Surabaya Bergerak Demi Pelestarian Aksara Jawa. 

Begandring.com: Surabaya (20/9/23) – Kebijakan walikota Surabaya, Eri Cahyadi, mengenai pemasangan Aksara Jawa untuk penamaan kantor kantor di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya mendapat apresiasi dan dukungan dari pelestari literasi Aksara Nusantara dari Jogjakarta: Setya Amrih Prasaja dan Sinarendra.

Setya Amrih Prasaja adalah seorang Abdi Dalem Kraton Jogjakarta yang keseharian menjabat sebagai Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan – Kundha Kabudayan DIY). Lainnya adalah Sinarendra, ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Daerah Istimewa Yogyakarta.

Setya Amrih Prasaja (kiri) dan Sinarendra (kanan) mitra pelestari Aksara Nusantara dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Foto: nng/Begandring.

Kedatangan mereka berdua ke Surabaya adalah sebagai bagian dari Tim Klinik Aksara yang dibentuk oleh Begandring Soerabaia. Klinik ini adalah unit kegiatan baru yang membidangi Pemajuan Kebudayaan atas Obyek Bahasa sebagai salah satu obyek dalam 10 Obyek Pemajuan Kebudayaan. Obyek ini tertuang dalam undang Undang 5/2017 tentang Pemahyan Kebudayaan.

Amrih, panggilan akrab Setya Amrih Prasaja, menilai bahwa Surabaya yang menjadi representasi Jawa Timur mensikapi Aksara Jawa sebagai bagian dari budaya Nusantara dengan cepat. Disadari bahwa aksara ini tengah dikepung oleh kebudayaan manca negara yang tidak sesuai dengan budaya nenek moyang.

Karena Jogjakarta adalah induk yang mengampu Aksara Jawa maka tidak ada salahnya Surabaya mengacu pada Jogjakarta untuk menjaga kebenaran dalam Tata tulis dan Tata bahasa Jawa.

AH Thony, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, yang sekaligus Tokoh Penggerak budaya Surabaya menerima sejumlah buku dari Amrih sebagai cindera mata dari Yogyakarta. Foto: nng/Begandring.

Amrih, yang pernah kedapuk sebagai ketua Kongress Aksara Jawa I, malah memberikan gagasan bahwa Surabaya memungkinkan membuat Kongres Bahasa Jawa untuk mengidentifikasi dan menetapkan Bahasa Jawa Suroboyoan.

Baca Juga  100 Fotografer Ikut Photo Walk di Kawasan Surabaya Kota Lama

“Seperti apa Bahasa Jawa Suroboyoan itu?! Bagaimana penulisan Latin untuk kata kata yang digunakannya. Ini tentu akan menambah khasanah bahasa Jawa.” kata Amrih

Keputusan Walikota ini meroket cepat ke angkasa dan akan menjadi payung dalam nguri uri budaya Jawa, khususnya Aksara Jawa.

Amrih bahkan mengatakan Jawa Timur melalui kota Surabaya sudah terlihat trackingnya ke depan dalam hal pemajuan Obyek Bahasa. Dengan Klinik Aksara, dimana ia bergabung sebagai anggota kehormatan, diharapkan Klinik aksara ini akan menginisiasi beragam kegiatan untuk menghidupkan budaya Jawa, khususnya aksara Jawa.

Dalam waktu dekat ini, Klinik Aksara ini membantu Pemerintah Kota Surabaya dalam mengedit Aksara Jawa yang akan dituliskan untuk nama kantor kantor Dinas dan kecamatan serta kantor kelurahan se Surabaya.

Ita Surojoyo sebagai anggota Tim Klinik Aksara memberikan pandangan mengenai penggunaan Aksara Jawa dalam penggunaannya untuk nama nama kantor pemerintah kota Surabaya. Foto: nng/Begandring.

Tim Klinik ini terdiri dari Ita Surojoyo (Penulis buku cerita anak beraksara Jawa); Tri Prio Wijoyo, (pegiat sejarah klasik Begandring Soerabaia); Setya Amrih Prasaja (Ka.Sie. Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan – Kundha Kabudayan DIY); Abimardha Kurniawan, (filologi, akademisi Unair); D. S. Elisabet Novililiana (pengasuh rubrik aksara Jawa Penyebar Semangat) dan Andi Asmara (Redaktur Majalah Ajisaka Balai Bahasa Jawa Timur).

Menurut Tokoh Penggerak Budaya yang keseharian dikenal sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, A.H Thony, bahwa dirinya mengapresiasi Begandring yang dengan cepat mengambil langkah trategis dalam upaya bersama pelestarian jati diri bangsa.

“Jangan sampai Aksara Jawa ini menjadi asing dan lebih asing dari pada bahasa dan Aksara asing”, pesan AH Thony.

Diskusi penggunaan Aksara Jawa lembaga: Begandring, BPK Wilayah XI dan Pelestari Aksara dari Jogjakarta. Foto: nng/Begandring.

Dalam perjalanannya ke depan, Klinik Aksara ini tidak diam di tempat, tetapi akan aktif di masyarakat. Misalnya Klinik ini sudah menjalin kerjasama dengan warga RW 5 WKAI, Kedung Baruk Rungkut Surabaya. RW 5 sejauh ini telah memiliki lahan dan fasilitas yang cocok untuk pengembangan budaya. Di lokasi yang rimbun dengan pepohonan dan fasilitas publik akan menjadi tempat pelatihan penulisan dan belajar Aksara Jawa.

Baca Juga  Menyusun Puzzle: H.P. Berlage, C. Citroen dan Balai Kota Surabaya

“Kami siap, berangkat dari RW Kami, ini menjadi awal gerakan membumikan Kebudayaan Aksara Jawa ke segenap wilayah di Surabaya”, pungkas Didik ketua RW 5. (nng/Aksara oleh IS)

 

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *