Sabtu malam (10/9/2022), saya ke Kembang Jepun. Lokasinya dekat Jembatan Merah. Masuk wilayah Surabaya Utara. Kembang Jepun adalah salah satu kawasan legendaris. Dikenal dengan wilayah Kampung Pecinan yang riuh dengan aktivitas bisnisnya.
Malam itu, Jalan Kembang Jepun ditutup total. Karena dijadikan pusat wisata baru di Surabaya. Namanya, Wisata Pecinan Kembang Jepun atau Kya Kya Reborn. Yang melaunching Pemerintah Kota Surabaya.
Kenapa disebut Reborn? Karena dulu, Kya-Kya Kembang Jepun pernah ada. Ya, pada 19 tahun yang lalu. Tepatnya diresmikan pada 31 Mei 2003. Saat itu, wali kota Surabaya dijabat Bambang Dwi Hartono (kini anggota DPR RI). Kya-Kya Kembang Jepun tak bertahan lama. Lamat-lamat mati suri dan ujungnya tak beroperasi lagi alias tutup.
Sama dengan sebelumnya, kawasan Kembang Jepun kini dipermak bak Chinatown di Kota Pahlawan. Ornamen-ornamen Pecinan membanjiri sepanjang jalan. Ada lampion, umbul-umbul, mural tematik China peranakan, dan lain sebagainya.
Di pintu barat dan timur Kya-Kya Reborn terdapat gapura besar dengan hiasan berbentuk naga. Bangunan-bangunan di Kembang Jepun juga di cat sebagaimana rumah Pecinan, yaitu hitam, merah, dan gold.
Saya mendapat info, tak lama lagi Pemkot Surabaya akan memasang papan nama di semua bangunan di Kembang Jepun. Papan nama itu bertuliskan huruf China. Berikut artinya dalam bahasa Indonesia.
Launching Kya-Kya Reborn berlangsung meriah. Berbagi kesenian khas Tionghoa disajikan. Seperti Barongsai dan musik bernuansa Negeri Tirai Bambu, juga pesta kembang api.
Ribuan orang menghadiri acara itu. Para pengunjung Kya-Kya Reborn bukan hanya datang dari Surabaya, tapi juga warga daerah lain di Jawa Timur.
Lokasi di sekitar Kembang Jepun pun penuh sesak. Arus lalu lintas padat merambat. Parkir kendaraan bermotor penuh. Sayang, banyak sekali parkir liar. Orang-orang memungut uang tanpa memberi karcis parkir.
Kya-Kya Reborn untuk sementara buka pada Jumat, Sabtu, dan Minggu. Mulai jam 18.00 sampai 22.00. Ada 66 stan yang menyajikan makanan dan menuman. Sekitar sepertiganya stan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Eri Cahyadi, wali kota Surabaya, optimistis Kya-Kya Reborn bisa bertahan. Bisa jadi ikon wisata baru. Menjadi magnet bagi wisatawan baik asing maupun domestik datang ke Surabaya .
Dia mengaku bersyukur launching Kya-Kya Reborn bertepatan dengan bulan purnama. Sebab, dia bilang, tanggal baik bagi orang China itu jika memulai suatu pekerjaan, perdagangan, dan usaha adalah di bulan Purnama.
“Makanya, saya berharap dengan dilaunching-nya Kya-Kya Reborn di bulan Purnama ini, tidak hanya jadi tempat yang dibuka lalu setelah itu selesai,” begitu ucap Eri.
Koneksi Kota Lama
Wisata Pecinan Kembang Jepun tersebut merupakan upaya Pemkot Surabaya menghidupkan kawasan Surabaya Kota Lama. Di mana, di kawasan itu banyak bangunan sejarah panjang yang menjadi saksi bisu perjalanan Kota Surabaya.
Kawasan Kota Lama Surabaya sejak dulu memang tak terurus. Banyak bangunan bersejarah dibiarkan mangkrak dan tak terawat. Bahkan sebagian bangunan sudah berpindah kepemilikan.
Para pegiat sejarah di Surabaya menyerukan agar Pemkot Surabaya segera menghidupkan kota lama. Baik kritik yang ditulis di media massa sampai berunjuk rasa. Mereka menginginkan Pemkot Surabaya bisa mengambil peran dalam penyelamatan bangunan-bangunan cagar budaya.
Namun seruan para pegiat sejarah itu tak kelewat digubris oleh Pemkot Surabaya. Dibiarkan menguap begitu saja. Sayup-sayup seruan itu hilang ditendang angin.
Karenanya, upaya Pemkot Surabaya menghidupkan kota tua bisa dibilang agak terlambat. Jakarta lebih dulu sukses dengan kawasan kota tua. Jakarta Kota Tua, begitu menyebutnya, kini jadi tempat jujugan wisata sejarah.
Banyak bangunan tua bersejarah di Jakarta, setelah direvitalisasi, menggoda banyak orang untuk datang. Di antaranya, Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, Toko Merah, serta Pelabuhan Sunda Kelapa.
Begitu pun dengan Semarang yang sukses menghidupkan kawasan kota lamanya. Di sana banyak spot yang jadi magnet wisatawan. Ada bangunan warisan kolonial, pasar, taman, museum, galeri seni, dan masih banyak lagi.
Saban hari, Kota Lama Semarang tak pernah sepi pengunjung. Atraksi tari, seni, musik kerap digelar di saya. Yang saya ingat, Toto Tewel dan Jelly Tobing sempat mengisi acara konser musik rock di Kota Lama Semarang. Mereka menyanyikan lagu-lagu classic rock yang menggugah kenangan.
Nanang Purwono, pegiat sejarah Begandring Soerabaia, menilai banyak tempat bersejarah di kota lama yang belum didayagunakan. Semisal plaza di Taman Sejarah.
Melihat fasilitas di Taman Sejarah ini, jelas dia, sebetulnya taman ini sudah dirancang sebagai panggung pertunjukan terbuka. Namun, sejak selesai dibangun hampir 10 tahun lalu, hingga sekarang belum pernah dimanfaatkan dengan semestinya.
“Taman ini sesungguhnya mirip dengan Taman Fatahilah di Kota Tua Jakarta dan Taman Srigunting di Kota Lama Semarang,” sebutnya.
Menurut Nanang, Taman Sejarah di Surabaya dulunya adalah area Taman Kota di dalam tembok kota di era VOC. Namanya Willemsplein, Taman Raja Willem. Taman atau alun-alun kota kala itu, merupakan kelengkapan kota. Di sana pernah ada balai kota dan gereja.
“Di tempat itulah publik berkumpul dan beraktivitas. Apalagi dalam perkembangannya, di lokasi ini muncul halte trem, dermaga sungai, terminal bus (Terminal Jembatan Merah),” tandas Nanang.
Tiga Masalah
Sebagai warga, saya selalu antusias memotret dan mengamati perkembangan Kota Surabaya. Termasuk dengan diresmikannya Kya-Kya Reborn.
Ada tiga catatan yang pantas dicermati terkait dengan keberadaan tempat yang diklaim menjadi ikon wisata baru tersebut. Pertama, pengelolaan Kya-Kya Reborn sekarang diserahkan tiga organisasi perangkat daerah (OPO). Yaitu, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman serta Pertanahan (DPRKPP) dan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) untuk mengerjakan infrastruktur dan dekorasi. Sedangkan untuk pengelola dilakukan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar).
Saya sejatinya agak pesimistis jika pengelolaan diserahkan OPD. Bukan hanya masalah teknis di lapangan, tapi juga pada mentalitas dan watak birokrasi. Beberapa yang bisa dicontohkan adalah Wisata Kalimas. Wahana rekreasi yang dilaunching pada Mei 2022 lalu. Hingga sekarang tak banyak inovasi dan kreativitas yang dilakukan. Model dan polanya begitu-begitu saja.
Lagian, apakah efektif OPD yang memegang kebijakan sekaligus menjadi operator di lapangan?
Saya lebih sepakat jika Pemkot Surabaya membentuk semacam badan pengelolaan kawasan. Libatkan profesional, akademisi, pegiat sejarah, dan mereka yang concern dengan pembangunan Surabaya Kota Lama.
Kedua, urusan infrastruktur di Kya-Kya Reborn masih menjadi masalah. Pasalnya, pengelola dan mereka yang beraktivitas di Kya-Kya Reborn bakal kesulitan jika hujan turun. Cuaca yang tak bersahabat efeknya sangat besar terhadap kehadiran pengunjung.
Seperti halnya ketika Kya-Kya Kembang Jepun dulu. Ketika hujan tiba, pengunjung pasti sepi. Para pedagang sambat omzetnya turun drastis. Buntutnya, mereka pun tak melanjutkan, dan Kya-Kya Kembang Jepun menjadi mati suri.
Sama halnya dengan sekarang: Kya-Kya Reborn. Saya menanyakan kepada pedagang, bagaimana jika hujan turun? Menurut pedagang, dalam technical meeting mereka disarankan merapat di emperan toko-toko yang tutup.
Lalu, bagaimana dengan soal pengunjung? “Ya, itu yang saya pikirkan. Ini jelas mengurangi pengunjung yang datang,” sebut salah seorang pedagang.
Ketiga, Wali Kota Wali Kota Eri Cahyadi menyebut konsep Kya-Kya Reborn berbeda dengan Kya-Kya lama. Kalau dulu cuma jadi tempat kuliner dan berkumpul, Kya-Kya Reborn akan menyuguhkan pertunjukan yang menghibur.
Yang musti diingat, era Kya-Kya Kembang Jepun dulu, banyak pertunjukan berkelas digelar. Bahkan diberitakan dengan porsi besar di Jawa Pos yang saat itu menjadi market leader di Jawa Timur.
Ada festival ngamen, musik keroncong, musik klasik Tiongkok, Barongsai, tari Ngremo Bocah. Belum termasuk acara-acara tematik seperti Shanghai Night, Dancing on the Street, Agoestoesan Tjap Kya-Kya Kembang Djepoen, Mystical Night, Festival Bulan Purnama dan masih banyak lagi.
Saya belum melihat hal baru pada saat pembukaan Kya-Kya Reborn kemarin. Malah Kya-Kya Kembang Jepun lebih penampilannya dibandingkang Kya-Kya Rebord. Mungkin saya perlu datang ke sana lagi. Untuk membuktikan, apakah ada perbedaan itu. Semoga saja Kya-Kya Reborn tak bernasib sama seperti Kya-Kya Kembang Jepun. (*)