Kongres Bahasa Jawa VII Telah Dibuka di Surakarta

Begandring.com: Surabaya (29/11/23) – Kongress Bahasa Jawa VII di Surakarta telah dibuka pada Selasa malam, 28 November 2023. Hadir dalam pembukaan itu adalah perwakilan dari tiga provinsi: Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang terdiri dari perwakilan kepala daerah maupun peserta kongres.

Dari masing masing ketiga kepala daerah, Provinsi Jawa Timur diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Edi Sutrisno; Provinsi Jawa Tengah oleh Sekda Sumarnoa dan Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Sekda Drs Beny Suharsono. Sedangkan masing masing provinsi memboyong 50 peserta, yang terdiri dari unsur akademisi, seniman dan aktivis kebudayaan.

Tari Gandrung Banyuwangi pada pembukaan KBJ VII pada Selasa, 28 November 2023. Foto: nng/Begandring.

Dalam rangkaian pembukaan ini, masing masing provinsi menyajikan pertunjukan budaya. Diawali dari Jawa Timur, disajikan medly tarian Remo, Kidungan dan Jula Juli serta Tari Gandrung Banyuwangi. Berikutnya sajian dari Provinsi DIY dan terakhir dari Provinsi Jawa Tengah dengan Tari burung Kepodang.

Tidak hanya disajikan kesenian dari masing masing provinsi, sambutan pembukaan dari masing masing daerah juga turut menyapa seluruh peserta kongres. Dari Jawa Timur, diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Eddy Supriyanto. 

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim, Eddy Supriyanto, mewakili Gubernur Jawa Timur, beri sambutan pembukaan. Foto: nng/Begandring.

Dalam sambutannya Eddy Supriyanto mengatakan bahwa penutur Bahasa Jawa di Jawa Timur, yang bergaya Mataraman (seperti Bahasa Jawa di DIY dan Jawa Tengah), adalah di kabupaten kabupaten di bagian Barat Provinsi Jatim, diantaranya adalah Kabupaten Pacitan, Ponorogo, Madiun, Trenggalek, Tulung Agung, Blitar, Kediri dan Bojonegoro.

Selanjutnya adalah Bahasa Jawa Arekan, yang terdiri dari dan digunakan di Surabaya, Malang, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang dan Gresik. Selebihnya adalah penutur bahasa yang memiliki kekhasan tersendiri yaitu Bahasa madura, Osing dan Tengger.

Baca Juga  Kongres Bahasa Jawa VII dan Asal Usul Aksara Jawa.

Mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah Sekretaris Daerah (Sekda) Drs Beny Suharsono. Beny membacakan sambutan tertulis Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang intinya bahwa untuk lestarinya Basa Jawa harus ada penutur yang aktif menggunakan bahasa Jawa. Penggunaan Bahasa Jawa yang paling bermula dari lingkungan keluarga. Beny menambahkan bahwa sarana berikutnya adalah komunitas, media pekabaran dan sekolah sekolah. Di Yogyakarta sendiri sudah mewajibkan penggunaan Bahasa Jawa di lingkungan kantor kantor pemerintah DIY pada hari hari tertentu.

Suasana pembukaan KBJ VII di hotel Alana, Surakarta. Foto: nng/Begandring.

Sementara mewakili Provinsi Jawa Tengah adalah Sekdaprov Sumarno. Ia mengatakan bahwa Bahasa Jawa tidak hanya sebagai bahasa komunikasi tetapi Bahasa Jawa juga  mengajarkan budi pekerti. Dalam berbahasa Jawa, disana ada sosio-kultural linguistik, kepada dan dengan siapa secara kultural penutur ini berbicara. Ada tingkatan berbahasa secara socio cultural linguistik. Ada ngoko, kromo madya dan krama inggil.

Menandai resminya pembukaan Kongres Bahasa Jawa VII , ketiga perwakilan Kepala Daerah ini melakukan pemukulan kenong secara bersama sama. Sesuai agenda, Kongres akan berlangsung pada hari Rabu dan Kamis pada 29 dan 30 November 2023. Kongres ini juga dihadiri oleh perwakilan dari negara sahabat Suriname, Singapore dan Malaysia. Tidak ketinggalan peserta dari Canberra, Australia, Prof. George Quinn, yang sudah sangat fasih berbahasa Jawa krama inggil.

Prof. George Quinn dari Australia menerima buku Surabaya Beraksara Nusantara dari penulis. Foto: ndre/Begandring.

Pada kesempatan itu George Quinn menerima sebuah buku dokumentasi jejak kembalinya Aksara Jawa di Surabaya sebagai cinderamata, yang berjudul “Surabaya Beraksara Nusantara: Kisah Keberanian Kembali Beraksara Jawa, Simbol Jati Diri”. Dalam buku ini, Prof. George Quinn ikut berkontribusi pandangan terhadap keberadaan Aksara Jawa. (nanang)

Baca Juga  Ritual Melukat, Cara Bersih Diri Ala Bali

 

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *