Begandring.com: Surabaya (13/8/23) – Di sela sela proses penelitian tipologi makam Peneleh, Tim Begandring Soerabaia menyempatkan melacak leluhur keluarga van der Linden. Siapa van der Linden itu?
Keluarga van der Linden adalah marga keluarga Belanda di Surabaya, yang bekerja untuk pemerintah kotapraja Surabaya, khususnya di bawah kepemimpinan walikota Moestadjab (1952-1956).
Adalah Johannes Jacob van der Linden, mantan tentara KNIL sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia (1945), pernah bekerja untuk pemerintah Kotapraja Surabaya dan ia adalah penasehat hukum (legal officer) walikota Moestadjab. Di antara para staf dan pegawai pemkot, J.J. van der Linden memang terlihat sebagai minoritas yang berkulit putih. Tapi ia sesungguhnya arek Surabaya. Ia lahir di Surabaya.
Johannes dan keluarga sudah lama, sejak kecil, tinggal di jalan Embong Kemiri 20 Surabaya. Ketika dewasa, Johannes masuk Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL), tentara kerajaan Hindia Belanda. Ia bahkan sempat dikirim ke Burma hingga menjadi tawanan di sana.
Sedangkan keluarganya tetap berada di Surabaya. Johannes pada masa pasca kemerdekaan dan tepatnya di masa agresi militer dari tahun 1946-1949 masih di Burma. Berkat kedekatannya dengan Mohammad Jasien, komandan Polisi Istimewa, keluarga J.J. van der Linden mendapat perlindungan dari pasukan Polisi Istimewa.
Selama dalam pengawasan dan perlindungan oleh Polisi Istimewa, keluarga J.J. van der Linden sempat diungsikan dari rumahnya di Embong Kemiri ke markas Polisi Istimewa di Coen Boulevard (kini JL. Polisi Istimewa). Perlindungan terhadap keluarga van der Linden ini karena kedekatan hubungan antara Mohhamd Jasien dengan Johannes Jacob van der Linden.
Setelah penyerahan kekuasaan dari pemerintah Belanda ke pemerintah yang berdaulat, Indonesia, pada Desember 1949, Johannes sudah kembali ke Surabaya dan melanjutkan kehidupan normal di Surabaya. Bahkan Johannes bekerja untuk pemerintah kotapraja Surabaya. Data kepegawainan mencatat dengan jelas ketika Johannes menjabat sebagai penasehat hukum walikota R. Moestadjab Sumowidagdo dalam periode 1952-1956.
Johannes Jacob van der Linden dalam riwayat keluarga memiliki saudara perempuan, yang bernama Sylvia van der Linden. Sayangnya Sylvia tidak berumur panjang. Ia lahir pada 1904 dan meninggal pada 1908 dalam usia 4 tahun. Ia dimakamkan di Pemakaman Eropa Peneleh dengan nomor registrasi B 2830.
Sedangkan Johannes Jacob van der Linden mempunyai putra bernama Kees (Case) van der Linden. Ketika Johannes sudah bekerja untuk Walikota Moestadjab, Case sudah beranjak remaja dalam usia belasan tahun. Di usia belasan tahun itu, dia bisa mengetahui dan mengingat banyak kejadian di sekitarnya. Termasuk peristiwa penting yang terjadi di tahun 1954 ketika ada acara perpisahan resmi Bapaknya dengan Walikota Surabaya Moestadjab di kediaman resmi Walikota.
Case masih dapat menceritakan peristiwa itu. Yaitu Walikota Moestadjab melepas bapaknya dan keluarga yang segera boyongan ke Belanda. Case sedih karena dia harus meninggalkan kampung halaman Surabaya. Ia dan keluarganya juga segera meninggalkan tantenya, Sylvia van der Linden, yang telah dikebumikan si Pemakaman Peneleh.
Selain Sylvia, juga masih ada sanak keluarga lainnya yang dimakamkan dengan tenang (Rest in Peace) di Peneleh. Yaitu Jacobus . van der linden yang lahir pada 1813 dan meninggal pada 1891 dan Maria Anna Leygraaf yang lahir 1809.
Case dan orang tuanya harus meninggalkan sanak keluarga yang telah beristirahat dengan tenang di pemakaman Eropa Peneleh, Surabaya. Mereka pindah ke Belanda dan di sanalah orang tuanya meninggal. Selanjutnya, Case berpindah ke Amerika Serikat dan berkeluarga.
Kini Case berusia sekitar 80 tahun. Beristri orang Portorico dan beranak dua orang: laki laki dan perempuan. Pada tahun 1978, Case dan keluarga sempat berkunjung ke Surabaya dan berziarah ke makam Sylvia di Peneleh serta memperbaiki nya. Case juga sempat mencari kawan kawannya serta melihat bekas rumahnya di Embong Kemiri 20 Surabaya. Selama di Surabaya, Case sempat membuat dokumentasi baik foto maupun film.
Revitalisasi Makam Peneleh
Case dan keluarga termasuk cucu cucu dan cicit hidup dengan bahagia di Amerika. Case beserta istri dan anak anak sempat berkunjung ke Surabaya pada 1978. Sejak itu hingga sekarang (2023), mereka belum pernah lagi datang ke Surabaya.
Melalui kontak Facebook dan Whatsapp, Case menjalin komunikasi dengan ketua Begandring Soerabaia (Nanang Purwono) karena Case sering bernostalgia tentang kota kelahirannya, Surabaya. Saling tukar menukar informasi berjalan termasuk informasi tentang rencana revitalisasi Makam Eropa Peneleh sebagai bagian dari Pengembangan Kawasan Peneleh.
Informasi yang dikemas Begandring Soerabaia dalam blog Begandring.com pun menjadi bacaan Case di Amerika. Dari situlah Case semakin intensif menjalin komunikasi dengan Begandring untuk mengetahui keadaan terkini makam keluarganya. Yaitu Sylvia van der Linden, Jacobus van der Linden dan Maria Anna Leygraaf.
Pada Sabtu (12/8/23) di sela sela tim riset Begandring Soerabaia melakukan penelitian, ketua Begandring Nanang Purwono dan anggota Sukma mencari kuburan keluarga Case. Berbekal nomor registrasi, foto yang dibuat Case ketika berkunjung ke Peneleh pada 1978, akhirnya makam keluarga yang bernama Sylvia van der Linden ditemukan. Kondisinya tidak seperti pada 1978.
Tapi keadaan makam, batu nisan dan cungkup masih ada. Ada sebagian badan kuburan yang pecah dan rompal. Temuan makam Sylvia, saudara bapaknya Case (tante), segera dikabarkan ke Case melalui pesan whatsapp. Selanjutnya Case menelphone langsung dari Amerika untuk mengucapkan Terima kasih kepada Begandring.
Atas temuan itu Case semakin giat mencari foto foto kenangan bapaknya ketika masih di Surabaya. Dia pun mengirimkan beberapa foto melalui pesan whatsapp dan inbox Facebook.
“I have the story of my family somewhere on my desktop” kata Case yang bersemangat mencari data dan dokumen keluarga untuk dibagikan ke Begandring.
“Thank you I need to send you more information but I have to get it. I strongly believe that the graveside also holds my great grandparents since that was originally the only graveside available and Sylvia passed away when she was three years old, a younger sister from my dad, and at that time the gravesites at Kembang Koening for my grandparents were not established yet, so I have to get you that information. if I can retrieve it from some of the information, my dad left me”, jelas Case dengan penuh semangat.
Case: Terima kasih, saya perlu mengirimkan informasi lebih lanjut tetapi saya harus mencarinya terlebih dahulu. Saya sangat percaya bahwa di pemakaman Peneleh juga menampung kakek buyut saya karena itu adalah satu-satunya kuburan yang ada dan Sylvia meninggal ketika dia berusia empat tahun, seorang adik perempuan dari ayah saya. Pada saat itu kuburan Kembang Koening belum ada. Saya akan memberi Anda informasi lebih lanjut, jika saya dapat mengambilnya dari beberapa informasi, yang ayah saya tinggalkan buat saya.
Jembatan Persahabatan
Revitalisasi Makam Eropa Peneleh tidak hanya diharapkan menjadi indah dan rapi serta menjadi perpustakaan hidup (living library), tapi sekaligus menjadi media jembatan persahabatan antara Surabaya (Indonesia) dan dunia khususnya dengan Pemerintah Belanda. Di makam ini banyak orang orang berdarah negeri Eropa, seperti Belanda, Jerman, Perancis, Inggris, Armenia dan Yahudi.
Revitalisasi ini diharapkan tidak hanya berupa penataan dan perbaikan makam secara fisik, yang saat ini panduannya sedang dibuat oleh tim riset Begandring Soerabaia, tapi juga menggali cerita dan sejarah orang orang yang dimakamkan disini sebagai sumber kepustakaan.
Banyak sekali tokoh tokoh yang pernah mengukir peristiwa dan sejarah penting di suatu negeri yang sekarang bernama Indonesia. Misalnya ada tokoh budaya Herman van der Tuuk sebagai peletak dasar bahasa Melayu (Indonesia), ada juga Schmutzer sebagai peletak dasar politik ethis perburuhan, ada juga Johannes Emde sebagai penyebar agama Kristen Jawi Wetan, ada salah satu pejabat Hindia Belanda yang membangun masjid besar di Surabaya Kemayoran, juga Wakil Mahkamah Agung Hindia Belanda dan Gubernur Jendral Hindia Belanda Pieter Merkus. Masih banyak lagi totoh totoh penting dari era Hindia Belanda dimakamkan di Peneleh.
Jika masing masing bisa digali biografinya, maka Makam Eropa Peneleh bisa menjadi perpustakaan Hidup dan sekaligus sebuah taman baca dengan teknologi moderen. Keterbukaan dan aksesabilitas isi (konten) dari Makam Eropa Peneleh akan juga mempererat hubungan dan kerjasama Surabaya dan dunia. (nng).