Nama “Jetis” Diduga Menjadi Penanda Pertempuran. 

Begandring.com: Surabaya (24/11/23) – Nama “Jetis” ada di pulau Jawa, tapi tidak dimana mana di pulau Jawa ada nama Jetis. Yang jelas bahwa nama Jetis ada di Surabaya. Di Yogyakarta juga ada Jetis. Jetis Yogyakarta adalah sebuah Kemantren, yang letaknya di sekitar Tugu Yogyakarta, yang sering dipakai sebagai simbol dari kota Yogyakarta.

Jetis juga ada di Mojokerto. Jetis Mojokerto adalah sebuah kecamatan yang berbatasan dengan sungai Brantas di selatan, kecamatan Gedeg dan Kemlagi di Barat, kecamatan Dawarblandong di Utara dan Kabupaten Gresik dan Sidoarjo di Timur.

Menurut penulis sejarah Mojokerto, Ayuhanafiq, sebagaimana dikutip dari detik.com (3/11/22) bahwa ada pertempuran dahsyat di Mojokerto yang menewaskan 1000 prajurit pada 1949. Diantaranya berlokasi yang tidak jauh dari sungai Brantas.

“Pada awal pertempuran, Komando Hayam Wuruk berhasil menguasai daerah Pacet, Mojosari, Ngoro dan Trawas. Mereka menjadikannya sebagai basis teritorial untuk masuk ke Surabaya,” kata Ayuhanafiq 

Ayuhanafiq menambahkan bahwa pasukan Komando Hayam Wuruk kesulitan masuk ke Surabaya. Karena jembatan Tanjangrono di Ngoro, Mojokerto dan jembatan Porong di Sidoarjo dijaga ketat serdadu penjajah.

Sementara di kota Surabaya, Jetis menjadi nama jalan dengan kampung kampungnya. Ada jalan Jetis Kulon dan Jetis Wetan di kecamatan Wonokromo. Diketahui bahwa wilayah Wonokromo adalah kawasan selatan kota Surabaya yang menjadi gerbang pertahanan terakhir pejuang Surabaya mempertahankan kota. 

Dari Wonokromo inilah, pejuang berpencar menjadi dua arah di tahun 1945. Ke Barat melalui Gunungsari dan mundur ke Sepanjang hingga Krian dan Mojokerto. Sementara ke Selatan, dari Wonokromo mundur ke Sidoarjo hingga Bangil dan Malang.

Jalan Pesapen Jetis Surabaya menyimpan fakta sejarah. Foto: nng/Begandring.

Selain Jetis di Wonokromo, ada juga Jetis di utara kota. Nama Jetis ini ada di lingkungan Krembangan Utara, Kecamatan Pabean Cantian. Tepatnya bernama Pesapen Jetis, persis di belakang Penjara Kalisosok. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Jetis adalah men·je·tis (v) berbunyi keras (seperti bunyi mercon); meletup, meledak.

Baca Juga  Museum Nasional di Jakarta Terbakar

Jalan Pesapen Jetis adalah nama baru sebagai pengganti nama jalan lama yang berbau kolonial. Menurut sebuah surat kabar yang terbit pada tahun 1953, perubahan nama nama dari yang berbau kolonial ke nama nama lokal, terjadi pada 1953. Di era kolonial bernama Dwars Nieuw Holland Straat, lalu berubah menjadi Pesapen Jetis.

Jalan Pesapen Jetis bermulut pada Tembok Penjara Kalisosok yang dijebol oleh tank Sekutu. Foto: nng/Begandring.

Sesuai dengan arti kata “Jetis” yang bermakna “letupan” dapat diduga bahwa di lokasi, kawasan dan tempat dengan kata Jetis berarti pada masa lalu menjadi tempat terjadinya pertempuran yang diiringi dengan letupan atau tembakan dan ledakan, yang dianggap sangat berarti sehingga lokasi itu diabadikan dengan nama “Jetis”.

Penggunaan nama Jetis, yang dapat dibuktikan dengan fakta dan data sejarah, adalah Pesapen Jetis. Jalan dan gang Pesapen Jetis di Surabaya ini bermulut di tembok ex penjara Kalisosok yang berdiri memanjang di jalan Belakang Penjara (dulu: Nieuw Holland Straat)  Surabaya.

Menurut riwayat bahwa tembok penjara (sisi barat), persis di depan jalan Pesapen Jetis (Dwars Nieuw Holland Straat) pada masa pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 pernah dijebol oleh tembakan tank serdadu Gurkha Sekutu dalam upaya misi pembebasan interniran yang berada di dalam penjara Kalisosok.

Penamaan Pesapen Jetis (1953) bukan tanpa alasan. Jetis di Pesapen, yang selanjutnya menjadi Pesapen Jetis, adalah untuk menandai peristiwa yang terjadi karena pengeboman oleh serdadu Sekutu atas tembok Penjara. Penamaan ini tentu memiliki nilai sejarah sehingga perlu diabadikan pada nama jalan, setidaknya untuk mengenang peristiwa bersejarah di kota Surabaya.

Miron (tengah) bersama tim. Seno (kiri) drone pilot nan Nanang (kanan) sedang rehat di dekat Penjara Kalisosok. Foto: nng/Begandring.

Peristiwa ini, salah satu peristiwa pada 10 November 19545, menjadi perhatian sineas film dokumenter Belanda, Miron Production selama ia di Surabaya. Miron, sang produser, mengumpulkan data awal dari peristiwa itu dengan mengamati kondisi faktual sekarang sebagai pengembangan data kepustakaan yang sudah ia kantongi. Salah datanya adalah peta penyerangan tentara sekutu yang terdiri dari serdadu Gurkha ke Penjara Kalisosok.

Baca Juga  TACB Pusat: Kapal Dewaruci, Cagar Budaya Nasional. Makam Eropa Peneleh Perlu Diajukan. 
Salah satu pos jaga di tembok penjara Kalisosok. Foto: nng/Begandring.

Dari peta itu terdeskripsikan jejak penyerbuan Penjara Kalisosok oleh pasukan Sekutu yang datang dari utara (Tanjung Perak) menuju ke Kalisosok dengan menggunakan tank. Dengan tank inilah tembok penjara dapat dijebol setelah sebelumnya sniper snipernya dapat melumpuhkan penjaga penjara yang berjaga di pos pos pengintaian di atas tembok. 

Penyerbuan dan pembebasan ini dijalankan di pagi hari sekitar pukul 04.00 ketika surya belum.bersinar. Suasana masih gelap. Di balik pintu gerbang utama (sisi timur tembok) tergambar terjadi baku tembak dan dari misi pembebasan itu, para interniran diangkut oleh truk menuju ke pelabuhan Tanjung Perak. Penelusuran data ini menjadi informasi awal untuk pembuatan film dokumenter yang akan melibatkan tiga negara: Indonesia, Belanda dan Inggris. (nanang).

 

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *