Begandring.com: Surabaya (30/8/23) – Tim Pusat Sejarah Polisi Republik Indonesia (Pusjarah Polri) datang ke Surabaya dalam rangka mencari data dan masukan dari pihak pihak terkait seperti Prof. Purnawan Basundoro (Universitas Airlangga Surabaya) dan pegiat sejarah Begandring Soerabaia. Mereka adalah Kombes Pol I Dewa Made Adnyana, S.I.K., S.H., M.H. dan AKBP Edi Purnawan, S.Pd., M.M.
Di Surabaya mereka menelusuri peran inspektur Tk I Moch jasin dan Polisi Istimewa pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI pada periode 1945 – 1949 di Surabaya. Di sekretariat Begandring Soerabaia, mereka ditemui Nanang Purwono (Ketua Begandring Soerabaia), Kuncarsono Prasetyo (pendiri), A. Zaki Yamani (Kabid Pendidikan dan Latihan) dan reenactor Begandring Fajar, Denny dan Reang serta anggota tim lainnya.
Dalam kesempatan itu, kedatangan Kombes Pol I Dewa Made Adnyana, S.I.K., S.H., M.H. dan AKBP Edi Purnawan, S.Pd., M.M. pada Rabo malam, 30 Agustus 2023, langsung disambut oleh peraga dalam balutan seragam polisi Istimewa. Mereka menunjukkan seragam kepolisian sejak era Tokubetsu Kaisatsu Tai (diperagakan oleh Fajar Tirailleur), seragam Polisi Istimewa (diperagakan oleh Denny), Brigade Mobile (diperagakan oleh Zaki Yamani) dan seragam TKR (diperagakan oleh Reang Kajeng).
Masing masing seragam ini menunjukkan perbedaan, yang mendeskripsikan kepangkatan dalam kesatuan Kepolisian dalam lintas sejarah mulai era kolonial, masa Jepang, kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan.
Selanjutnya, Kepala Bidang Pendidikan dan Latihan, A. Zaki Yamani, memaparkan sejarah Polisi Istimewa dalam lintas masa di Surabaya. Ada Polisi Istimewa di wilayah Surabaya. Yaitu wilayah Karesidenan Surabaya yang dipimpin oleh komandan Tingkat I Karesidenan Moch Jasien dan Polisi Istimewa Kota Surabaya yang dipimpin oleh Soetjipto Danoekoesoemo
Polisi Istimewa untuk wilayah Keresidenan Surabaya dengan pimpinan Moch Jasien bermarkas di gedung di jalan Coen Boulevard (sekarang sekolah St Louis di jalan Polisi Istimewa). Sedangkan Polisi Istimewa Kota Surabaya, yang dipimpin oleh Soetjipto Danoekoesoemo, bermarkas di Hoofdbureau yang sekarang jadi markas Polrestabes Surabaya.
Dari paparan Zaki terlihat dengan jelas bagaimana peranan Polisi Istimewa di Surabaya dan secara umum di Indonesia pada pasca kemerdekaan. Peranan inilah yang sedang digali oleh pihak Pusat Sejarah Polisi Republik Indonesia (Pusjarah Polri).
Menurut Kombes Pol I Dewa Made Adnyana, S.I.K., S.H., M.H., selain menggali peran Polisi Istimewa pada masa perang kemerdekaan, tim Pusjarah Polri juga menggali sejarah peristiwa proklamasi Polisi Republik Indonesia yang terjadi di Surabaya pada 21 Agustus 1945.
“Pembacaan text Proklamasi Polisi Republik Indonesia di Surabaya pada 21 Agustus 1945 adalah wujud kejuangan penting Polisi Istimewa, yang sekaligus menandai sejarah hadirnya Polisi Republik Indonesia dari perubahan nama Pasukan Polisi Istimewa”, kata Dewa Made Adnyana.
Untuk melengkapi data dan cerita yang didapat dari Begandring Soerabaia, pada keesokan harinya (Kamis, 31/8/23), tim mendatangi rumah lahir Roeslan Abdoelgani di Plampitan Surabaya. Mereka disambut sang tuan rumah Djarot dan diterima di ruang tamu yang masih bernuansa vintage.
Di ruang tamu itu tertempel foto foto berbingkai yang menunjukkan Roeslan Abdoelgani dalam berbagai acara dan kesempatan bersama Presiden Soekarno dan juga Bung Tomo. Juga terdapat rak rak buku kuno dengan koleksi Roeslan. Sebagian adalah karya tulisnya.
Menurut Djarot, Roeslan Abdoelgani adalah sosok yang suka menulis. Ia menulis berbagai peristiwa, utamanya peristiwa 10 November 1945. Ia adalah saksi mata.
Selain itu, ada juga koleksi buku buku atas pemberian langsung dari penulisnya. Diantaranya adalah pemberian presiden Soekarno dan di buku buku itu selalu dibubuhi tanda tangan oleh penulisnya. Misalnya ada tanda tangan Soekarno dan pesan pesan penulis untuk Roeslan.
Edi Purnawan memanfaatkan mencari cari buku yang kiranya sesuai dan mendukung untuk tujuan penulisan naskah akademik kejuangan Moch Jasien dan peran Polisi Istimewa di Surabaya.
“Umumnya buku buku koleksi tidak secara langsung terkait dengan Moch Jasien dan Polisi Istimewa. Tetapi data data peristiwa menyebut kaitannya dengan M Jasien dan Polisi Istimewa”, terang AKBP Edi Purnawan, S.Pd., M.M.
Untuk menambah wawasan tentang jiwa kejuangan dan kepahlawanan, Kombes Pol I Dewa Made Adnyana, S.I.K., S.H., M.H. menerima cinderamata berupa buku Benteng Benteng Soerabaia dari Ketua Begandring Soerabaia.
Menurut Nanang, dalam buku itu dituliskan semangat dari rakyat Surabaya ketika mempertahankan wilayahnya. Termasuk mempertahankan kedaulatan bangsa. Disana ada pesan keberanian dan sangat membara yang berkolerasi dengan jiwa dan semangat pasukan Polisi Istimewa. Buku ini menambah referensi tentang sifat kepahlawanan dan keberanian rakyat Surabaya, termasuk Polisi Istimewa, dalam mempertahankan dan membentengi kota Surabaya. (nng)