Achmad Zaki Yamani (berdiri) memberi paparan dalam sesi diskusi di Surabaya Heroes Virtues. Foto: Begandring.com
Begandring.com-Paparan Achmad Zaki Yamani (anggota Komunitas Begandring) dalam diskusi bertajuk Surabaya Pasca-Perang 10 November: Kisah-kisah Tentang Penyusupan dan Sabotase, membuat pengunjung pameran terpukau. Arsip-arsip berupa catatan intelejen Belanda, peta persebaran pasukan, foto-foto asli arsip keluarga pejuang dihadirkan dan dijelaskan secara rinci di Basement Balai Pemuda malam itu (10/11).
“Kalau melihat peta dan catatan ini, 80.000 lebih pejuang kita sudah siaga hendak merebut kembali Surabaya pada 1946. Saat itu hendak melancarkan Serangan Oemoem Soerabaia. Istilahnya, SOS. Itu bukan istilah bikinan saya, tapi memang ada dalam arsip-arsip,” ujar pria yang akrab dipanggil Zaki itu mantap.
Dari koleksi arsip-arsip serta data intelijen yang semuanya berbahasa Belanda, Zaki lantas membabar angka jumlah pejuang Indonesia di empat penjuru mata angin kota-kota yang berbatasan langsung dengan Surabaya.
Arsip posisi dan jumlah Tentara Republik Indonesia dan Badan Perjuangan di sekitar Surabaya tahun 1946. Sumber: Koleksi Istimewa Zaki Yamani
Persiapan SOS itu, jelas Zaki, dipimpin oleh Mayor Darmosoegondo atas perintah Kolonel Soengkono. Namun SOS yang sedianya dilancarkan pada Desember itu urung dilakukan, karena lebih dulu terdeteksi intelejen Belanda. Adu cerdik dan cermat antara intelejen pihak Indonesia dengan Belanda saat itu memang tidak terhindarkan. Satu kecerobohan kecil saja bisa berakibat fatal.
“Dari catatan yang saya baca, saat itu ada yang keceplosan mengatakan ‘kita akan sholat Idul Adha di Ngampel Surabaya’. Saat itulah intelejen Belanda menyadari akan ada gerakan massif dari para pejuang kita di bulan November-Desember 1946,” lanjut Zaki.
Ada banyak fakta-fakta sejarah yang jarang terungkap dibahas dalam diskusi itu. Zaki membabar peran Mayor Darmosoegondo yang bergerilya di daerah Made, Surabaya Barat, lengkap dengan foto-foto yang jelas menunjukkan lanskap daerah tersebut.
“Nama Darmosoegondo belum menjadi nama jalan di Surabaya. Kalau di Gresik ada. Tapi di kampung Made-Surabaya hingga sekarang ada jalan Gondokusuman, mungkin itu cara warga merawat memori kolektif mereka tentang Darmosoegondo,” ujar Zaki.
Selain itu, Zaki juga membabar peran tokoh bernama Matosin yang memimpin pasukan dengan tugas “unik”. Sepak terjang Matosin terekam dalam catatan Belanda, yang diterjemahkan oleh Zaki.
Di Gresik konon ada detasemen P.T.C dengan pasukan yang teratur, menggunakan perahu melalui kampung kampung di Gresik menembus Surabaya. Dengan penugasan: mencuri bahan-bahan perang, menimbun alat perkantoran (kertas, tape), gulungan film, dll. Kita mempelajari detail yang luar biasa: laporan mata-mata dibuat dalam empat rangkap. Ciri khas anggota PD Matoesin: pita merah di bahu kiri, stempel lonjong bergambar elang hitam dan tepinya bertuliskan Pengempoer Dalem.
Matosin wafat sebagai Kapten Infanteri pada tahun 1965, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa Surabaya.
Turut hadir sebagai peserta dalam diskusi, Fajri, perwakilan dari Persatuan Keluarga Putra Putri Perintis Kemerdekaan Indonesia DPW Jawa Timur. Diikuti hampir 100 peserta dari berbagai kalangan mulai pelajar sekolah, mahasiswa, dan umum, diskusi yang dipandu Rojil Nugroho (Dosen Ilmu Sejarah Unesa) itu berjalan lancar. Film dokudrama Soera Ing Baja diputar sebelum diskusi dimulai. “Agar memberi gambaran pada pengunjung, selain juga untuk membangun suasana,” ujar Rojil.
Pose bersama peserta diskusi. Foto: Begandring.com
Pameran Surabaya Heroes Virtue berlangsung 3-15 November 2023 di Basement Balai Pemuda Surabaya. Serangkaian diskusi publik bertema kepahlawanan dihadirkan dalam acara hasil kerjasama Pemerintah Kota dengan Komunitas Begandring Soerabaia.
Hari ini Sabtu 11 November 2023, Kuncarsono Presetyo (inisiator Begandring) akan membabar tema Peta Politik di Balik 10 November: Antara Orang Kiri, Santri, dan Kelas Menengah. Diskusi dimulai jam 19.00-selesai, diawali dengan nonton bareng film dokudrama Soera Ing Baja yang turut menampilkan Walikota Surabaya, Eri Cahyadi. (red)