Begandring.com: Surabaya (5/11/23) – Dalam beberapa hari belakangan, sejak 24 September 2023 Aksara Jawa telah terpampang di beberapa tempat di kota Surabaya. Satu diantaranya terpasang di atas gedung Balai Kota Surabaya. Tertulis dalam Aksara Jawa “Balai Kota”.
Pada media lainnya, Aksara Jawa di Kota Surabaya ini tertulis pada kaus, kostum Pengurus Daerah Federasi Ice Skating Indonesia (FISI) Jawa Timur dan kain sepanjang 16 meter dari hasil Aksi Menulis Aksara Jawa oleh mahasiswa dan pelajar SMA.
Yang terbaru adalah dalam bentuk piagam yang kemudian ditandatangani oleh dua pihak Indonesia dan Belanda. Isinya adalah Piagam Rekonsiliasi Budaya yang diteken oleh antar Komunitas (C to C Community Treaty). Yaitu antar Komunitas Sejarah di Surabaya dan Komunitas Film di Amsterdam.
Piagam Rekonsiliasi Budaya Indonesia Belanda ini ditulis dalam Aksara Jawa ini menjadi kesan tersendiri bagi Miron, produser film dokumenter asal Amsterdam Belanda. Ia kagum mendengar kabar bahwa Aksara Jawa ini digunakan lagi di Surabaya. Ia bahkan berharap bahwa penggunaan Aksara Jawa ini tidak sekedar dekoratif. Dengan bangga Miron berpose dengan piagam bertuliskan Aksara Jawa.
Pada momen sebelumnya dalam aksi menulis Aksara Jawa di Sekolah Kristen Masa Depan Cerah, seorang guru berkewarganegaraan asing (WNA) juga ikut larut menuliskan Aksara Jawa pada lembar kain putih sepanjang 8 meter. Baginya aksara ini masih baru dan dengan senang hati ia turut menyambut kembalinya Aksara Jawa di Surabaya. Ia berharap ada hal baru yang dapat ia pelajari mengenai kearifan lokal (local wisdom) berupa Aksara Jawa.
Koen, penulis asal Belanda, ysng sedang meneliti jejak leluhurnya di Surabaya. Foto: nng/Begandring.
Seorang tamu asing lainnya, penulis dari Belanda, Koen, yang sedang melacak jejak leluhurnya, juga mendapati kekaguman serupa ketika melihat aksara Jawa sebagai hiasan pada kaus. Baginya bentuk Aksara Jawa ini indah dan memiliki nilai seni seperti kaligrafi.
Dari pengalaman mereka dalam berinteraksi dengan Aksara Jawa, meski sebentar, Aksara leluhur ini memiliki peluang ekonomis selain peluang budaya yang perlu dikembangkan. Dengan zaman yang sudah berubah dan komplek, disadari tidak mungkin dapat mengembalikan aksara Jawa sebagaimana kejayaannya pada masa lampau dan tidak mungkin harus ditinggalkan. (nng)