Berpartisipasi di ajang Ubud Writers and Readers Festival (UWRF 2025) 29 Oktober-2 November 2025 di Ubud-Bali, Begandring Soerabaia diskusikan film Koesno: Jati Diri Soekarno bersama 350 penulis, cendikiawan, seniman, dan budayawan dari seluruh pelosok Indonesia dan dunia.
Ahmad Zaki Yamani, Ketua Begandring Soerabaia, mengatakan bahwa dirinya bersama tim terus berkomitmen terhadap riset-riset bertema sejarah, khususnya yang terkait dengan kota Surabaya.
“Salah satunya tentang Soekarno. Kami di Begandring ini punya Pusat Data Bung Karno, yang fokusnya mengumpulkan, mengkliping, dan mengkaji jejak Bung Karno di Surabaya. Mulai dari kelahirannya, sekolah di HBS dan aktif di Jong Java dan Sarekat Islam, menikah pertama, dan lain-lainnya,” ujar Zaki, sapaan akrabnya.
Film Koesno ini adalah salah satu hasil kerjasama dengan TVRI Jawa Timur. Film ini memvisualkan riwayat Bung Karno saat lahir dan masa mudanya di Surabaya. Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, turut ambil peran dalam film berdurasi 24 menit tersebut.
Keikutsertaan Begandring Soerabaia dalam UWRF 2025 tak lepas dari kerja komunitas berbasis riset dan karya kreatif, serta jejaring yang apik dengan penyelenggara UWRF.
Ikut menyertai Zaki, turut hadir pula sebagai pembicara dan moderator dari anggota Begandring lainnya, yakni Kuncarsono Prasetyo dan Yayan Indrayana.
“Kami menjalin komunikasi sejak April 2025, via surel maupun zoom. Akhirnya kita sepakat menyajikan film Koesno ini. Mungkin karena Bung Karno juga berdarah Bali, serta karena konten dalam film itu yang relevan dengan tema UWRF tahun ini,” lanjut Zaki.

Dalam rilis resmi diketahui, UWRF 2025 mengusung tema Aham Brahmasmi. Sebuah konsep Sansekerta yang diterjemahkan menjadi “I am the Universe.”
Tema tersebut menyoroti keterhubungan mendalam antara diri dan alam semesta, menegaskan kesatuan manusia dengan kosmos, serta mengingatkan bahwa potensi kreatif setiap individu sebanding dengan kekuatan semesta.
Melalui tema tersebut, festival mengajak audiens untuk merefleksikan identitas, spiritualitas, dan hubungan dengan dunia di sekitar, sekaligus membuka ruang dialog tentang keterkaitan antara pengalaman pribadi dan isu-isu kolektif, dari kearifan lokal hingga perspektif global.
Melalui berbagai panel dan pertunjukan, UWRF mengundang audiens untuk menelusuri diri sendiri sambil merenungkan pertanyaan-pertanyaan besar tentang kemanusiaan, alam, dan keberadaan bersama.
Adapun film dokudrama Koesno yang disutradarai Faizal Anwar ini menawarkan semesta arsip: kerja kreatif produksi film berbasis riset dokumen/arsip dan foto, yang lantas dihadirkan dalam format reka-ulang (reenactment).

Tak hanya diputar, film dokudrama yang pernah meraih Nominasi Film Dokumenter Pendek Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2022 ini juga akan didiskusikan bersama audiens.
Di laman resmi UWRF www.ubudwritersfestival.com/program/koesno-jati-diri-soekarno, Koesno Jati Diri Soekarno dijadwalkan diputar pada 30 0ktober 2025.
“Kami mencoba mempelajari living archive, bahwa arsip, dokumen, buku, dan foto-foto sejarah itu menjadi sumber inspirasi bagi karya-karya kreatif di komunitas kami,” pungkas Zaki. (red)
