Begandring.com: Surabaya (15/9/23) – Menyusul perintah Walikota Surabaya ꧌ꦌꦫꦶꦕꦭꦾꦣꦶ꧍Eri Cahyadi kepada Dinas Perpustaan dan Kearsipan (Dispusip) mengenai penulisan nama nama kantor di lingkungan pemerintah ꧌ꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ꧍ kota Surabaya dengan menggunakan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa, maka komunitas ꧌ꦧꦼꦒꦤ꧀ꦢꦿꦶꦁꦯꦸꦫꦨꦪ꧍ Begandring Soerabaia membentuk Klinik Aksara.
Klinik ini menjadi organ baru di bawah Begandring dengan tujuan membantu konsultasi penulisan dan pengembangan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa di Surabaya. Pembentukan dilakukan melalui pertemuan zoom pada Kamis malam, 15 September 2023.
Ada lima unsur yang terlibat dalam Klinik ini atau yang lebih dikenal dengan Pentahelix. Mereka adalah Tri Prio Wijoyo (sejarah aksara, Begandring Soerabaia), D. S. Elisabet Novililiana (praktisi rubtrik ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa, Panjebar Semangat), ꧌ꦅꦠꦯꦸꦫꦗꦪ꧍ Ita Surojoyo (profesional dan penulis buku beraksara Jawa), Andi Asmara (redaktur majalah beraksara Jawa ꧌ꦄꦗꦶꦱꦏ꧍ Ajisaka, Balai Bahasa Jawa Timur), Abimardha (Filolog, Universitas Airlangga) dan Setya Amrih Prasaja (꧌ꦲꦧ꧀ꦢꦶꦢꦊꦩ꧀ꦏꦼꦣꦠꦺꦴꦤ꧀ꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ꧍ Abdi Dalem Kedhaton Yogyakarta).
Hadir dalam pertemuan pembentukan secara informal ini adalah ꧌ꦤꦤꦁꦥꦸꦂꦮꦤ꧍ Nanang Purwono (Ketua Begandring Soerabaia), ꧌ꦄ\ ꦲꦺꦂꦩꦱ꧀ꦛꦺꦴꦤꦶ꧍ A Hermas Thony (Tokoh Penggerak Budaya Surabaya), ꧌ꦅꦠꦯꦸꦫꦗꦪ꧍ Ita Surojoyo (profesional dan penulis aksara Jawa), D. S. Elisabet Novililiana (Panyebar Semangat), ꧌ꦄꦤ꧀ꦢꦶꦲꦱ꧀ꦩꦫ꧍ Andi Asmara (Balai Bahasa Jatim) dan Setya Amrih Prasaja (Ka.Sie. Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan, Kundha Kabudayan) DIY.
Diharapkan dengan komposisi lengkap (pentahelix) dan profesional ini, dalam waktu dekat, dapat berkontribusi mendukung bahasa sebagai obyek pemajuan kebudayaan, khususnya ketika pemerintah ꧌ꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ꧍ Kota Surabaya menggunakan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa untuk penulisan nama kantor dan Dinas di lingkungan pemerintah ꧌ꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ꧍ Kota Surabaya.
Setya Amrih Prasaja dari Ndalem ꧌ꦏꦼꦣꦠꦺꦴꦤ꧀ꦪꦺꦴꦒꦪꦏꦂꦠ꧍ Kedathon Yogyakarta menyambut baik gerakan kebudayaan yang dilakukan di Surabaya. Menurutnya gerakan di Surabaya lebih cepat dari Jawa Tengah.
“Surabaya luar biasa. Saya tidak menyangka, dalam waktu yang sangat singkat, sudah ada kebijakan ꧌ꦮꦭꦶꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ꧍Walikota Surabaya untuk penggunaan aksara Jawa di kantor kantor pemerintah”, kata Setya Amrih Prasaja yang menjadi editor buku cerita ꧌ ꧌ꦄꦤꦏ꧀ꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ꧍anak Nusantara dalam aksara Jawa pertama yang ditulis oleh Ita Surojoyo (Begandring Soerabaia).
Kebijakan Walikota yang cepat ini bukan tidak ada alasan. Sebelumnya walikota telah mendengar geliat kegiatan komunitas ꧌ꦧꦼꦒꦤ꧀ꦢꦿꦶꦁ꧍ Begandring dalam hal pelestarian sejarah dan budaya. Sebelum memerintahkan jajarannya untuk pembuatan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa untuk nama nama kantor di lingkungan Pemkot Surabaya, Eri mendapat info akan kegiatan Begandring memberi penghargaan kepada pihak pihak pelestari khasanah ꧌ꦭꦶꦠꦼꦫꦱꦶꦗꦮ꧍ literasi Jawa.
Sementara itu, Amrih mengatakan bahwa selama ini pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta sedang mencari mitra pelestari ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa. Dari dua propinsi: Jateng dan Jatim diharapkan ada yang lebih pantas menjadi mitra (sister city) dalam hal penguatan penggunaan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍aksara Jawa. Namun selama ini belum terlihat baik dari Jateng maupun Jatim.
Dari pengamatan Amrih sejak adanya ꧌ꦏꦺꦴꦁꦒꦿꦺꦱ꧀ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧇꧑꧇꧍Kongres Aksara Jawa (KAJ) di Yogyakarta pada 2021 belum ada geliat yang berarti dari kedua propinsi Jateng dan Jatim. Baru baru ini, Amrih merasa kaget justru gerakan kebudayaan dalam rangka pelestarian ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Aksara Jawa lebih terlihat di Surabaya, Jawa Timur.
Puncaknya adalah ketika Walikota Surabaya ꧌ꦌꦫꦶꦕꦭꦾꦣꦶ꧍ Eri Cahyadi memerintahkan jajarannya membuat tulisan beraksara Jawa untuk kantor kantor di lingkungan pemerintah Surabaya dan harus sudah terpasang sebelum 10 November 2023
Geliat bagaimana ꧌ꦧꦼꦒꦤ꧀ꦢꦿꦶꦁꦯꦸꦫꦨꦪ꧍ Begandring Soerabaia mempromosikan aksara Jawa terlihat dari penulisan artikel yang menyisipkan aksara Jawa. Artikel artikel ini dimuat di blog begandring.com.
Menurut Amrih geliat di bidang literasi Jawa di kota Surabaya ini diyakini bisa membantu mendongkrak pemasyarakatan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍aksara Jawa.
Sementara itu menurut Nanang Purwono, redaktur rubrik Literasi Jawa di Begandring.com yang juga Ketua Begandring Soerabaia, penggunaan aksara Jawa pada artikel memang bersifat promotif.
“Kita gunakan aksara Jawa pada nama nama orang dan tempat tempat umum sebagai model pembelajaran untuk publik. Misalnya nama Walikota Surabaya, Eri Cahyadi dan nama Balai Kota yang menjadi perhatian umum”, kata Nanang.
꧌ꦄ\ ꦲꦺꦂꦩꦱ꧀ꦛꦺꦴꦤꦶ꧍ A Hermas Thony, tokoh penggerak budaya yang dalam keseharian dikenal sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya mengapresiasi inisiasi ꧌ꦧꦼꦒꦤ꧀ꦢꦿꦶꦁꦯꦸꦫꦨꦪ꧍ Begandring Soerabaja membentuk Klinik Aksara. Menurutnya Klinik ini untuk merespon reaksi masyarakat luas akan pentingnya melestarikan khasanah budaya literasi Jawa, khususnya ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍aksara Jawa dan perintah walikota akan penggunaan aksara Jawa
“Saya harap Klinik ini tidak hanya merespon kebijakan Walikota dalam waktu dekat ini tetapi dalam jangka panjang Klinik ini bisa mengisi ruang ruang kosong untuk upaya pemajuan ꧌ꦏꦼꦧꦸꦣꦪꦄꦤ꧀꧍kebudayaan.
A Hermas Thony berterima kasih kepada perwakilan Kedhaton Yogyakarta yang bersedia bergabung dalam꧌ꦏ꧀ꦭꦶꦤꦶꦏ꧀ꦄꦏ꧀ꦱꦫ꧍ Klinik Aksara demi upaya pemasyarakatan aksara Jawa sebagai peninggalan budaya leluhur.
Untuk itu, ꧌ꦄ\ ꦲꦺꦂꦩꦱ꧀ꦛꦺꦴꦤꦶ꧍ A Hermas Thony sebagai Tokoh Penggerak Budaya menyampaikan kepada Amrih rencana kunjungan ke Jogjakarta. Oleh Amrih Setya Prasaja disarankan agar tim Klinik Aksara ꧌ꦯꦸꦫꦨꦪ꧍Surabaya beraudensi kepada Ngarsa Dalem Kedathon Yogyakarta.
“Wah, ya tambah bagus ini. ꧌ꦠꦼꦫꦶꦩꦏꦱꦶꦃ꧍ Terima kasih mas Amrih”, pungkas Thony. (nng/aksara oleh IS).