Begandring.com-Upaya konservasi Makam Peneleh dilakukan dengan kesungguhan dan kecermatan. Bukan hanya soal substansi sejarah, namun juga aspek teknis arsitekturalnya.
Kali ini giliran arsitek profesional urun ide merancang konsep desain konservasi Makam Peneleh. Di bawah bendera Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), puluhan arsitek ini membuat workshop arsitektur kawasan Makam Peneleh selama dua hari sejak Selasa (28/5). di Lodji Besar, Jl Makam Peneleh 46.
Workshop ini diikuti empat studio arsitektur ternama di Surabaya. Antara lain Yona Desain Studio, Andyrahman Architect, KaSD Architect, dan Tata Matra Indonesia. Masing-masing mengirimkan empat hingga tujuh arsiteknya. Tak hanya workshop, peserta juga diajak berkeliling kawasan Peneleh, guna melihat lebih dekat dan akrab nafas kehidupan sehari-hari di sana.
Peserta Workshop Konservasi Makam Peneleh. Foto: Begandring.com
Asisten I Sekkota, Pemkot Surabaya, Agus Imam Sonhaji membuka workshop ini tentang visi pemerintah kota tentang masa depan kawasan cagar budaya Surabaya.
Upaya merevitalisasi kawasan bersejarah Surabaya ini sekarang sedang gencar karena pertimbangan pariwisata,” terangnya.
Menurutnya, daya tarik Surabaya yang sebenarnya punya potensi besar namun belum tergarap adalah, sejarah dan kawasan bersejarahnya. Pemkot merancang konsep induk dengan menyambungkan antarkawasan bersejarah menjadi destinasi wisata. “Agar menarik, memnag harus ditata, biar wisatawan bisa lebih lama tinggal di Surabaya,” mimpinya.
Agus Imam Sonhaji, Asisten I Pemkot Surabaya, turut memberikan paparan dalam workshop. Foto: Begandring.com
Workshop ini dihadiri Max Meijer, pimpinan organisasi warisan sejarah dari Belanda TiME Amsterdam. Para peserta workshop juga disuguhi beberapa materi. Antara lain, sejarah kawasan Peneleh oleh Prof. Dr. Purnawan Basundoro, Guru Besar Ilmu Sejarah dan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga.
Purnawan Basundoro memberikan wawasan sejarah perkembangan kawasan Peneleh. Foto: Begandring.com
Tema kontribusi Komunitas Begandring Soerabaia dalam inisiatif pemugaran berbentuk kolaboratif, termasuk tema strategi pemberitaan untuk isu warisan, juga dipaparkan. Workshop juga menghadirkan secara daring pembicara dari Belanda, Hasti Tarekat. Beliau adalah profesional ahli pemugaran makam bersejarah yang telah bertugas di banyak negara.
Peserta juga diajak kunjungan ke area makam dan sekitarnya di agenda hari pertama, untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan lingkungan terhadap keberadaan Makam Eropa yang berdiri sejak 1847 ini.
Dr. Retno Hastijanti, inisiator workshop sekaligus Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Surabaya, memberi wawasan kepada peserta. Foto: Begandring.com
“Ini benar-benar inistatif dari bawah. Para arsitek harapannya bisa berkontribusi bersama dalam Konservasi Makam Peneleh,” terang inisiator workshop desain arsitektur, Dr. Retno Hastijanti. Perempuan yang juga Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Surabaya ini mengatakan jika para peserta nanti merancang konsep desain untuk menjawab masa depan kawasan Makam Peneleh. Konsep desain ini akan menjadi rencana induk pengembangan untuk disandingkan dengan rencana Pemkot Surabaya.
Para peserta tampak puas dan mengaku mendapatkan banyak wawasan setelah mengikuti workshop. Selanjutnya, mereka akan berproses di studio masing-masing guna merancang konsep dan gambar konservasi Makam Peneleh yang akan didiskusikan bersama pada tahap selanjutnya (*).
Penulis: Kuncarsono Prasetyo