Surabaya Membingkai Aksara Dunia. 

Begandring.com: Surabaya, 5/9/2023 – Museum Huruf masih terdengar langka. Bahkan belum banyak yang tau dimana tempatnya. Museum ini mengetengahkan aksara aksara dunia. Termasuk di dalamnya aksara Nusantara, seperti aksara Jawa. Museum Aksara ini sebagai bentuk upaya dari anak bangsa dalam pelestarian aksara Nusantara khusus Aksara Jawa.

Aksara Jawa, yang masih ada, ternyata langka adanya. Meski aksara ini masih dipakai di tempat tempat tertentu. Tidak masif dan tidak masal. Apalagi induknya, Aksara Kawi, yang sudah tidak dipakai sebagai bahasa komunikasi. Keberadaannya malah semakin langka lagi.

Aksara Kawi seolah ketinggalan dari aksara aksara lainnya seperti Aksara Sunda dan Jawa.

Aksara Jawa yang sudah digitalisasi sebagai upaya pelestarian. Foto: nng/Begandring.

Ini menjadi kekhawatiran hilangnya jati diri bangsa. Bangsa ini memang memiliki beragam aksara yang diantaranya adalah aksara Sunda, Bali, Jawa dan Kawi, yang sudah diakui dunia. Mereka sudah Unicode.

Unicode adalah suatu standar teknis, yang dirancang untuk mengizinkan teks dan simbol dari semua sistem tulisan di dunia untuk ditampilkan secara konsisten oleh komputer. Dikembangkan secara tandem dengan standar Universal Character Set.

Sederhananya, sistim ini bisa menampilkan aksara aksara dunia pada sistim gadget yang banyak digunakan sebagai komunikasi dewasa ini. Sehingga aksara aksara langka dunia (dulu) dapat tertampilkan dan bahkan digunakan pada era sekarang.

Selain melalui sarana tekhnologi moderen, aksara aksara tradisional seperti Jawa juga bisa ditampilkan melalui karya seni dan literasi sebagai hasil innovasi dan kreasi moderen. Hal ini seperti yang digelar oleh Museum Huruf di Jember dalam Pekan Dwipa Aksara yang berlangsung dari 30 Agustus hingga 9 September 2023.

Baca Juga  VOC, HVA dan KPM Jejak Hindia Timur di Amsterdam.

Dalam Pekan Dwipa Aksara ini, Museum Aksara mengetengahkan Aksara Kawi sebagai sebuah issue. Menurut penyelenggara pameran Ade Sidiq Permana, pekan Aksara ini sebagai upaya pelestarian Aksara Kawi sebagai bahasa induk dari aksara aksara yang berkembang di Jawa dan Bali.

Cuplikan Aksara Kawi yang berarti Begandring Soerabaia. Foto: IS/Begandring.

“Aksara Kawi perlu dilestarikan atau ini akan hilang ditelan zaman”, kata Ade.

Upaya gelar Pekan Dwipa Aksara ini memang dalam rangka memperingati Hari Aksara Internasional yang jatuh pada 8 September 2023.

Menurut literasi Wikipedia bahwa Hari Aksara Internasional/Sedunia atau Hari Melek Huruf Internasional merupakan hari yang diumumkan oleh UNESCO pada 17 November 1965 sebagai peringatan untuk menjaga pentingnya melek huruf bagi setiap manusia, komunitas, dan masyarakat.

Hari Aksara Internasional agar masyarakat dunia terbebas dari buta Aksara. Foto: ist/Begandring.

Tahun ini, 2023, Hari Aksara Sedunia ini mengambil tema ‘Promoting literacy for a world in transition: Building the foundation for sustainable and peaceful societies’

Artinya “Mempromosikan literasi bagi dunia dalam transisi: Membangun landasan bagi masyarakat yang berkelanjutan dan damai’.

Aksara yang ada di Jawa, khususnya Kawi, adalah aksara yang jamak digunakan pada masa antara abad 8 hingga 16. Pada masa itu adalah masa masa di era kerajaan Medang, Kediri, Airlangga, Singasari dan Majapahit. Bukti bukti digunakannya aksara Kawi banyak ditemukan di Jawa Timur berupa prasasti baik yang terbuat dari bahan batu, tembaga maupun daun lontar.

Keberadaan aksara Kawi ternyata jauh lebih langka daripada Aksara Jawa. Kawi bisa semakin langka dan dikhawatirkan bisa sirna bila tidak ada upaya pelestariannya.

Dalam rangka Hari Aksara Internasional yang jatuh pada 8 September 2023, saatnya para pegiat Aksara Kawi bersatu bersuara demi pelestarian aksara leluhur Jawa dan Nusantara.

Baca Juga  Curabhaya, Surapringga, Su Shui dan Sourabaya
AH Thony berdiskusi tentang gagasan peringatan Hari Aksara Internasional. Foto: nng/Begandring.

Bersama tokoh budaya Surabaya, AH Thony, Begandring Soerabaia menginisiasi agenda peringatan Hari Aksara Internasional dengan tema “Satu Ucapan Beragam Aksara”. Rencana kegiatan ini segera dibicarakan oleh lintas negara, diantaranya Jepang dan Jerman.

“Mereka akan menuliskan kalimat Satu Ucapan Beragam Aksara. Bisa ditulis dalam aksara atau bahasa masing masing. Ucapan itu berbunyi Selamat Hari Aksara Internasional”, terang Thony.

Melalui kegiatan ini ada pesan dari Surabaya. Yaitu ‘Surabaya Membingkai Aksara Dunia’. Ini adalah upaya bersama untuk melestarikan aksara dunia melalui perwakilan negara negara sahabat yang ada di Surabaya.

Thony berdiskusi dengan tim Begandring Soerabaia. Foto: nng/Begandring.

Persiapan kegiatan itu dimatangkan di ruang kerja AH Thony, yang keseharian dikenal sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya. Thony sangat mendukung gagasan Begandring demi upaya melestarikan budaya leluhur ini. Aksara, yang masuk dalam obyek bahasa, adalah salah satu dari 10 obyek pemajuan kebudayaan.

Dalam hal pelestarian Aksara ini, perwakilan Begandring hadir dalam Pekan Dwipa Aksara di Museum Huruf (Aksara), Jember. Kesempatan itu digunakan untuk membangun jaringan komunitas pegiat Aksara Jawa dan Kawi.

 

BRIN Dukung Riset Budaya Kawi

Dikutip dari www.brin.go.id, bahwa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra berkolaborasi dengan Universitas Udayana, Bali. Kegiatannya dinamakan kegiatan International Kawi Culture Festival yang bertema “Budaya Kawi: Melepas Sekat, Memperluas Jarak, Meniti Puncak,”

Dalam kegiatan itu mereka menghadirkan peserta dari berbagai disiplin ilmu, yang dilaksanakan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana selama empat hari (24-27/08).

Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra, Herry Yogaswara menyampaikan, International Kawi Culture Festival ini merupakan inisiasi dari komunitas yang fokus pada kebudayaan Kawi. Menurut Herry riset dalam kebudayaan Kawi, tercakup penelitian tentang kajian Jawa kuno, epigrafi hingga naskah, oleh sebab itu penggunaan istilah “culture” mengandung makna yang komprehensif.

Baca Juga  Lebih Dekat dengan Jejak Bong Cina di Kampung Ketandan, Surabaya
Literasi dalam Hari Aksara Internasional demi masyarakat terbebas dari buta Aksara. Foto: nng/Begandring.

Keterlibatan BRIN dalam hal ini karena periset BRIN melakukan kegiatan penelitian terkait dengan kebudayaan Kawi, termasuk penelitian tentang naskah, tulisan, epigrafi, dan lainnya.

Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam komunitas, kehidupan dari sebuah kegiatan itu betul-betul berdenyut. “Ketika membicarakan masyarakat Kawi, kita berbicara tentang individu-individu yang tengah terlibat dalam pengembangan budaya Kawi. Hal tersebut menjadi prioritas saya,” ungkap Herry.

International Kawi Culture Festival ini dihadiri oleh puluhan penggiat kebudayaan Kawi dan pakar-pakar budaya Kawi, yang mempresentasikan hasil kajian kebudayaan Kawi, yang tidak hanya sebatas bahasa dan sastra, tetapi kebudayaan dalam arti luas dan juga ragam teknologi yang mendukung riset material budaya Kawi.

Seperti yang diungkapkan Ketua Panitia Kawi Society, Aditia Guawan, mereka mencoba memahami budaya Kawi dalam konteks yang menyeluruh, tidak terbatas pada lingustik, etnik atau batas negara.

Mereka percaya bahwa budaya Kawi dapat lebih termaknai sekarang dan dikemudian hari melalui kolaborasi lintas disiplin dan praktik seperti filologi, paleografi, arkeologi, epigrafi, sejarah, sejarah seni, sastra, lingustik, kajian agama, kajian artefak, konservasi, digital humanities, pertunjukan, dan banyak lagi bidang lainnya.

Ita Surojoyo bertukar hasil karya literasi dengan sastrawan Jember, Utus. Foto: nng/Begandring.

Karenanya di Surabaya, Begandring Soerabaia menyambut gembira dan dalam memaknai peringatan itu Begandring Soerabaia mengajak pihak pihak terkait mengangkat Kawi ke jenjang yang lebih menginternasional lewat Hari Aksara Internasional tahun ini. (nng).

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *