Mengapa Pietermaat? Wawancara dengan Yayan Indrayana, Arsitek Tim Peneleh Living Library

Begandring.com-Peneleh Living Library adalah program revitalisasi kawasan yang dikerjakan secara kolaboratif oleh komunitas dan institusi lintas negara, yakni Indonesia dan Belanda. Di tahun pertama, Makam Peneleh menjadi penanda dimulainya kolaborasi. Persisnya, dimulai dari Makam Daniel Francois Willem Pietermaat, Residen Surabaya tahun 1839-1848.

Berikut wawancara dengan Yayan Indrayana (26/05), arsitek dan pegiat Komunitas Begandring yang tekun menyiapkan setiap detil program tersebut.

Yayan Indrayana di Makam Peneleh. Foto: Begandring.com

Siapa saja yang terlibat dalam program Peneleh Living Library ini?

Program makam Peneleh as a living library ini melibatkan Begandring Soerabaia, Untag Surabaya, Dutch Culture, Time Amsterdam, dan Pemkot Surabaya. Begandring Soerabaia punya tugas menyusun pentahapan pengembangan harus mempersiapkan langkah awal yang bisa membantu Kawasan Makam Peneleh sehingga lebih dikenal.

Disepakati kemudian yang pertama adalah pembuatan Pusat Informasi Pengunjung di kawasan Makam Peneleh yang secara lokasi akan menempati area informasi dekat gerbang yang sekarang. Selain itu, kami juga memperbaiki beberapa makam di sini.

Bagimana tahapan kerjanya?

Ada beberapa rencana pentahapan yang harus dilakukan. Salah satunya pemilihan makam makam yang secara historis mempunyai nilai lebih. Dari sekian banyaknya makam untuk tahap awal ini dipilih sembilan makam yang akan menjadi prioritas. Salah satunya makam Pietermaat, dulu Residen Surabaya.

Ke sembilan makam tersebut, oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) XI, dilakukan observasi selama seminggu kemarin. Hasil akhirnya nanti berupa rekomendasi penanganan secara umum makam Peneleh dan secara khusus penanganan ke sembilan makam terpilih.

 

Tim BPK XI menyiapkan bahan-bahan kimia untuk tindakan di bangunan makam Pitermaat di Makam Peneleh. Foto: Begandring.com

Baca Juga  Kolaborasi Lintas Stakeholders untuk Revitalisasi Makam Peneleh

Ketika penelitian BPK XI dilakukan, kami secara aktif melihat untuk belajar bagaimana perbaikan pada benda cagar budaya makam seharusnya dilakukan, termasuk dalam hal ini memberikan masukan makam mana yang bisa kami prioritaskan lebih dahulu. Dari beberapa diskusi, observasi lapangan di siang hari serta malam hari akhirnya saya memutuskan untuk makam Pietermaat ini yang menjadi target awal kami.

Kenapa makam Pietermaat?

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan antara lain, dilihat dari kondisi, pada persebaran sembilan makam di area depan/tengah, makam Pietermaat ini yang paling rusak. Relatif paling rusak jika dibandingkan dengan makam Perez, Suster Ursulin, dan Van De Elzen.

Dilihat dari sisi serial view, ada dua makam yang sangat kuat menjadi endpoint dari pola sirkulasi yang ada yaitu Van De Elzen dan Pietermaat. Secara Lanskap, enclosure yang sangat kuat juga adalah menuju makam Pietermaat, entah itu dilihat dari sisi utara ataupun dari sisi selatan dari area makam keluarga Tissot.

Bangunan makam Pitermaat di Makam Peneleh. Foto: Begandring.com

Dalam satu lorong ada dua makam yang menjadi prioritas yaitu Pietermaat dan Van Der Tuuk, sehingga dengan menata area makam Pietermaat bisa memberi dampak juga pada makam Van der Tuuk.

Posisi strategis bangunan makam Pitermaat dilihat dari sisi utara, jalan setapak utama Makam Peneleh. Foto: Begandring.com

Lalu kegiatan hari ini apa?

Berangkat dari hal hal tersebut kemudian kami di Begandring Soerabaia sepakat untuk hari ini, Minggu tanggal 26 Mei 2024 kami bersih-bersih makam Pietermaat. Banyak hal yang bisa dikolaborasikan dalam ranah proses konservasi nantinya.

 

Pegiat Begandring Soerabaia melakukan pembersihan di bangunan makam Pietermaat, Minggu (26/05). Foto: Begandring.com

Baca Juga  Dispusip Surabaya Lanjutkan Penulisan Ensiklopedia Kearifan Lokal

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *