Di masa penjajahan Inggris, Jembatan Kalitangi menjadi penghubung wilayah Surabaya di Romo Kalisari dengan wilayah Gending Kebomas, Gresik. Akses jembatan yang begitu vital menjadi perhatian utama sebelum serangan ke Gresik. Berikut kisahnya:
Setelah Gresik diduduki Inggris pada 8 Desember 1945, Batalyon Soenarijadi yang diperkuat oleh badan perjuangan merencanakan perebutan Gresik. Hasil rapat strategi dan perencanaan, disepakati kalau Gresik harus direbut kembali pada 16 Januari 1946.
Langkah awal sebelum merebut Gresik adalah menghancurkan Jembatan Kalitangi. Letda Sugiman memimpin pelajar tehnik menghancurkan Jembatan Kalitangi dengan gerobak penuh peledak. Dan jembatan itu sukses diratakan dengan tanah.
Jika Jembatan Kalitangi tidak diledakkan, akses jembatan sebagai pintu masuk dari arah Surabaya ke wilayah Gresik akan mudah dimasuki bala bantuan tentara Inggris.
Tidak hanya Jembatan Kalitangi yang dihancurkan, hampir semua jembatan di sektor Gresik, Cerme, Krian, sampai Surabaya Selatan juga diledakkan oleh pasukan Genie. Mereka mempunyai peranan besar dalam perebutan daerah Gresik. Pasukan Genie juga membuat steling-steling senjata berat di Kedamean dan Legundi.
Pasukan dari masing-masing kompi yang dilengkapi badan perjuangan mulai bergerak dengan alur jalan yang berbeda dan bertemu di lokasi yang telah ditentukan.
Untuk pasukan yang menuju Gresik utara (Kalitangi) adalah pasukan dari Kompi II dan Kompi III serta Mayor Soenariyadi. Sedangkan Kompi I Soejoto ditugaskan mengamankan wilayah sekitar Balongpanggang.
Pasukan Batalyon Soenarijadi berhasil merebut Gresik dengan memanfaatkan Jembatan Kalitangi yang telah diledakkan dan menjadikan pegunungan di wilayah Gresik sebagai basis pertahanan.
Batalyon Soenarijadi mengalami perubahan wilayah setelah bergabungnya Batalyon Djarot pada Februari 1946. (*)
Sumber:
Riwajat Perdjuangan Bataljon Darmosoegondo, H.Van Ingen, Kaspari, Surabaja, 1955.
45 th Zeni TNI AD,1991 Ditziad Bunga Rampai Zeni TNI AD,1998, Pusdikzi Sejarah Satuan Pusdikzi Kodiklat TNI AD