Dirjen Kebudayaan RI, Hilmar Farid: “saran ada rubrik, yang bisa berisi tutorial penulisan aksara Jawa”,

Begandring.com: Surabaya (26/11/23) – Media komunitas Begandring.com terus aktif mengabarkan dan menginformasikan berbagai kegiatan yang bernilai sejarah dan budaya di kota Surabaya. Sajiannya sungguh tidak ada habisnya. Selain mengikuti serangkaian kegiatan yang diadakan Begandring Soerabaia, media ini juga mengamati geliat kebudayaan dan kesejarahan yang ada baik di tingkat lokal maupun regional.

Dalam rangka menguatkan informasi budaya, khususnya budaya Jawa, Begandring.com mulai mengaktifkan kembali Rubrik Literasi Jawa. Rubrik ini berisi sub sub bagian yang terdiri dari Cerita Cekak, Sinau Aksara, Geguritan dan puisi, Mocopatan, Kaligrafi dan Suroboyoan.

Rubrik Literasi Jawa ini mengiringi kembalinya Aksara Jawa di kota Surabaya. Dengan mengikuti 4 pendekatan pengenalan Aksara Jawa: Kemata (terlihat mata), Kewaca (terbaca), Ketata (tertata) dan Kerasa (terasa), pada tahap rubrikasi ini tahapan itu sudah masuk pada tahap Keterbacaan aksara. Artinya pembaca mulai diajak masuk pada tahap membaca Aksara Jawa dalam bentuk cerita pendek, kata kata bijak, puisi dan geguritan serta bentuk lainnya.

Rubrikasi ini sebagaimana pernah disaran oleh Dirjen Kebudayaan RI, yang selalu mengikuti informasi budaya yang ditulis Begandring.com. Ketika itu Hilmar Farid dihubungi melalui sambungan Whatsapp (WA).

Dirjen Kebudayaan RI, Hilmar Farid. Foto: Kemendikbud/Begandring.

“Dan juga saran ada rubrik atau bagian dari website, yang bisa berisi tutorial penulisan aksara Jawa”, demikian pesan Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) RI kepada Begandring.com.

Dalam Rubrik Literasi Jawa ini, juga dimasukkan Subtema Suroboyoan sebagai cabang dari Bahasa Jawa. Suroboyoan, menurut pakar Aksara Nusantara Diaz Nawaksara, termasuk bahasa Arekan.

Bahasa Arekan atau lebih pas nya mengacu pada Bahasa Jawa Surabaya, Jika bahasa Jawa Surabaya digunakan sebagai bahasa percakapan (lisan), maka bahasa Jawa Surabaya ini tidaklah terasa memiliki masalah. Dengan bahasa lisan, kita semakin kenal bahasa Arekan itu karena nampak aksentuasi, penekanan, pengucapan dan penggunaan kosa katanya.

Baca Juga  Pameran Aksara Nusantara dan Dunia Ditutup Dengan Sarasehan Yang Dihadiri Oleh Mahasiswa Se Nusantara. 

Namun jika bahasa Suroboyoan ini dipakai dalam bahasa tulis, maka akan terdapat kejanggalan. Kejanggalan ini terutama tampak pada penulisan suara “O” yang ternyata berbeda ketika bersuara pada kata “Suroboyo”. Dalam bahasa Jawa, dituliskan “Surabaya”. Sedangkan pada bahasa Suroboyoan, sering ditulis “Suroboyo”.

Bagaimanakah kata Surabaya ditulis dalam bahasa Suroboyoan? 

Rubrik Suroboyoan di blog Begandring.com ini akan mengikuti perkembangannya sambil menggunakannya. Ini yang namanya “Learning by doing”. (nanang).

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *