Bertemu Pria Hanacaraka ꧌ꦲꦤꦕꦫꦏ꧍ berhati Hanzi (汉字) di Hari Jadi Disway

Begandring.com – Mendapat undangan untuk menghadiri pesta hari jadi Harian Disway membuat saya bahagia luar biasa. Acara tersebut dihelat di kantor pusat Disway di jalan walikota Mustajab no. 76. Bukan Disway kalau pesta hari jadi tidak dikemas istimewa. Undangan untuk umum yang ditulis menggunakan ejaan lama dan diunggah pada tanggal 1 Juli 2023 melalui akun Instagram resmi @harian.disway tersebut menyarankan tamu undangan berbusana “vintage”. Selain itu, disediakan bus untuk berkeliling ke area bersejarah Surabaya lengkap dengan pemandu.

Acara dibuka pukul 10.00 WIB namun sejak pagi kantor Disway yang dipenuhi anak muda tersebut sudah ramai. Pagi itu saya berpakaian Jawa, kebaya dan jarik sesuai tema ‘vintage’ dalam undangan. Pemandangan pertama yang tampak adalah puluhan papan bunga ucapan selamat dari kolega Disway. Namun, ada satu hal mencuri perhatian saya ketika memasuki area reception. Papan nama Harian Disway lah yang membuat saya menghentikan langkah sejenak membaca tulisan Hanzi (汉字) yang ditulis dengan tinta hitam di atas papan bercat putih dan dipasang menggantung tepat di atas area pintu masuk. Terasa sekali nuansa hangat perpaduan “ Indonesia dan Tiongkok” di sana.

Ita Surojoyo berkebaya di HUT Harian Disway. Foto: Ita for Begandring.

Selain papan nama Harian Disway yang ditulis dengan Hanzi (汉字), di ruang tamu juga ada tulisan dengan Hanzi (汉字) dan beberapa ornamen khas Tiongkok seperti lukisan bambu dan pajangan kipas yang menghiasi dinding bangunan bagian belakang. Berada di sana sebentar, membuat saya berpikir bahwa Abah Dahlan Iskan adalah pria Hanacaraka ꧌ꦲꦤꦕꦫꦏ꧍ berhati Hanzi (汉字).

Sebagai pembaca tulisan Dahlan Iskan (baca:secret admirer), saya juga mengikuti perjalanan hidup beliau yang mengagumkan mulai dari ikhtiar mencari kesembuhan dengan transplantasi atau cangkok hati yang dilakukan di Tianjin First Center Hospital, China pada 6 Agustus 2007 sampai kiprah beliau di dunia pendidikan dengan mendirikan Indonesia Tionghoa Culture Centre (ITC Centre) yang berkantor di Gedung Graha Pena Lt-14 88 R.1401 A, Surabaya. ITC Centre adalah sebuah lembaga kursus Mandarin yang berdiri sejak tahun 2001. Lembaga ini bekerjasama dengan beberapa universitas di China memberikan beasiswa kepada mahasiswa Indonesia.

Baca Juga  Aksara Jawa Menghiasi Balai Kota. Mi'an: "Terima Kasih Pak Wali".

 

Lalu siapa pemilik Harian Disway?

Ita bertemu Dahlan Iskan yang sedang membaca papan nama Disway dalam aksara China. Foto: Ita for Begandring.

Siapapun yang mengenal sosok Dahlan Iskan pasti mengetahui bahwa Harian Disway adalah media informasi yang didirikan beliau ketika pandemi covid-19 sedang parah-parahnya. Ada satu kutipan beliau yang saya sukai dan ditulis di disway.id yaitu “Badan boleh dikurung selama pandemi Covid-19. Tapi, pikiran tidak bisa dibatasi. Ide tidak bisa dikekang.” Salah satu rubrik favorit saya di Harian Disway adalah Chengyu(成语). Dan salah satu pengalaman membaca yang selalu melekat dalam diri saya adalah ketika Harian Disway menulis tentang salah satu pengajar di ITC Centre dengan ungkapan klasiknya “饮水思源” (yǐn shuǐ sī yuán) yang berarti saat minum air, mengingat sumbernya.

Saya menyukai ungkapan ini karena ketika membaca ungkapan tersebut saya seperti sedang membaca diri saya sendiri. Perempuan Jawa yang berusaha terbang tinggi seperti burung kecil (小鸟:xiǎo niǎo) namun berusaha tidak melupakan sarang untuk pulang. Dalam artian, saya masih berusaha menjaga tradisi Jawa seperti berbusana Jawa dan menggunakan Hanacaraka ꧌ꦲꦤꦕꦫꦏ꧍ dalam keseharian saya.

Selain tentang semangat hidup Dahlan Iskan sebagai penyintas kanker hati dan kinerja sebagai menteri BUMN, yang mencuri perhatian saya tentang Dahlan Iskan adalah kemampuan bahasa Mandarin beliau yang luar biasa. Sebagai orang Jawa, kemampuan berbahasa Mandarin Dahlan Iskan patut saya acungi dua jempol. Sebagai orang Jawa yang juga menyukai bahasa Mandarin, rasa penasaranlah yang membuat saya berselancar di dunia maya mencari informasi bagaimana beliau belajar bahasa Mandarin sampai akhirnya bisa berbicara Mandarin dengan sangat baik dan lancar.

Baca Juga  Anak Tiri Tjil Romers Siap Sumbangkan Surat Soekarno ke Pemkot Surabaya

Ita dan Dahlan Iskan dalam perbincangan gayeng tentang aksara China yang disematkan bersama nama Harian Disway. 

Dari unggahan youtube beberapa tahun yang lalu, saya menemukan video Dahlan Iskan menjawab pertanyaan ketika salah satu pembaca DI’s Way bertanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bisa berbahasa Mandarin. Dari video pendek yang berdurasi sekitar 10 menit tersebut, saya mencatat beberapa poin penting berkaitan dengan cepat atau lambatnya seseorang menguasai Mandarin. Pertama, Seberapa serius kita ingin bisa berbahasa Mandarin dengan kata lain seberapa serius kita belajar bahasa Mandarin. Kedua, apakah kita punya kesempatan mempraktekkannya. Ketiga, ketika kita praktek menggunakan bahasa mandarin, apakah kita berbicara dengan orang Tionghoa yang ada di Indonesia atau orang Tionghoa yang ada di luar negeri. Jika dengan orang luar negeri, apakah orang tersebut berasal dari Taiwan, Amerika, Canada atau orang Tiongkok.

Agar cepat mendapat hasil yang memuaskan, ternyata Dahlan Iskan mempunyai cara istimewa yaitu dengan menyusun kurikulum sendiri sesuai kebutuhan, fokus belajar membaca dan menghafal bentuk tulisan Hanzi (汉字)dan cara membacanya, serta tekad “ saya harus bisa!”.

Ungkapan terakhir inilah menurut saya yang paling penting dan tidak saya miliki ketika 11 tahun yang lalu saya mulai belajar bahasa Mandarin dan menyerah hanya beberapa bulan setelah kelas pertama saya dengan guru privat yang pernah belajar dan tinggal di Taiwan. Saya menyerah ketika dihadapkan pada uniknya goresan Hanzi (汉字).

Hiasan dinding dengan aksara Tiongkok. Foto: Ita for Begandring.

Menurut data dari Ethnologue: Languages of the World, ada 6 bahasa resmi PBB yaitu, Arabic, Chinese, English, French, Russian and Spanish. Karena menjadi salah satu bahasa yang dipakai dalam komunikasi PBB, Mandarin menjadi salah satu bahasa yang sangat penting. Bahkan, pada 25 Januari 2021, Mandarin secara formal menjadi bahasa resmi The United Nations World Tourism Organization (UNWTO), organisasi pariwisata bergengsi yang beranggotakan sekitar 159 negara.

Baca Juga  Kontemplasi Saat Detik Detik Meraih Mimpi

Yeng – seng Goh dalam bukunya ‘Teaching Chinese as an International Language – 

A Singapore Perspective’ mengatakan bahwa untuk menjadi media komunikasi internasional, sebuah bahasa harus memiliki kekuatan dasar yang kuat dalam politik, militer atau ekonomi. Pada tahun 2022, Tiongkok menempati urutan ke-2 negara dengan GDP tertinggi setelah Amerika (versi world bank), sehingga sangatlah wajar jika bahasa Mandarin semakin kuat posisinya dalam level internasional.

Lalu apa yang membuat Dahlan Iskan menjadi “so Chinese?” Apakah karena hati China yang sudah menyatu dalam tubuhnya? Sepertinya saya harus bertemu beliau sekali lagi untuk secara khusus bertanya.

Ucapan HUT Disway dari kerabat. Foto: Ita for Begandring.

Dan dalam hal ini, saya ingin meminjam kalimat Sujiwo Tejo “ Tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa”. Cinta Dahlan Iskan terhadap Bahasa Mandarin telah melahirkan karya besar dan memberi sumbangsih terutama dalam pendidikan.

Sebelum saya akhiri curhat yang awalnya saya batasi hanya 477 kata ternyata menjadi lebih dari 1000 kata, saya haturkan terima kasih untuk Ketua Begandring Soerabaia, Nanang Purwono yang sudah memberi kesempatan saya menghadiri pesta Hari Jadi Harian Disway karena beliau tahu saya secret admirer-nya Abah Dahlan Iskan. Dan yang terakhir, tolong tanyakan Pak Dahlan ya Pak Ketua, apakah beliau masih bisa membaca dan menulis dengan aksara Jawa. Karena ketika saya melihat Harian Disway ditulis dengan Hanzi (汉字), jemari saya rasanya ingin sekali menulis Harian Disway dengan Hanacaraka ꧌ꦲꦤꦕꦫꦏ꧍, berdampingan dengan Hanzi (汉字). Dua aksara dari budaya besar dunia. (ita/nng) 

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *