Begandring.com: Surabaya (24/11/23) – Dalam audiensi dengan walikota Surabaya, Eri Cahyadi, pada Kamis 23 November 2023, sebuah buku, yang mendokumentasikan perjalanan Aksara Jawa di Surabaya “Surabaya Beraksara Nusantara: Kisah Keberanian Kembali Beraksara Jawa, Simbol Jati Diri”, dihadiahkan kepada Eri Cahyadi karena telah membuat kebijakan menginstruksikan penggunaan Aksara Jawa di kantor kantor Pemerintah Kota Surabaya mulai dari Balai Kota, OPD, Dinas Dinas, Kecamatan hingga Kelurahan.
Hingga sekarang (24/11/23) penggunaan Aksara Jawa dalam bentuk nama nama kantor sudah menghiasi sebagian kantor kantor mulai dari kelurahan, kecamatan, Dinas hingga kantor walikota di Taman Surya. Salah satu staf Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya menginformasikan bahwa pihaknya sudah memesan penulisan Aksara Jawa untuk nama kantor Bappeko Surabaya yang beralamat di jalan Pacar Surabaya.
Pemasangan nama nama kantor dalam Aksara Jawa ini memang diserahkan pembuatannya kepada masing masing kantor dengan acuan penulisan Aksara Jawa yang telah dibuat oleh Klinik Aksara, wadah konsultasi Aksara Jawi yang menjadi mitra Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Surabaya. Sejauh ini memang belum semuanya memasang, tetapi pemasangan itu terus bergerak yang diharapkan dalam memasuki tahun 2024 wajah kantor kantor Pemerintah Kota Surabaya telah terhiasi dengan Aksara Jawa, salah satu aksara Nusantara.
Menurut Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, Umi Kulsum, di Indonesia terdapat lebih dari 700 bahasa daerah, tapi hanya sekitar 12 saja yang memiliki Aksara. Salah satunya adalah Aksara Jawa. Dari 12 Aksara Nusantara, hanya Aksara Bali yang sudah terpasang di mana mana di pulau Dewata tersebut. Pemasangannya ada di kantor kantor pemerintah, untuk nama jalan, fasilitas umum, bandara dan bahkan perhotelan.
Menurut Meidik Handoko, yang salah satu usahanya menerima jasa pembuatan papan reklame bahwa dirinya pernah mendapat pemesanan pembuatan signage beraksara Bali dari sebuah kantor bank yang tersebar di Bali. Menurutnya bank bank yang ada di Surabaya dalam rangka membumikan Aksara Jawa dan identitas lokal di Surabaya, perlu meniru Bali.
Eri Cahyadi ketika menerima audiensi rombongan TVRI Jatim, Begandring Soerabaia dan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Surabaya menyampaikan bahwa pekerjaan ini (red: pemasangan Aksara Jawa dan pengembangan pariwisata berbasis sejarah) belum selesai.
“Saya ingin di tahun 2024, pemasangan Aksara Jawa sudah selesai. Ini sudah ada contoh penulisan aksara Jawanya untuk semua nama nama kantor. Tinggal niru saja”, kata Eri Cahyadi sambil membuka buka buku “Surabaya Beraksara Nusantara: Kisah Keberanian Kembali Beraksara Jawa, Simbol Jati Diri”.
Dalam pengamatan lapangan oleh media ini, penulisan Aksara Jawa tidak hanya dilakukan oleh kantor kantor di lingkungan pemerintah Kota Surabaya, secara mandiri beberapa dunia usaha sudah menggunakan Aksara Jawa untuk identitas usahanya. Ada kedai bakmi di kawasan Tegalsari dan ada toko tembakau di jalan Kedungdoro. Selain itu juga ada seorang warga Jambangan, Gatot, yang segera membuka kedai, mengatakan bahwa dirinya akan menggunakan Aksara Jawa untuk nama kedainya.
Antusias warga kota Surabaya dalam merespon kebijakan Walikota Surabaya mengenai penggunaan Aksara Jawa cukup baik. Lurah Peneleh, Skundario, menginformasikan dengan mengirimkan foto bahwa warganya, ketika berkegiatan di kantor kelurahan, secara berkelompok dan mandiri mulai belajar Aksara Jawa.
“Kita akan wadahi mereka dalam bentuk kegiatan belajar Aksara Jawa”, jelas Skundario, Lurah Peneleh.
Novita, seorang aktivis perempuan Surabaya, setelah menggelar pelatihan membatik beraksara Jawa di SMK Sainstren di Jambangan, kini mulai mempersiapkan mengadakan lomba design Batik Surabaya Beraksara Jawa. Menurutnya, batik ini akan melengkapi batik Nusantara, yang batik batik Nusantara dari Sabang sampai Merauke ini telah menjadi koleksi sebuah Mini Museum Nusantara di wilayahnya.
Menurut tokoh Penggerak Budaya Surabaya, AH Thony, aksara Jawa di Surabaya tidak hanya menjadi penghias perkantoran, tapi juga harus bisa dimanfaatkan dalam berkreativitas untuk tujuan tujuan ekonomi sehingga keberadaannya mampu membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Surabaya. (nanang)