Begandring.com: Amsterdam (29/7/23) – Sudah lama tersiar kabar bahwa di masa lalu Belanda dan Hindia Belanda (sekarang Indonesia) adalah satu hubungan yang menjadi satu rute. Banyak sekali buku buku yang menuliskan itu. Orang orang Belanda berangkat menuju tempat surga rempah di timurnya India. Karenanya, selanjutnya tempat itu dikenal dengan nama negeri Hindia Timur (Oost Indies).
Dari Belanda, mereka berangkat dari kota Amsterdam. Semuanya, saya tau berdasarkan cerita sejarah yang bersifat tekstual dan oral. Saya belum bisa melihat data faktual dari hubungan kota Amsterdam dan Hindia Belanda.
Bahkan ketika saya sudah menginjakkan kaki di kota ini sebanyak tiga kali sebelumnya, saya tidak mendapati bukti bukti nyata yang cukup atas hubungan ini mulai bukti awal hingga bukti berikutnya seiring dengan perkembangan hubungan Belanda dan Hindia Belanda (Indonesia).
Baru kali ini, ke empat kalinya, di tahun 2023, saya bisa menyaksikan dan menjelajah tempat tempat yang menjadi awal hubungan Belanda dan Hindia Belanda. Saya ditemani seorang kawan yang bernama Emile Leushuis. Ia kawan lama yang mulai saya kenal sekitar 15 tahun lalu.
Di tahun 2012 ketika saya datang di kota ini dalam rangka menghadiri agenda Internasional Broadcast Convention (IBC) 2012, saya juga sempat bertemu Emile di alun alun Dam Square. Tapi ketika itu kami tidak sempat menjelajah kota Amsterdam karena kesibukan kami masing masing.
Kami berdua adalah orang orang yang dalam satu interest, minat yang sama. Yaitu di bidang pariwisata sehingga materi sejarah dan heritage menjadi sumber penting yang kami butuhkan. Kami juga sama dari sisi waktu kelahiran. Sama sama di bulan April tahun 1967. Beda sepuluh hari. Saya lebih tua. Dengan interest yang sama, kami selalu saling tukar menukar informasi. Bahkan ketika saya sudah berkecimpung di dunia jurnalistik, komunikasi tentang sejarah dan pariwisata semakin saya butuhkan.
Sekarang di tahun 2023, dengan kesibukan sebagai pegiat sejarah dalam komunitas Begandring Soerabaia, silang informasi tentang sejarah dan cagar budaya semakin intensif. Karenanya ketika saya kembali ke Belanda dalam rangka agenda Urban Heritage Strategies 2023 dan bertemu Emile Leushuis lagi di kota Amsterdam (janjian), kami berdua pun menjelajah sampai kami “jatuh” (tracing till you drop). Kami memulai sekitar pukul 11.30 waktu setempat hingga pukul 21.00,yang diakhiri dengan makan malam di restoran Suriname.
Penjelajahan Sehari
Kami berdua menjelajah, bukan sekedar jalan jalan. Emile sudah mendaftar tempat tempat yang akan dijelajahi. Dengan jalan kaki. Diawali dari Stasiun Amsterdam Central, kami berjalan menuju bangunan besar di jalan Damrak karya HP Berlage, “Beur Berlage”, kemudian ke Kantor Pusat Handels Vereeniging Amsterdam (HVA), patung Multatuli yang berada di sekitar rumahnya, Kantor Pusat KMP yang memiliki rute pelayaran ke Hindia Belanda, Kantor Bank Escompto, gudang gudang VOC, Kapal dan Museum VOC, menara peringatan keberangkatan VOC ke Hindia Belanda dan konstruksi jembatan jembatan angkat seperti yang pernah ada di Surabaya.
Ketika melihat Kantor Pusat Handels Vereeniging Amsterdam (HVA), yang kantor cabang nya ada di Surabaya, saya jadi teringat bahwa HVA yang selanjutnya berubah menjadi PTPN XI dan sekarang menjadi Sinergi Gula Nusantara (SGN) khususnya pabrik pabrik gulanya, maka saya teringat bahwa SGN akan berulang tahun ke dua pada 17 Agustus 2023. Tentu data foto yang saya ambil di Amsterdam akan bermanfaat untuk mendukung acara anniversary ke dua SGN ini.
Tempat tempat lain yang tidak kalah pentingnya adalah kawasan tua kota Amsterdam. Lokasinya dekat sungai. Yaitu di sekitar pelabuhan sungai nya. Sungai Amstel. Di sana masih terdapat bangunan bangunan peninggalan VOC. Ada gudang VOC, ada menara peringatan keberangkatan kapal VOC ke Hindia Belanda ke 350 pada tahun 1945 (1595-1945) dan ada pusat dan galangan kapal kapal VOC.
Ketika sempat masuk ke dalam kapal VOC, replikanya satu banding satu, di dalam kapal terdapat infografis dan informasi tentang produk dari Hindia Belanda. Ada info rempah rempah, ada info keberadaan Hindia Belanda (Indonesia) dan ada info tentang Soekarno! Tentang Hindia Belanda dan Indonesia.
Dengan kapal model inilah, kali pertama bangsa Belanda menjelajah Indonesia guna mencari rempah rempah. Dengan kapal seperti inilah, terbuat dari kayu dengan layar sebagai tenaga kapal, hubungan Belanda dan Hindia Belanda terjalin untuk kali pertama. Kali pertama berangkat pada 1595, sebagaimana tertandai dengan dibangunnya tugu peringatan pada 1945, yang genap 350 tahun kala itu.
Dalam timeline histori Belanda – Indonesia sebagaimana tersaji dalam informasi di kapal VOC, diceritakan secara terbuka bahwa pada akhirnya pemerintah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 pada saat penyerahan kekuasaan pada 1 Desember 1949. Secara formal, museum VOC ini telah menjadi alat informasi terbuka kepada dunia bahwa Pemerintah Belanda telah mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Dari sekitar Monumen dan museum Kapal VOC, kami berdua menjelajah daerah sekitaran yang dulunya masih terbentuk pulau pulau kecil dan dimanfaatkan sebagai pergudangan. Pulau pulau kecil itu dinamakan Pulau Jawa (Java Island) dan Borneo. Jejak pulau pulau itu kini menjadi unit unit gedung baru.
Zaman Berubah: Jan Pieterszoon Coen Kriminal
Kini zaman telah berganti. Banyak generasi baru yang semakin mengerti. Mereka semakin memahami logika dan fakta yang terjadi di masa lalu.
Tentang Jan Pieterszoon Coen, seorang gubernur Jendral Hindia Belanda yang membangun kota Batavia, sekarang Jakarta, di mata generasi sekarang dianggap sebagai kriminal. Dulu ia dianggap sebagai pahlawan dan orang yang berjasa. Bagaimanapun atas jasa para pendahulu VOC, Amsterdam menjadi kaya raya.
Satu gedung, yang menjadi bersatunya beberapa perusahaan pelayaran Belanda, menjadi contoh. Salah satu perusahaan pelayaran itu adalah Koninklijke Paketvaart-Maatschappij (KPM). Di Indonesia menjadi PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni).
Gedung bersatunya perusahaan pelayaran Belanda ini sangat sungguh megah. Tidak hanya besar dalam ukuran, tapi indah dalam penggunaan ornamen dan hiasan. Ada nama dan ciri khas Indonesia (Hindia Belanda) pada ornamen ornamen bangunan mewah yang sekarang dimanfaatkan (adaptif reuse) sebagai hotel berbintang di kota Amsterdam. Kemewahan perusahaan pelayaran itu berlanjut menjadi kemewahan hotel berbintang di kota Amsterdam.
Kebesaran Jan Pieterszoon Coen sempat menjadi simbol dari bangunan bergengsi di kota Amsterdam. Selain di gedung pelayaran bersama, juga di gedung yang dirancang arsitek moderen terkenal, HP Berlage, Beur van Berlage di jalan Damrak, Amsterdam. Simbol simbol Jan Pieterszoon Coen ini tinggallah sebagian saja. Lainnya sudah dihancurkan karena Jan Pieterszoon Coen dianggap sebagai kriminal atas Hindia Belanda.
Atas eksploitasi Hindia Belanda kala itu, kekayaan Hindia Belanda mengalir ke Amsterdam dan kota di tepian sungai ini terbangun dengan baik hingga sekarang ini hasilnya. Pada awal awal pembangunan kota Amsterdam, kekayaan dan modal pembangunan didapat dari kekayaan Hindia Belanda, rempah rempah. Demikian dikatakan oleh Emile Leushuis, pegiat sejarah dan pariwisata, yang mempelajari tentang kota Amsterdam. Emile menemani saya dalam menjelajah sebagian dari kota Amsterdam.
Selama berjalan dengan Emile, kami sempat berhenti di restoran Indonesia. Pada saat makan siang kami berhenti di restoran Indonesia di sebuah jalan di belakang Istana Dam, yang menjadi saksi penandatanganan penyerahan kekuasaan dari Pemerintah Kerajaan Belanda ke Indonesia pada Desember 1949.
Kemudian pada saat makan malam, kami berhenti di restoran Suriname. Suriname adalah negara koloni Belanda seperti Indonesia kala itu. Di restoran Suriname ini, saya makan capjay masakan China agar sesuai dengan lidah saya. Saat makan malam sudah pukul 21.30 tapi masih terlihat seperti sore. Matahari masih bersinar. Terima kasih mas Emile telah membersamai Begandring Soerabaia. (nng)