribusi komunitas dalam rangka mendukung penataan Makam Belanda Peneleh. Karena hal itu bisa dimanfaatkan oleh publik, termasuk ahli warisnya.

“Makam Peneleh ini adalah aset kota yang sarat nilai sejarah. Di sini ada banyak pejabat dan petinggi penting yang dapat diulik untuk mengetahui sejarah kota Surabaya di era kolonial,” terang Aris Hilmi.

Melihat pentingnya Makam Peneleh untuk tujuan tujuan pendidikan, penelitian, kebudayaan dan pariwisata, maka Begandring yang bermarkas di samping makam, memberi masukan masukan kepada Pemerintah Kota Surabaya.

“Yang bisa dilakukan pemerintah dengan mudah, murah, tapi sangat bermanfaat adalah membuat nomor-nomor registrasi sesuai denah ini. Juga membuat papan petunjuk di setiap lorong sesuai denah. Misalnya, Straat 1, Straat 2 dan seterusnya. Ini memudahkan pihak-pihak yang akan mencari makam,” jlentreh Nanang Purwono, ketua Begandring Soerabaia.

Ia menambahkan, mendatangi salah satu makam atau beberapa tidak harus oleh ahli waris makam, tapi masyarakat umum juga bisa dan berhak, karena mereka datang bukan untuk berziarah tapi belajar.

“Pengunjung bisa belajar sejarah dan profil dari orang-orang yang dikubur di sini. Misalnya ada nama Daniel Willem Frascois Pietermaat. Ia adalah pejabat Residen Surabaya yang turut membangun Masjid Kemayoran. Namanya tertulis di prasasti masjid yang tertempel di dinding masjid hingga sekarang,” kata Nanang.

Karenanya selain memberi nomor pada makam yang telah hilang nomor registrasinya, diperlukan juga membuat narasi para penghuni kubur. Selanjutnya, makam-makam yang telah ada narasinya diberi barcode agar pengunjung bisa mengetahui sejarah dan profil mereka.

Makam Belanda Peneleh jadi Taman Kepustakaan Sejarah
Kerja bakti warga di Makam Belanda Peneleh. foto: denis

Dengan begitu Makam Belanda Peneleh akan menjadi sebuah kepustakaan sejarah Kota Surabaya, sebuah kepustakaan (narasi) yang menyatu dengan benda bersejarah yang in-situ. Sambil belajar dan rekreasi, learning by travelling.

Ketika ada kata “pembenahan” untuk Makam Belanda Peneleh, maka bukan berarti merenovasi setiap makam yang ada, tetapi menata lingkungan seperti merapikan koridor jalan dengan membari kerikil-kerikil sehingga kalau hujan tidak becek, menambah lampu lampu penerangan dengan design tiang yang serasi dengan nilai sejarah di kompleks makam.

Baca Juga  Rekonsiliasi Budaya Indonesia - Belanda Terkait Pergeseran Aksara Jawa ke Aksara Latin.

Penerangan harus merata di area komplek makam. Dengan begitu kesan angker dan menakutkan bisa hilang karena terang dan sekaligus menjadi kepustakaan.

Dengan banyaknya kegiatan di Makam Belanda Peneleh, lambat laun akan mengubah kesan angker menjadi sebuah taman edukasi yang nyaman dan aman. Bersama perangkat kelurahan dan kecamatan, warga guyub membersihkan komplek dalam Makam.  Kegiatan sosial diharapkan bisa berjalan rutin berkala. (tim)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *